Kamis, 14 Juli 2011

KEPROFESIONALISME SEORANG GURU

KEPROFESIONALISME SEORANG GURU
Profesionalisme menjadi taruhan ketika mengahadapi tuntutan-tuntutan pembelajaran demokratis karena tuntutan tersebut merefleksikan suatu kebutuhan yang semakin kompleks yang berasal dari siswa; tidak sekedar kemampua guru mengauasi pelajaran semata tetapi juga kemampuan lainnya yang bersifat psikis, strategis dan produktif. Tuntutan demikian ini hanya bisa dijawab oleh guru yang profesional
Oleh karena itu, Sudarwan Danim menegasakan bahwa tuntutan kehadiran guru yang profesional tidak pernah surut, karena dalam latar proses kemanusiaan dan pemanusiaan,ia hadir sebagai subjek paling diandalkan, yang sering kali disebut sebagai Oemar bakri.
Istilah professional berasal dari profession, yang mengandung arti sama dengan occupation atau pekerjaan yang memerlukan keahlian yang diperoleh melalui pendidikan atau latihan khusus. Ada beberapa pengertian yang berkaitan dengan professionalisme yaitu okupasi, profesi dan amatif. Terkadang membedakan antar para professional, amatir dan delitan. Maka para professional adalah para ahli di dalam bidangnya yang telah memperoelh pendidikan atau pelatihan yang khusus untuk pekerjaan itu.
Kemudian bagaimanakah hubungan profesional dengan kompetensi? M. Arifin menegaskan bahwa kompetensi itu bercirikan tiga kemampua profesional yang kepribadian guru, penguasa ilmu dan bahan pelajaran, dan ketrampilan mengajar yang disebut the teaching triad. Ini berarti antara profesi dan kompetensi memilki hubungan yang erat: profesi tanpa kompetensi akan kehilangan makna, dan kompetensi tanpa profesi akan kehilangan guna.
Mengenai kompetensi, di Indonesia telah ditetapkan sepuluh kompetensi yang harus dimiliki oleh guru sebagai instructional leader, yaitu: (1) memiliki kepribadian ideal sebagai guru; (2) penguasaan landasan pendidikan; (3)menguasai bahan pengajaran; (4)kemampuan menyusun program pengajaran; (6) kemampuan menilai hasil dan proses belajar mengajar; (7)kemampuan menyelenggarakan program bimbingan; (8) kemampuan menyelenggarakan administrasi sekolah; (9) kemampuan bekerja sama dengan teman sejawat dan masyarakat; dan (10) kemampuan menyelenggarakan penelitian sederhana untuk keperluan pengajaran.
Sebagai pendidik, guru harus professional sebagaimana ditetapkan dalam Undang-undang Sitem Pendiidkan Nasional bab IX pasal 39 ayat 2:
Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabidaian kepada mayarakat, terutama bagi pendidikan pada pergurua tinggi.
Ketentuan ini mencakup tipe macam kegiatan yang harus dilaksanakan oeh guru yaitu pengajaran, penelitan, dan pengabdian masyarakat. Beban ini tidak ada bedanya denganbebabn bagi dosen. Tiga macam kegiatan tersebut secara hierarchy melambangkan tiga upaya berjenjang dan meluas gerakannya. Pengajaran melambangkan pelaksanaan tugas rutin, penelitian melambangkan upaya pengembangan profesi, sedang pengabdian melambangkan pemberian kontribusi sosial kepada masyarakat akibat prestasi yang dicapai tersebut.
Dari ketiga kegiatan tersebut, terutama penelitian menuntut sikap gurui dinamis sebagai seorang professional. ‘seorang profesional adalah seorang yang terus meneur berkembang atau trainable. Untuk mewujudkan keadaan dinamis ini pendidikan guru harus mampu membeklai kemampuan kreativitas, rasionalitas, ketrlatihan memecahkan masalah , dan kematangan emosionalnya. Semua bekal ini dimaksudkan mewujudkan guru yang berkualitas sebagai tenaga profesional yang sukses dalam menjalankan tugasnya.
Keberhasilan guru dapat ditinjau dari dua segi proses dan dari segi hasil. Dari segi proses, guru berhasil bila mampu melibatkan sebagian besar peserta didik secara aktif baik fisik, mental maupun sosial dalam proses pembelajaran, juga dari gairah dan semangat mengajarnya serta adanya rasa percaya diri. Sedangkan dari segi hasil, guru berhasil bila pembelajaran yang diberikannya mampu mengubah perilaku pada sebagian besar peserta didik ke arah yang lebih baik. Sebaliknya,dari sisi siswa, belajar akan berhasil bila memenuhi dua persyaratan: (1) belajar merupakan sebuah kebutuhan siswa, dan (2)ada kesiapan untuk belajar, yakni kesiapan memperoleh pengalaman-pengalaman baru baik pengetahuan maupun ketrampilan.
Hal ini merupakan gerakan dua arah, yaitu gerakan profesional dari guru dan gerakan emosional dari siswa. Apabila yang bergerak hanya satu pihak tentu tidak akan berhasil, yang dalam istilah sehari-hari disebut bertepuk sebelah tangan. Sehebat-hebatnya potensi guru selagi tidak direspons positif oleh siswa, pasti tidak berarti apa-apa. Jadi gerakan dua arah dalam mensukseskan pembelajaran antara guru dan siswa itu sebagai gerakan sinergis.
Bagi guru yang profesioanl, dia harus memiliki kriteria-kriteria tertentu yang positif. Gilbert H. Hunt menyatakan bahwa guru yang baik itu harus memenuhi tujuh kriteria:
- sifat positif dalam membimbing siswa
- pengetahuan yang mamadai dalam mata pelajaran yang dibina
- mampu menyampaikan materi pelajaran secara lengkap
- mampu menguasai metodologi pembelajaran
- mampu memberikan harapan riil terhadap siswa
- mampu merekasi kebutuhan siswa
- mampu menguasi manajemen kelas
Disamping itu ada satu hal yang perlu mendapatkan perhatian khusus bagi guru yang profesional yaitu kondisi nyaman lingkungan belajar yang baik secara fisik maupun psikis. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional pasal 40 ayat 2 bagian 2 di muka menyebut dengan istilah menyenangkan. Demikia juga E. Mulyasa menegaskan, bahwa tugas guru yang paling utama adalah bagaimana mengkondisikan lingkungan belajar yang menyenangkan, agar dapat membangkitkan rasa ingin tahu semua peserta didik sehingga timbul minat dan nafsunya untuk belajar. Adapun Bobbi Deporter dan Mike Hernachi menyarankan agar memasukkan musik dan estetika dalam pengalama belajar siswa. karena musik berhubungan dan mempengaruhi kondisi fisiologis siswa. Yang diiringi musik membuat pikiran selalu siap dan mampu berkonsentrasi. dalam situasi otak kiri sedang bekerja, masuk akan membangkitkan reaksi otak kanan yang intuitif dan kreatif sehingga masukannya dapat dipadukan dengan keseluruhan proses.
Terkait dengan suasana yang nyaman ini, perlu dipikirkan oleh guru yang profesional yaitu menciptakan situasi pembelajaran yang bisa menumbuhkan kesan hiburan. Mungkin semua siswa menyukai hiburan, tetapi mayoritas mereka jenuh dengan belajar. Bagi mereka belajar adalah membosankan, menjenuhkan, dan di dalam kelas seperti di dalam penjara. Dari evaluasi yang didasarkan pada pengamatan ini, maka sangat dibutuhkan adanya proses pembelajaran yang bernuansa menghibur. Nuansa pembelajaran ini menjadi “pekerjaan rumah”bagi para guru khususnya guru yang profesional.
HAMBATAN – HAMBATAN UNTUK MENJADI GURU PROFESIONAL
Banyak hambatan yang dihadapi seorang guru untuk menjadi guru yang baik. Beberapa hambatan tersebut diantaranya adalah:
1. Gaji yang terlalu pas-pasan bahkan mungkin kurang. Gaji yang pas-pasan memaksa seorang guru untuk mencari nafkah tambahan seusai jam kerja. Hal ini mengakibatkan tidak memiliki kesempatan untuk membuat persiapan mengajar dengan membaca ulang materi pelajaran yang akan diajarkan besok hari. Hal ini dapat mengurangi kesiapan dan penampilan di muka kelas.
2. Tugas-tugas administrasi yang memberatkan. Sejak diberlakukannya kurikulum 2006, banyak tugas-tugas administrasi yang harus dikerjakan seorang guru yang tujuannya untuk meningkatkan profesionalitas seorang guru. Ternyata tugas-tugas ini menjadi beban yang cukup berat dan hampir tidak ada manfaatnya untuk menambah penampilan dan kesiapan seorang guru di muka kaelas. Sebagian besar tugas administrasi dibuat dengan setengah terpaksa hanya untuk menyenangkan hati atasan. Sebagai contoh, seorang guru diwajibkan membuat KTSP, Silabus dan Tetek mbegek yang lain, yang memaksa guru menuliskan uraian yang sama pada tugas pertama dan ditulis ulang pada tugas kedua dan tugas ketiga. Semuanya ini tidak pernah dipakai untuk meringankan beban mengajar di kelas karena tugas-tugas tersebut tidak pernaha dibaca lagi pada waktu akan/dan sedang mengajar. Seorang guru lebih suka membuka dan membaca buku pegangan mengajar daripada membawa Program Satuan Mengajar, Analisis Materi Pelajaran ataupun Rencana Pengajaran. Tugas-tugas ini memang sangat berguna bagi seorang calon guru. Tapi bagi guru yang sudah mengajar lebih dari tiga tahun , tugas ini hanya merupakan pekerjaan yang sia-sia (dikerjakan, lalu disimpan dalam lemari dan baru akan diperlihatkan jika “sedang sial” dapat kebagian pengawas), yang akhirnya masuk keranjang sampah dan ….Tahun berikutnya dia harus menulis ulang pekerjaan yang sia-sia itu.
Upaya Meningkatkan Profesionalisme Guru
Guru profesional seharusnya memiliki empat kompetensi, yaitu kompetensi pedagogis, kognitif, personaliti, dan sosial. Oleh karena itu, selain terampil mengajar, seorang guru juga memiliki pengetahuan yang luas, bijak, dan dapat bersosialisasi dengan baik.Mereka harus (1) memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme, (2) memiliki kualifikasi pendidikan dan latar belakang pendidikan yang sesuai dengan bidang tugasnya, (3) memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugasnya. Di samping itu, mereka juga harus (4) mematuhi kode etik profesi, (5) memiliki hak dan kewajiban dalam melaksanakan tugas, (6) memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerjanya, (7) memiliki kesempatan untuk mengembangkan profesinya secara berkelanjutan, (8) memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas profesionalnya, dan (9) memiliki organisasi profesi yang berbadan hukum (sumber UU tentang Guru dan Dosen). Di lapangan banyak di antara guru mengajarkan mata pelajaran yang tidak sesuai dengan kualifikasi pendidikan dan latar belakang pendidikan yang dimilikinya. (2) Tidak memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai bidang tugas. Guru profesional seharusnya memiliki empat kompetensi, yaitu kompetensi pedagogis, kognitif, personaliti, dan sosial. Oleh karena itu, seorang guru selain terampil mengajar, juga memiliki pengetahuan yang luas, bijak, dan dapat bersosialisasi dengan baik. Hal itu terindikasi dengan minimnya kesempatan beasiswa yang diberikan kepada guru dan tidak adanya program pencerdasan guru, misalnya dengan adanya tunjangan buku referensi, pelatihan berkala, dsb. Profesionalisme dalam pendidikan perlu dimaknai he does his job well. Artinya, guru haruslah orang yang memiliki insting pendidik, paling tidak mengerti dan memahami peserta didik. Guru harus menguasai secara mendalam minimal satu bidang keilmuan. Guru harus memiliki sikap integritas profesional. Dengan integritas barulah, sang guru menjadi teladan atau role model. Menyadari banyaknya guru yang belum memenuhi kriteria profesional, guru dan penanggung jawab pendidikan harus mengambil langkah. Salah satu tujuan pendidikan klasik (Yunani-Romawi) adalah menjadikan manusia makin menjadi "penganggur terhormat", dalam arti semakin memiliki banyak waktu luang untuk mempertajam intelektualitas (mind) dan kepribadian (personal). (4) Peningkatan kesejahteraan. Agar seorang guru bermartabat dan mampu "membangun" manusia muda dengan penuh percaya diri, guru harus memiliki kesejahteraan yang cukup.
Menjadi Guru favorit
Guru adalah pahlawan dengan kepribadian menyerupai nabi,semangat untuk terus berjuang dan berpetualang yang senantiasa bergelora didalam dirinya.
Apa yang terjelaskan tentang guru tersebut memang bisa dikatakan sebagai sesuatu yang factual,tetapi juga bisa menjadi sebuah cambuk dan harapan bagi seorang guru. Pasalnya, tidak sedikit guru yang belum paham peran,fungsi, dan perilaku mereka sebagai agen pengubah, seorang dengan karakter profetik itu.
Beberapa hal berikut ini kiranya bisa dijadikan bahan refleksi sekaligus “tempat” bercermin untuk kemudian meengubah diri menjadi guru yang baik, menjadi guru favorit, guru yang disenangi siswa yang pada muaranya membuat kegiatan belajar-mengajar lancer, menarik, dan menyenangkan. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk menjadi guru yang favorit:
A. Sabar
Menurut Talla Alie Turfe dalam bukunya mukjizat sabar. Sebagai seorang muslim, maka islam adalah orientasi hidup. Puncaknya adalah kesabaran, dan kesabaran adalah ketundukkan. Ketundukkan adalah keyakinan, dan keyainan adalah pembenaran. Dan mutiara perilaku adalah sabar.
Hal ini pula yang harus dimiliki seorang guru. Sebabnya tidak lain karena para anak didik memiliki karakter kepribadian masing-masing. Menyikapi keadaan ini, tentu kesabaran menjadi sebuah sifat yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam menghadapi kenakalan peserta didiknya.
B. Bisa Menjadi sahabat
Seorang guru yang baik adalah dia bisa menjadi sahabat bagi murid-muridnya. Kondisi perkembangan kehidupan yang kian pesat dan bebas seperti sekarang membutuhkan pendekatan dn penyikapan yang tepat dan benar. Beralas pada asumsi tersebut, tidak mengherankan jika banyak anak didik yang harus diperhatiakan. Tidak hanya itu, tentu saja, dinamika yang demikian tidaka jarang membuat seorang siswa rawan disapa masalah, yang jiaka tidak disikapi dengan benar akan membuat siswa tersebut terjerembab pada bingkai yang menghancurkan diri dan masa depannya.
C. Rendah Hati
Seorang guru yang berhasil memerankan kerendahan hati dalam kehiupannya akan membuatnya selalu lancar dalam menyikapi perkembangan dan perilaku anak-anak. Kerendahan hati yang dipraktikkan guru memberikan pemahaman dan keteladanan bagi anak-anak didik untuk juga mengamalkan perilaku yang sama.
D. Visioner dan Misioner
Untuk bisa membimbing dan memaksimalkan potensi anak-anak, juga memiliki rasa ingin tahu, visi dan misi seorang guru dalam mengajar memberikan kredit yang sangat besar. Visi seorang guru yang bagus memberikan penghargaan yang besar terhadap anak-anak didik. Misi seorang guru bahwa mendidik adalah usaha untuk memanusiakan manusia dan memaksimalkan potensi yang dimiliki anak didiknya.
E. Bisa Menjadi Pendengar dan Penengah
Kemampuan menjadi pendengar sangat diperlukan, bahkan harus dimiliki seorang guru. Kekurangan dan keberhasilan proses pembelajaran tidak sedikit disebabkan oleh sikap guru yang tidak bisa menjadi pendengar yang baik bagi anak didiknya.
Seorang guru juga harus bisa menjadi penengah bagi masalah yang sedang dihadapi oleh siswanya. Tidak heran jika para siswa kemudian bersimpati dan menjadikannya guru favorit.

F. Konsisten dan Komitmen dalam Bersikap
Seorang guru akan berhasil memberikan pemahaman dan pengetahuan kepada anak-anak didiknya jika dia konsisten dan komitmen pada tindakan dan perilakunya. Seorang guru yang konsisten melentamkan agar anak-anak didiknya senantiasa menjalankan proses, dan dia sendiri juga demikian, maka sinergi akan berjalan dengan sangat indah dan berdaya gugah dan berdaya ubah. Konsisten adalah alas yang sangat kokoh untuk membangun sebuah peradaban yang lebih baik. Guru juga harus mempunyai komitmen supaya apa yang sudah diberikan kepada anak didiknya bisa dicerna atau dipahami dengan mudah.
G. Menyenangi Kegiatan Mengajar
Jika seorang guru bisa menikmati aktivitasnya mengajar, ia akan selalu dalam suasana yang sangat menyenangkan, sehingga proses ketika ia memberikan informasi, motivasi, maupun memberikan tawaran nilai dan kemandirian kepada anak-anak didiknya, berlangsung dengan begitu menggembirakan. Menanggap bahwa kegiatan mengajar merupakan suatu aktivitas yang sangat menyenangkan memberikan motivasi untuk senantiasa dalam kondisi fit. Tatkala seorang guru telah menempatkan mengajar sebagai kehidupannya, ia akan mencurahkan tenaga dan rasa hatinya dalam dunia kepengajaran tersebut.
H. Memaknai Mengajar sebagai Pelayan
Memaknai mengajar sebagai sebuah pelayanan memberikan semangat untuk senantiasa memberikan yang terbaik bagi siswa. Para siswa demikian akan diberikan pelajaran dan bimbingan karena memang seorang guru sedang berusaha memberikan pelayanan kepada mereka dengan sebaik-baiknya.
Pelayanan seorang guru terhadap pendidikan dan juga tehadap anaak didik membingkai semua siklus pembelajaran yang menarik. Paradigm memberikan pelayanan menjadi spirit yang tidak akan pernah kering. Suatu pekerjaan jika dimaknai sebagai pelayanan akan menjadikan pekerjaan tersebut begitu menyenangkan.


I. Bahasa Cinta dan Kasih Sayang
Cinta dan kasih saying memberikan peran dan pengaruh yang sangat besar bagi keberlangsungan pendidikan, bahkan kehidupan ini. Cinta memiliki kekuatan yang sangat besar untuk memberikan perubahan, sekecil apapun dan sebesar apapun. Cinta selalu menjadi perbincangan selama kehidupan masih berlangsung, ini karena daya yang dimilikinya memang demikian dahsyat, tak terkira dan tak terwatas. Cinta menjadi sumber mata air kebijaksanaan yang senantiasa membuncah bertriliun kubik air kebajikan ketenangan.
Cinta senantiasa akan menjadi inspirasi dalam keberlangsungan pendidikan. Sebabnya, tidak lain karena ia membingkai semua hal kebaikan yang ada diatas persada dunia ini.
J. Menghargai Proses
Dalam proses pembelajaran, maka proses akan terus menjadi perihal utama pada tiap helai kajiannya. Proses akan mengaruh padahasil, demikian tesis utamanya. Hasil belajar yang baik. Bermula dari jalinan proses yang indah mengagumkan.
Pada dinamika anak TK, RA, atau PAUD juga demikian. Apalagi pada ranah pendidikan ini, anak sedang berada pada wilayah ketika dia memiliki potensi dan kemampuan luar biasa untuk menjadi pribadi unggul pada masa itu, juga pada masa depannya. Pada ranah wilayah ini, seorang anak sedang berada pada lingkaran utama dalam kehidupannya, sebab pada saat ini dia mencoba melakukan penyerapan atas semua hal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar