Senin, 18 Juli 2011

PERKEMBANGAN EMOSI

1.Pengertian Emosi
Menurut English and English emosi adalah “A complex feeling state a alanduler activies”, maksudnya yaitu suatu keadaan perasaan yang kompleks yang disertai dengan karakteristik kegiatan kelenjar dan motorik.
Sedangkan menurut Sarlito Wirawan Sarwono berpendapat bahwa emosi adalah setiap kegiatan pada diri seseorang yang disertai warna efektif baik pada tingkat lemah maupun pada tingkat yang luas.
Sementara itu Chaplin (1989) dictionary of psychology, mendefinisikan emosi sebagai suatu keadaan yang terangsang dari suatu organisme yang mencangkup perubahan-perubahan yang disadari, tyang mendalam sifatnya darei perilaku.

2. Bentuk-Bentuk Emosi
Daniel Golemen (1995) mengidentifikasi sejumlah kelompok emosi, yaitu sebagai berikut:
a. Amarah ( bruntal, mengamuk, benci, terganggu, tersinggung )
b. Kesedihan ( sedih, muram, melankolis, kesepian, depresi )
c. Rasa takut ( cemas, takut, gugup, khawatir, panic, was-was )
d. Kenikmatan ( bahagia, gembira, riang, puas, terhibur, bangga )
e. Cinta ( persahabatan, kepercayaan, kasmaran, kasihsayang )
f. Terkejut ( takjub, terpana)
g. Jengkel (hina, jijik, muak, mual, tidak suka, mau muntah )
h. Malu ( menyesal, aib, rasa bersalah, kesal hati)

3. Perubahan-pereubahan fisik pada saat Emosi
a. Bernafas panjang kalau kecewa
b. Pupil mata membesar kalau marah
c. Bulu roma berdiri kalau takut
d. Air liur mongering bila takut / tegang
e. Denyut jantung bertambah cepat kalau marah.

4. Ciri-Ciri Emosi
a. Lebih bersifat objektif daripada peristiwa psikologis lainnya, seperti pengamatan dan berfikir
b. Bersifat fluktuatif (tidak tetap)
c. Banyak besangkutpaut dengan peristiwa pengenalan panca indra
d. Pengalaman emosional bersifat pribadi
e. Emosi sebagai motif
f. Adanya perubahan aspek jasmaniah
g. Ekspresikan dalam perilaku.

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi
a. Perubahan jasmani, ditunjukkan dengan adanya perubahan yang sangat cepat dari anggota tubuh
b. Perubahan pola interaksi ddengan orang tua
Pola asuh orang tua terhadap anak dan remaja saangat bervareasi. Ada yang pola asuhnya bersifat otoriter, memanjakan anak, acuh tak acuh, dan ada juga yang penuh kasih sayang. Perbedaaan pola asuh orang tua dapat mempengaruhi perkembangan emosi remaja. Misalnya, kalau dulu anak dipukul karena nakal, maka pada saat remaja cara semacam itu dapat menimbulkan keteganggan yang lebih berat antara remaja dengan orang tuanya.
c. Perubahan interaksi dengan teman sebaya
Interaksi sesame teman sebaya dengan cara berkumpul untuk melakukan aktivitas bersama dengan membentuk semacam geng. Interaksi antar anggota dalam suatu kelompok geng biasanya sangat intens serta memiliki kohesivitas dan solidritas yang sangat tinggi. Pembentukan kelompok geng seperti ini lebih baik terjadi pada masa remaja awal karena biasanya bertujuan baik atsu positif, yaitu untuk memenuhi minat mereka bersama.
d. Perubahan pandangan luar
Adnya perubahan pandangan dunia luar yang dapat menyebabkan konflik-konflik
emosional dalam diri remaja, yaitu sebagai berikut :
1) Sikap dunia luar terhadap remaja yang tidak konsisten.
Mereka dianggap sudah dewasa, tetapi mereka tidak mendapat kebebasan penuh atau peran yang wajar sebagaimana orang dewasa.
2) Masyarakat masih menerapkan nilai-nilai yang berbeda untuk remaja laki-laki dan perempuan.
Jika remaja laki-laki memiliki banyak teman perempuan, mereka mendapat predikat popular dan mendatangkan kebanggaan. Sebaliknya, apabila remaja perempuan mempunyai banyak teman laki-laki sering dianggap tidak baik bahkan mendapat predikat kurang baik.
3) Kekosongan rema yang dimanfaatkan oleh pihak luar yang tidak bertanggungjawab, yaitu dengan cara melibatkan remaja kedalam kegiatan yang menghancurkan remaja dan melanggar nilai-nilai moral. Misalnya, penyalahgunaan obat terlarang, minum minuman keras, serta tindak kriminal dan kekerasan.
e. Perubahan interaksi dengan sekolah
Sekolah merupakan tempat pendidikan yang diidealkan oleh anak-anak sebelum mengijak masa remaja. Para guru merupakan tokoh yang sangat penting dalam kehidupan mereka karena selain tokoh intelektual, guru juga tokoh otoritas bagi para peserta didiknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar