Jumat, 04 November 2011

Konseling Keluarga

A. Perspektif Perkembangan Keluarga

Pembahasan perspektif perkembangan keluarga meliputi :
1. Kerangka berpikir tentang keluarga
2. Perkembangan keluarga sebagai sesuatu yang berkelanjutan dan perubahan
3. Keluarga dipandang sebagai sistem psikososial.

1. Kerangka Berpikir Tentang Keluarga
Keluarga merupakan sistem sosial yang alamiah, berfungsi membentuk aturan-aturan, komunikasi, dan negosiasi di antara para anggotanya. Ketiga fungsi keluarga ini mempunyai sejumlah implikasi terhadap perkembangan dan keberadaan paraanggotanya. Keluarga melakukan suatu pola interaksi yang diulang-ulang melalui partisipasi seluruh anggotanya. Strategi-strategi konseling keluarga terutama membantu terpeliharanya hubungan-hubungan keluarga, juga dituntut untuk memodifikasi pola-pola transaksi dalam memenuhi kebutuhan anggota keluarga yang mengalami perubahan.
Dalam perspektif hubungan, konselor keluarga tidak menghilangkan signifikansi proses intrapsikis yang sifatnya individual, tetapi menempatkan perilaku individu dalam pandangan yang lebih luas. Perilaku individu itu dipandang sebagai suatu yang terjadi dalam sistem sosial keluarga dan konselor keluarga lebih memfokuskan pemahaman proses keluarga daripada mencari penjelasan-penjelasan yang sifatnya linier.

2. Perkembangan Keluarga
Satu cara untuk memahami individu-individu dan keluarga mereka, yaitu dengan cara meneliti perkembangan mereka lewat siklus kehidupan keluarga. Berkesinambungan dan berubah merupakan ciri dari kehidupan keluarga. Sistem keluarga itu mengalami perkembangan setiap waktu. Perkembangan keluarga pada umumnya terjadi secara teratur dan bertahap. Apabila terjadi kemandegan dalam keluarga, hal itu akan mengganggu sistem keluarga.
Dalam keluarga laki-laki dan perempuan dibesarkan dengan perbedaan harapan peranan, pengalaman, tujuan, dan kesempatan. Kesukuan dan pertimbangan sosio-ekonomi juga memengaruhi gaya hidup keluarga. Terlebih dahulu, hal yang harus diperhatikan adalah membantu menentukan bagaimana keluarga itu membentuk nilai-nilai, menetukan pola-pola perilaku, dan menentukan cara-cara mengekspresikan emosi, serta menentukan bagaimana mereka berkembang melalui siklus kehidupan keluarga. Hidup dalam kemiskinan dapat mengikis struktur keluarga dan menciptakan keluarga yang tidak terorganisasi.
3. Keluarga Sebagai Sistem Psikososial
Teori sistem umum memberikan dasar teoretis pada teori dan praktik konseling keluarga. Peran-peran keluarga sebagian besar tidak statis, perlu dipahami oleh anggota keluarga untuk membantu memantapkan dan mengatur fungsi keluarga. Keseimbangan dicapai dalam keluarga melalui proses interaksi yang dinamis. Hal ini membantu memulihkan stabilitas yang sewaktu-waktu terancam, yaitu dengan mengaktifkan aturan yang menjelaskan hubungan-hubungan. Pada saat perubahan keluarga terjaadi, siklus umpan balik positif dan negatife membantu memulihkan keseimbangan.
Sistem-sistem keluarga berinteraksi dengan sistem-sistem yang lebih besar lagi di luar rumah, seperti sistem tempat peribadatan, sekolah, dan tempat perawatan kesehatan.


B. Landasan-Landasan Sejarah dan Praktik Kontemporer Konseling Keluarga

Dalam landasan-landasan sejarah dan praktik kontemporer konseling keluarga dibahas mengenai :
1. Sejarah dan perkembangan konseling keluarga;
2. Pendekatan psikodinamik dalam teori dan praktik;
3. Pendekatan eksperensial/humanistik dalam teori dan praktik;
4. Pendekatan Bowen dalam teori dan praktik; dan
5. Pendekatan behavioral dalam teori dan praktik.
1. Sejarah dan Perkembangan Konseling Keluarga
Konseling keluarga ini distimulasi oleh penelitian menganai keluarga yang anggotanya mengalami schizophrenia. Konseling keluarga berkembang mencapai kemajuan pada tahun 1960-an. Pada tahun 1960-an, para pelopor konseling keluarga memutuskan untuk bekerja sama dengan para konselor yang berorientasi individual.
Teknik-teknik dalam konseling keluarga berkembang dengan pesat memasuki tahun 1970-an. Pada tahun 1980-an, konseling perkawinan dan konseling keluarga menjadi satu. Pada saat sekarang, konseling keluarga lebih menekankan penanganan masalah-masalah secara kontekstual dari pada secara terpisah dengan individu-individu. Tantangan yang dihadapi konseling keluarga pada tahun 1980-an adalah mengintegrasikan berbagai pendekatan konseling keluarga dan menggunakan kombinasi-kombinasi dari teknik-teknik yang dibutuhkan untuk populasi-populasi yang berbeda

2. Pendekatan-Pendekatan dalam Konseling Keluarga
Pendekatan-pendekatan dalam konseling keluarga dapat dibagi kedalam enam kelompok, yaitu:
 Psikodinamik : Pandangan psikodinamik berdasar pada model psikoanalisis, memberikan perhatian terhadap latar belakang dan pengalaman setiap anggota keluarga sebanyak pada unit keluarga itu sendiri.

 Eksistensial/Humanistik : Pada dasarnya, pendekatan Eksperiensial tidak menekankan pada teoritis dan latar belakang sejarah. Pendekatan ini lebih menekankan pada tindakan daripada wawasan dan interpretasi. Pendekatan ini memberikan pengalaman dalam meningkatkan perkembangan, yaitu melalui interaksi antara konselor dan keluarga.

 Bowenian : Pendekatan Murray Bowen terkenal dengan teori sistem keluarga. Pendekatan ini dianggap sebagai sesuatu yang menjembatani pandangan-pandangan yang berorientasi psikodinamik dengan pandangan-pandangan yang lebih menekankan pada sistem. Bowen mengkonseptualisasikan keluarga sebagai sistem hubungan emosional.

 Structural : Pendekatan structural dalam konseling keluarga terutama dikaitkan dengan Salvador Minuchin dan koleganyan di pusat Bimbingan Anak Philadelphia. Pendekatan ini dilandasi sistem. Teori konseling keluarga memfokuskan pada kegiatan, keseluruhan yang terorganisasi dari unit keluarga, dan cara-cara dimana keluarga mengatur dirinya sendiri melalui pola-pola transaksional diantara mereka.

 Komunikasi/Stategis : Teori-teori komunikasi, muncul dari penelitian Lembaga Penelitian Mental (MRI) di Plato Alto pada tahun 1950-an. Teori-teori komunikasi ini mempunyai pengaruh yang besar terhadap konseling keluarga dengan menyusun kembali masalah-masalah manusia sebagai masalah interaksi dan sifat situasional.


 Behavioral : Pendekatan behavioral ini mengambil prinsip-prinsip belajar manusia, seperti classical dan operant conditioning, penguatan positif dan negative, pembentukan, extinction, dan belajar social. Pendekatan behavioral lingkungan, situasional, dan faktor-faktor social dari perilaku.

 Bentuk-bentuk lain dari Intervensi Terapeutik : Terdapat empat jenis teknik konseling keluarga sebagai tambahan terhadap pendekatan-pendekatan yang sudah biasa dilakukan dalam treatment, yaitu prosedur-prosedur nonverbal, prosedur-prosedur yang dibatasi waktunya, prosedur-prosedur yang berosientasi krisis, dan intervensi-intervensi yang melibatkan kelompok yang lebih luas.


 Hal yang membedakan pendekatan-pendekatan tersebut adalah :
a) Orientasi teoretis, dalam intervensinya apakah menekankan pada masa lalu atau masa sekarang,
b) Proses konseling, apakah menekankan peran ketidak sabaran atau kesadaran,
c) Apakah menekankan wawasan atau tindakan,
d) Fungsi konseior diutamakan atau tidak,
e) Analisisnya apakah menggunakan individual dyat, atau triad, dan
f) Tujuan-tujuan treatment.


C. Penelitian, Latihan, dan Praktik Profesional

Penelitian dalam konseling keluarga didahului oleh perkembangan teknik-teknik intervensi terapeutik. Akhir-akhir ini berkembang penelitian tentang proses dan hasil dari intervensi konseling keluarga. Selanjutnya, penelitian tertarik pada keuntungan dan kerugian relatif dari alternatif pendekatan-pendekatan untuk individu-individu dan keluarga-keluarga yang kesulitannya berbeda.
Sebagian besar program-program latihan itu langsung berupaya untuk membantu traine mengembangkan persepsi, konsep, dan ketrampilan-ketrampilan dalam kerja dengan keluarga. Alat bantu latihan ini meliputi:

1) Kursus kerja didaktik;
2) Menggunakan master videotape terapis dan traine;
3) Melakukan supervisi melalui bimbingan aktif dengan supervisor yang melihat pertemuan tersebut di belakang cermin yang satu arah dan melakukan umpan balik korektif melalui telephone, earphone, memanggil traine/terapis dari pertemuan konseling untuk konsultasi;
4) Ko-konseling di mana traine mempunyai kesempatan bekrja di samping mentor dengan keluarga
Praktik professional dalam konseling perkawinan/keluarga diatur oleh status hukum dan pengaturan diri dengan kode etik, review sebaya, melanjutkan pendidikan, dan konsultasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar