A. Ragam Bimbingan Menurut Masalah
Dari maslaah individu ada empat jenis bimbingan, yaitu : bimbingan akademik, bimbingan sosial pribadi, bimbingan karier, dan bimbingan keluarga
1. Bimbingan Akademik
Bimbingan akademik, yaitu bimbingan yang diarahkan untuk membantu para individu dalam menghadapidan menyelesaikan masalh-masalah akademik yang termasuk masalah-masalh akademik, yaitu pengenalan kurikulum, emilihan jurusan/cara belajar, penyelesaian tugas-tugas dan latihan, pencarian serta penggunaan sumber belajar, perencanaan pendidikan lanjutan dan lain-lain.
Bimbingan dilakukan dengan cara mengembangkan suasana belajar-mengajar yang kondusif agar tehindar dari kesulitan belajar.
2. Bimbingan sosial pribadi
Bimbingan social pribadi merupakan bimbingan untuk membantu para individu dalam menyelesaikan masalah-masalah social pribadi yang termasuk maslah-aslah social pribadi adalah maslaah ubungan dengan sesame teman, dosen, pemahaman sifat dan kemampuan diri, penyesuaian diri dengan lingkungan pendidikan dan masyarakat tempat mereka tinggal, serta penyelesaian konflik.
Bimbingan diarahkan untuk memantapkan kepribadian dan mengembangkan kemampuan individu dalam menangani masalah-masalah dirinya. Bimbingan ini diberikan dengan cara menciptakan lingkungan yang kondusif, interaksi pendidikan yang akrab, mengembangkan system pemahaman diri dan sikap-sikap yang positif, serta keterampilan-keterampilan social pribadi.
3. Bimbingan karier
Bimbingan karier yaitu bimbingan untuk membantu individu dalam perencanaan pengembangan dan penyelesaian masalah-masalah karier, seprti pemahaman terhadap jabatan dan tugas-tugas kerja, pemahaman kondisi dan kemampuan diri, pemahaman kondisi lingkungan, perencanaan dan pengembangan karier, penyesuaian pekerjaan dan penyelesaian masalah-masalah karier yang dihadapi.
Bimbingan karier juga merupakan layanan pemenuhan kebutuhan perkembangan individu sebagai bagian integral dari program pendidikan. Bimbingan karier membantu individu mempersiapkan pekerjaan/jabatan, membantu individu pada saat bekerja, dan membantu individu setelah pensiun dari pekerjaan. Dengan layanan bimbingan karier, individu mampu menentukan dan mengambil keputusan secara tepat dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya sehingga mampu mewujudkan dirinya secara bermakna.
4. Bimbingan keluarga
Bimbingan keluarga merupakan upaya pemberian bantuan kepada para individu sebagai pemimpin/anggota keluarga agar mereka mampu menciptakan keluarga yang utuh dan harmonis, memberdayakan diri secara prduktif, dapat menciptakan dan menyesuaikan diri dengan norma keluarga, sertaberperan/berpartisipasi aktif dalam mencapai kehidupan keluarga yang bahagia.
Bimbingan keluarga juga membantu individu yang akan berkeluarga memahami tugas dan tanggung jawabnya sebagai anggota keluarga sehingga individu siap menghadapi kehidupan berkeluarga.
B. Ragam Layanan Bimbingan
Dalam bimbingan dan konseling dibedakan empat jenis layanan utama, yaitu layanan dasar bimbingan, layanan responsif, layanan perencanaan individual, dan dukungan system.
1. Layanan dasar bimbingan adalah layanan bimbingan yang bertujuan membantu para individu mengembangkan perilaku efektif dan keterampilan-keterampilan hidupnya yang mengacu pada tugas-tugas perkembangan.
Contoh isi layanan dasar bimbingan untuk orang dewasa, yaitu :
a. Memiliki tanggungjawab social dan kewarganegaraan secara lebih dewasa
b. Membantu anak-anak dan pemuda khususnya anak kandungnya sendiri agar berkembang menjadi orang dewasa yang bahagia dan bertanggung jawab
c. Mengembangkan aktivitas dan memanfaatkan waktu luang sebaik-baiknya bersama orang dewasa lain
2. Layanan responsive adalah layanan bimbingan yang bertujuan membantu memenuhi kebutuhan yang dirasakan sangat penting oleh individu saat ini. Isi layanan responsive adalah :
a. Bidang pendidikan, mengatasi masalah kesulitan dalam memilih pendidikan, jurusan, program studi yang cocok dengan minat, bakat dan ciri-ciri kepribadian lainnya.
b. Bidang belajar, terkait dengan mengatasi masalah kesulitan dalam belajar, mengatur cara belajar, memprioritaskan pelajaran, serta strategi dan teknik belajar.
c. Dalam bidang social, terkait dengan mengatasi masalah kesulitan dalam hubungan social, kesulitan menyesuaikan dengan lingkungan keluarga, tetangga, teman, sekolah dan masyarakat.
d. Dalam bidang pribadi, terkait dengan mengatasi maslah kesulitan dalam mengatasi konflik internal pribadi, kesulitan dalam mengambil keputusan, dan k esulitan dalam mengendalikan diri serta mengarahkan diri.
e. Dalam bidang karier, terkait dengan mengatasi maslah kesulitan dalam memilih pekerjaan yang cocok dengan minat, keahlian dan cirri-ciri kepribadian lainnya.
3. Layanan perencanaan individual adalah layanan bimbingan yang bertujuan membantu individu membuat dan mengimplementasikan rencana-rencana pendidikan, karier, dan social p ribadinya.
Isi layana perenecanaan individual adalah :
a. Bidang pendidikan dengan topik-topik belajar yang efektif, belajar memantapkan program keahlian yang sesuai dengan bakat, minat dan karakteristik kepribadian lainnya.
b. Bidang karier dengan topik-topik mengidentifikasi kesempatan karier yang ada dilingkungan masyarakat, mengembangkan sikap positif terhadp dunia kerja dan merencanakan kedhiupan kariernya.
c. Bidang sosial-pribadi dengan topik mengembangkan konsep diri yang positif, mengembangkan keterampilan-keterampilan sosial yang tepat, belajar menghindari konflik dengan teman dan belajar memahami perasaan orang lain.
4. Dukungan system
Adalah kegiatan-kegiatan manajemen yang bertujuan memantapkan, memelihara, dan meningkatkan program bimbingan secara menyeluruh melalui pengembangan professional; hubungan masyarakat dan staf; konsultasi dengan guru, staf ahli/penasihat, dari masyarakat yang leih luas; manajemen program; serta penelitian dan pengembangan.
a. Layanan Pengumpulan data
Dalam layanan in, semua data tentang individu beserta latar belakangnya dibimpun dan didokumentasikan. Data dihimpun dari berbagai sumber dengan menggunakan angket. Wawancara, observasi, studi documenter, dan tes
Data yang dihimpun di antaranya data pribadi, keluarga, sosial, budaya, agama, status ekonomi, prestasi, kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual, ketahanmalangan, ketekunan, kerjainan, dan sebagainya.
b. Layanan Informasi
Layanan informasi merupakan layanan member informasi yang dibutuhkan oleh individu. Tujuan layanan ini adalah agar individu memiliki pengetahuan (informasi) yang memadai, baik tentang dirinya maupun tentang lingkungannya, lingkungan perguruan tinggi, masyarakat, serta sumber-sumber belajar termasuk internet. Informasi yang diperoleh individu sangat diperlukan agar individu lebih mudah dalam membuat perencanaan dan mengambil keputusan.
c. Layanan Penempatan
Layanan p enempatan merupakan layanan untuk mebantu individu dala meperoleh tempat bagi pengembangan potensi yang dimilikinya. Tujuan layanan ini adalah agar setiap individu dapat megnembangkan diri secara optimal sesuai dengan potensi dan kekuatan yang dimilikinya. Setia individu diharapkan menempati kelompok, jurusan, program studi, serta saluran kegiatan yang memungkinkan mereka mengembangkan segala kemampuan pribadinya.
d. Layanan Konseling
Layanan konseling merupakan layanan untuk membantu individu menyelesaikan masalah-maslah, terutama maslah sosial-pribadi yang mereka hadapi. Layanan konseling ini dilakukan melalui proses interaksi yang bersifat pribadi antara konselor dan konseli. Konselor memfasilitasi lingkungan psikologis konseli sehingga konseli dapat mengembangkan potensinya sebaik mungkin dan mampu mengatasi maslah yang dihadapinya sebaik mungkin.
e. Layanan Referal
Layanan referral merupakan layanan untuk melimpahkan maslah yang dihadapi individu kepada pihak lain yang lebih m ampu dan berwenang apabila maslah yang ditangani pembimbing di luar kemampuan dan kewenangan personal pemberi bantuan yang ada.
f. Layanan Evaluasi dan TIndak Lanjut
Untuk menilai pelaksanaan dan keberhasilan layanan bimbingan yang diberikan, diadkan evaluasi. Berdasarkan hasil evaluasi tersebut diadakan upaya-upaya tindak lanjut untuk menyempurnakannya.
Layanan evaluasi ini menyangkut evaluasi proses ataupun evaluasi hasil pelaksanaan bimbingan. Evaluasi proses menilai sejauh mana keterlaksanaan program bimbingan dan konseling itu didukung atau tidak oleh komponen-komponen yang terkait dengan sumber pelaksana, biaya, fasilitas, dan manajemen.
C. Ragam Pendekatan Bimbingan
Dilihat dari pendekatannya, bimbingan dibedakan atas empat pendekatan yaitu; (1) Pendekatan krisis; (2) Pendekatan remedial; (3) pendekatan preventif; dan (4) pendekatan perkembangan.
1. Pendekatan Krisis
Pendekatan krisi disebut juga pendekatan kuratif merupakan upaya bimbingan yang diarahkan kepada individu yang mengalami krisi atau masalah. Bimbingan ini bertujuan mengatasi krisi atau maslah=-maslah yang dialami individu. Dalam pendekatan krisis pembimbing menunggu individu yang dating. Selanjutnya, mereka memberikan bantuan sesuai dengan masalah yang dirasakan individu.
2. Pendekatan Remedial
Pendekatan remedial merupakan pendekatan bimbingan yang diarahkan kepada individu yang mengalami kelemahan atau kekurangan. Tujuan bimbingan ini adala untuk memantu memperbaiki kekurangan/ kelemahan yang dialami individu. Dalam pendekatan ini, pembimbing memfokuskan tujuannya pada kelemahan-kelemahan individu dan selanjutnya berupaya untuk memperbaikinya.
3. Pendekatan Preventif
Pendekatan preventif merupakan pendekatan yang diarahkan pada antisipasi maslah-masalah umum individu, mencegah jangan sampai masalah tersebut menimpa indivd\idu. Pembimbing memberikan bebrapa upaya, seperti informasi dan keterampilan untuk mencegah masalah tersebut.
4. Pendekatan perkembangan.
Pendekatan perkembangan menekankan pada pengembangan potensi dan kekuatan yang ada pada individu secara optimal. Dalam pendekatan ini, layanan bimbingan diberikan kepada semua individu, bukan hanya pada individu yang menghadapi masalah. Bimbingan perkembangan dapat dilaksanakan secara individual, kelompok, bahkan klasikal melalui layanan pemberian informasi, diskusi, proses kelompok, serta penyaluran bakat dan minat.
D. Ragam Teknik Bimbingan
Ada beberapa macam teknik bimbingan yang dapat digunakan untuk membantu perkembangan individu, yaitu konseling, nasihat, bimbingan kelompok, konseling kelompok, dan mengajar bernuasnsa bimbingan.
1. Konseling
Konseling m erupakan bantuan yang bersifat terapeutik yang diarahkan untuk mengubah sikap dan perilaku individu. Konseling dilaksanakan melalui wawncara (konseling) langsung dengan individu. Konseling ditujukan kepada individu yang normal, bukan yang mengalami kesulitan kejiwaan, melainkan hanya mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri dalam pendidikan, pekerjaan, dan k ehidupan sosial.
Dalam konseling berisi proses belajar yang ditujukan agar konseli (individu) dapat mengenal diri, menerima, mengarahkan, dan menyesuaikan diri secara realistis dalam kehidupannya di kampus ataupun luar kampus. Dalam konseling tercipta hubungan pribadi yang unik dan khas dengan hubungan tersebut individu diarahkan agar dapat membuat keputusan, pemilihan, dan rencana yang bijaksana, serta dapat berkembang dan berperan lebih baik di lingkungannya.
2. Nasihat
Nasihat merupakan salah satu teknik bimbingan yang dapat diberikan oleh konslor ataupun pembimbing. Pemberian nasihat hendaknya memerhatikan hal-hal sebagi berikut.
a. Berdasarkan masalah atau kesulitan yang dihadapi oleh klien (individu),
b. Diawali dengan menghimun data yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi,
c. Nasihat yang diberikan bersifat alternative yang dapat dipilih oleh individu, disertai kemungkinan keberhasilan dan kegagalan.
d. Hendaknya, individu mau dan mampu mempertanggungjawabkan keputusan yang diambilnya.
3. Bimbingan kelompok
Bimbingan kelompok merupakan bantuan terhadap individu yang dilaksanakan dalam situasi kelompok. Bimbingan kelompok dapat berupa penyampaian informasi ataupun aktivitas kelompok membahas maslaah-maslah pendidikan, pekerjaan, pribadi, dan sosial.
Bimbingan kelompok dilaksanakan dalam tiga kelompok, yaitu kelompok kecil (2 – 6 orang), kelompok sedang (7 – 12 orang), dan kelompok besar (13 – 20 orang) atau kelas (20-40 orang). Pemberian informasi dalam bimbingan kelompok terutama dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman tentang kenyataan, aturan-aturan dalam kehidupan, dan cara-cara yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan tugas, serta meraih masa depan dalam studi, karier, ataupun kehidupan. Aktivitas kelompok diarahkan untuk memperbaiki dan mengembangkan pemahaman diri dan pemahaman lingkungan, penyesuaian diri, serta pengembangan diri.
4. Konseling kelompok
Konseling kelopok merupakan bantuan kepada individu dalam situasi kelompok yang bersifat pencegahan dan penyembuhan, serta diarahkan pada pemberian k emudahan dalam perkembangan dan pertumbuhannya. Konseling kelompok bersifat pencegahan dalam arti, bahwa individu yang bersangkutan mempunyai kemampuan normal atau berfungsi secar wajar dalam masyarakat, tetapi memiliki beberapa kelehaman dalam kehidupannya sehingga mengganggu kelancaran berkomunikasi dengan orang lain. Konseling kelompok bersifat member k emudahan bagi pertumbuhan dan perkembangan individu, dalam arti member kesempatan, dorongan, juga pengarahan kepada individu-individu yang bersangkutan untuk mengubah sikap dan perilakunya selaras dengan lingkungannya.
Individu dalam konseling kelompok pada dasarnya adalah individu normal yang memiliki berbagai kepedulian dan kemampuan, serta persoalan yang dihadapi bukanlah gangguan kejiwaan yang tergolong sakit, hanya kekeliruan dalam penyesuaian diri.
5. Mengajar bernuansa bimbingan
Bimbingan waktu mengajar yang dapat dilakukan oleh dosen berupa menjelaskan tujuan dan manfaat perkuliahan, cara belajar, mata kuliah yang diberikan, dorongan untuk berprestasi, membantu mengatasi kesulitan yang dihadapi individu, penyelesaian tugas, merencanakan asa depan, memberikan fasilitas belajar, member kesempatan untuk berprestasi, dan lain-lain.
Secara umum, bimbingan yang dapat diberikan guru/dosen sambil mengajar adalah (1) mengenal dan memahami individu secara mendalam; (2) memberikan perlakuan dengan memerhatikan perbedaan individual; (3) memperlakukan individu secara manusiawi; (4) member kemudahan untuk mengembangkan diri secara optimal; dan (5) menciptakan suasana kelas yang menyenangkan.
Suasana kelas dan proses belajar-mengajar yang menerapkan prinsip-prinsip/bernuansa bimbingan tampak sebgai berikut.
a. Tercipta iklim kelas yang permisif, bebas dari keegagan dan menemakan individu sebagai subjek pengajaran.
b. Adanya arahan/orientasi agar terselenggaranya bealjar yang efektif, baik dalam bidang studi yang diajarkannya, maupun dalam keseluruhan perkuliahan.
c. Menerima dan memperlakukan individu sebagi individu yang mempunyai harga diri dengan memahami kekurangan, kelebihan, dan masalah-masalahnya.
d. Mempersiapkan serta menyelenggarakan perkuliahan sesuai denga kebutuhan dan kemampuan individu.
e. Membina hubungan yang dekat dengan individu, menerima individu yang akan berkonsultasi dan meminta bantuan.
E.
KATEGORI
- AGAMA (2)
- BIMBINGAN KONSELING (9)
- FILSAFAT ILMU (5)
- ILMU MATEMATIKA (3)
- PROFESI KEGURUAN (2)
- PSIKOLOGI PERKEMBANGAN (4)
Kamis, 10 November 2011
Jumat, 04 November 2011
Konsenp Dasar Mutu Serta Sistem Manajement Layanan dan Bimbingan
A. Mutu Layanan Bimbingan dan Konseling
William J . Kolarik (1995) mengemumakan mutu layanan bimbingan dan konsterling adalah memenuhi apa yang diharapkan oleh klien atau konseli.Goetsch dan Davis (1994) mutu layanan bimbingan dan konstrling itu merujuk pada proses layanan dan konstreling yang mampu memenuhi harapan siswa, masyarakat, dan pemerintah.
1. Mutu Proses Layanan Bimbingan dan Konseling
Proses layanan bimbingan dan konseling yang bermutu adalah layanan bimbingan dan konseling yang mampu mengintegrasikan, mendistribusikan, mengelolah, dan mendayagunakan program, personel, fasilitas, serta pembiayaan bimbingan dan konseling secara optimal agar dapat mengembangkan seluruh potensi siswa.
Fakto – faktor yang mempengaruhi mutu proses layanan bimbingan konseling:
a. Mutu program layanan bimbingan dan konseling
Layanan bimbingan dan konseling sebagai bagian integral dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, tidak mungkin akan mencapai sasaranya apabila tidak memiliki program yang tertentu, dalam arti tersusun secara jelas, sistematis, dan terarah.
Program bimbingan yang baik, yaitu program yang apabila dilaksanakan efisien dan efektif. Program tersebut memiliki ciri sebagai berikut :
1) Program itu disusun dan dikembangkan berdasarkan kebudayaan nyata dari para siswa sekolah yang bersangkutan.
2) Kegiatan bimbingan diatur menurut skala prioretas yang juga ditentukan berdasarkan kebutuhan siswa dan kemampuan petugas.
3) Program itu dikembangkan berangsur -angsur dengan.
4) Program itu memiliki tujuan yang ideal.
5) Program itu mencerminkan komunikasi yang berkesinambungan
6) Menyediakan fasilitas yang diperlukan.
7) Penyusunan disesuaikan dengan program pendidikan di lingkungan sekolah.
8) Memperlihatkan peran yang penting dalam menghubungkan dan memadukan sekolah dan masyarakat.
b. Mutu konselor
Tahun 1944, Graves telah memberikan petunjuk, bahwa seorang konselor yang bermutu hendaknya memiliki integritas dan vitalitas, gesit dan trampil, memiliki kemampuan menilai dan memperkirakan masalah secara tajam, terlatih, dan berpengalaman luas.
Munro, Manthei, dan Small (1979) menyatakan ciri kepribadian konselor yang bermutu, yaitu memiliki sifat luwes, hangat, dapat menerima orang lain, terbuka, dapat merasakan penderitaan orang lain, mengenal diri sendiri, tidak berpura- pura, menghargai orang lain, tidak mau menang sendiri, dan objektif.
Persyaratan formal yang harus dimiliki oleh konselor :
1) Pendidikan
Secara profesianal, seorang konselor disebuah sekolah, hendaknya telah mencapai tingkat pendidikan sarjana bimbingan. Dalam masa pendidikan pada institusi yang bersangkutan, seorang konselor harus menempuh mata kuliah tentang prinsip dan praktek bimbingan. Adapun bidang yang harus dikuasai antara lain proses konseling, pemahaman individu, informasi dalam bidang pendidikan, pekerjaan, jabatan, administrasi program bimbingan, prosedur penelitian dan penilaian bimbingan. Selain bidang tersebut, perlu juga dikuasai dengan yang lainnya meliputi bidang psikologi, ekonomi, sosial, budaya, dan agama.
2) Pengalaman
Seorang konseler profesional hendaknya telah memiliki pengalaman mengajar atau melaksanakan praktek konseling selama dua tahun, ditambah satu tahun pengalaman bekerja diluar bidang persekolahan, tiga bulan sampai enam bulan praktek konseling yang diawasi oleh tim pembimbing, dan pengalaman yang ada kaitannya dengan kegiatan sosial (Milton Blum dan Benjamin Balinski, 1961).
3) Kecocokan pribadi
Sifat -sifat pribadi yang harus dimiliki oeh seorang konselor yang bermutu dengan persyaratan formal :
i. Bakat skolatik sehingga mereka akan mendapat studi diperguruan tinggi dengan hasil yang memuaskan.
ii. Minat yang men dalam untuk kerja sama dengan orang lain.
iii. Minat yang mendalam terhadap kegiatan -kegiatan yang dilakukannya.
iv. Faktor -faktor kepribadian yang diperlihatkan oleh kematangan emosi, kesabaran, keramahan, keseimbangan batin, tidak lekas menarik diri dari situasi yang rawan, serta cepat tanggap terhadap kritik.
c. Fasilitas dan pembiayaan yang memadai
Aspek pembiayaan merupakan perhatian yang lebih serius karena dalam kenyataannya aspek tersebut merupakan salah satu faktor penghambat proses pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling. Tanpa adanya pembiayaan yang memadai maka proses pelaksanaan program layanan bimbingan dan konseling cenderung mengalami hambatan dan sulit diharapkan tercapainya keberhasilan program layanan bimbingan.
Adapun fasilitas yang diharapkan tersedia disekolah ialah ruang tempat bimbingan dan konseling yang bermutu.
2. Mutu Produk Layanan Bimbingan dan Konseling
• Harapan siswa
Gerald A.Gladstein (dalam Shertzer dan Stone, 1988) bahwa layanan bimbingan konseling yang bermutu membantu siswa, tidakm sebatas mengatasi masalah- masalah pendidikan dan pekerjaan mampu membantu mengatasi masalah -masalah pada siswa.
• Harapan orang tua
Janet Worthington (1972) bahwa layanan bimbingan dan konseling yang bermutu mampu membantu orang tua membimbing belajar.
• Harapan guru bidang studi
Robert F. Gibson (1965) bahwa layanan bimbingan konseling yang bermutu mampu membantu guru mengurangi perilaku siswa yang menjadi penyebab keributan atau gangguan di kelas, sera membantu proses belajar lebih mudah dan efektif.
• Harapan kepala sekolah
Darrel H. Hart dan Donald J. Prince (1970) bahea layanan bimbingab konseling yang bermutu membatu menyelesaikan masalah organisasi sekolah, mengurangi konflik, melancarkan keberhasilan belajar siswa, membantu menyelesaikan masalah pendidikan.
• Harapan pemerintah
Shertzer dan Stone (1988) bahwa layanan bimbingan konseling yang bermutu mampu membantu pemerintah dalam mengidentifikasi orang-orang yang berbakat, dan membantu mengarahkan individu pada pekerjaan yang penting.
Adapun dukungan pemerintah indonesia dalam menanggapi bimbingan dan konseling yang bermutu mampu membantu siswa mengenal bakat, minat, dan kemampuan, serta memilih dan menyesuaikan diri dengan kesempatan pendidikan untuk merencanankan karier.
Dengan memperhatikan harapan-harapan dari berbagai pihak terhadap layanan bimbingan dan konseling, dapat disimpulkan bahwa layanan bimbingan dan konseling yang bermutu adalah layanan bimbingan dan konseling yang mampu memenuhi harapan siswa, guru, kepala sekolah, orang tua , dan pemerintah, yaitu mampu mengembangkan seluruh potensi siswa meliputi aspek pribadi, sosial, pendidikan, dan karier.
Dari harapan-harapan berbagai pihak terhadap layanan bimbingan dan konsterling, dapat disimpulkan bahwa layanan bimbingan dan konseling yang bermutu adalah layanan bimbingan dan konseling yang mampu memenuhi harapan siswa, guru, kepala sekolah, orang tua, dan pemerintah, yaitu mampu mengembangkan seluruh potensi siswa meliputi aspek pribadi, sosial, pendidikan, dan karier.
Adapun tugas-tugas perkembangan siswa SMU yang sedang berada pada fase remaja dikemumakan oleh HJ. Havighurst (1957) :
1) Mencapai hebungan baru dan lebih matang dengan teman sebaya.
2) Mencapai peran sosial sebagai laki-laki atau perempuan.
3) Mencapai kebebasan emosianal dari orang tua orang dewasa.
4) Memilih dan mempersiapkan untuk suatu pekerjaan.
5) Mengembangkan ketrampilan intelektual dan konsep yang diperlukan sebagai anggota masyarakat yang kompetem.
B. Sistem Manajeman Layanan Bimbingan dan Konseling
berikut ini diuraikan asapek-aspek manajemen program layanan bimbingan dan konseling :
1. Perencanaan serta Pengorganisasian Program Layanan Bimbingan dan Konseling
Manfaat dilakukannya perencanaan program secara matang;
a) Adanya kejelasan arah pelaksanan program bimbingan
b) Adanya kemudahan mengontrol dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan bimbingan yang dilakukan
c) Terlaksanannya program kegiatan bimbingan secara lancar, efisien, dan efektif
Dalam hubungannya dengan perencanan program layanan bimbingan dan konseling di SMU, ada beberapa aspek kegiatan penting yang perlu dilakukan, yaitu:
a) Analisis kebutuhan dan permasalahan siswa
b) Penentuan tujuan program layanan bimbingan yang hendak dicapai
c) Analisis situasi dan kondisi di sekolah
d) Penentuan jenis-jenis kegiatan yang dilakukan
Dibawah ini dijelaskan tugas personel sekolah yang berkaitan dengan kegiatan layanan bimbingan dan konseling di sekolah :
a. Kepala sekolah
• Mengoordinasikan seluruh kegiatan pendidikan yangmeliputi kegiatan pengajaran, penelitian, dan bimbingan di sekolah
• Menyediakan serta melengkapi sarana dan prasana
• Memberikan kemudahan bagi terlaksananya program bimbingan dan konseling
• Membuat surat tugas guru pembimbing dalam proses bimbingan dan konseling
b. Wakil kepala sekolah
• Mengoordinasikan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling kepada semua personel sekolah
• Melaksanan kebijakan pimpinan sekolah terutama dalam melaksanakanlaynan bimbingan dan konsteling
c. Koordinator guru pembimbing (konselor)
• Mengoordinasikan para guru pembimbing
• Membuat usulan kepada kepala sekolah dan mengusahakan terpenuhinya tenaga, sarana, serta prasarana.
• Mempertanggungjawabkan pelaksanaan kegiatan bimbingan kepada kepala sekolah
d. Guru pembimbing (konselor)
• Memasyaratkan kegiatan bimbingan
• Merencanakan program bimbingan
• Menilai proses dan hasil kegiatan layanan bimbingan
• Menganalisis hasil penilaian
• Melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasil analisis
e. Staf administrasi
• Membantu guru pembimbing dan koordinator dalam mengadministrasi seluruh kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah
• Membantu mempersiapkan seluruh kegiatan bimbingan dan konseling
• Membantu menyiapkan sarana yang diperlukan dalam layanan bimbingan dan konseling
f. Guru mata pelajaran
• Membantu memasyarakatkan layanan bimbingan kepada siswa
• Melakukan kerjasama dengan guru pembimbing dalam mengidentifikasi siswa yang memerlukan bimbingan
• Ikut serta dalam program layanan bimbingan
g. Wali kelas
• Membantu guru pembinbing melaksanakan layanan yang menjadi tanggungjawad
• Membantu memberi kesempatan dan kemudahan bagi siswa
• Memberi informasi tentang siswa dikelasnya untuk memperoleh layanan bimbingan dari guru pembimbing
• Menginformasikan kepada guru mata pelajaran tentang siswa yang perlu mendapat perhatian khusus
2. Pengarahan Kegiatan Bimbingan dan konseling
Hatch dan stefflre (1961) mengemumakan pengarahan sebagai suatu fase administratif yang mencakup koordinasi, kontrol, dan stimulasi terhadap yang lain. Dan satu pihak, hal itu adakalanya dipikiran sebagai suatu proses dan merupakan suatu fase pemberian komando. Pada sisi lain, pendapat ini merupakan wewenang dalam bertindak atau stimulasi dalam bertindak tanpa komando.
Pentingnya pengarahan dalam program bimbingan :
1) Untuk menciptakan suatu koordinasi dan komunikasi dengan seluruh staf bimbingan yang ada
2) Untuk mendorong staf bimbingan dalam melaksanakan tugas-tugasnya
3) Memungkinkan kelancaran serta efektivitas pelaksanaan program yang telah direncanakan
3. Supervisi Kegiatan Bimbingan
Menurut Arthur Jones (1970) supervisi itu mencakup dua bentuk yaitu, (a) sebagai kontrol kualitas yang direncanakan untuk memelihara, menyelengarakan, dan menentang perubahan ; (b) mengadakan perubahan , penataran, dan mengadakan perubahan perilaku.
Crow dan Crow (1962) berpendapat, bahwa dalam kegiatan supervisi bimbingan, hendaknya supervisor menerima saran-saran dari para konselor dalam hubungannya dengan permasalahan-permasalahan perubahan dan pengembangan kurikulum, penyesuaian kurikulum bagi siswa memasukan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat bagi para siswake dalam program sekolah.
Adapun manfaat supervisi dalam program bimbingan :
1) Mengontrol kegiatan-kegiatan dari para personel bimbingan, yaitu bagaiman pelaksanan tugas dan tanggung jawab mereka masing-masing
2) Mengontrol adanya kemungkinan hambatan-hambatan yang ditemui oleh para personel bimbingan dalam melaksanakan tugasnya masing-masing
3) Memungkinkan dicarikannya jalan keluar terhadap hambatan-hambatan dan permasalahan-permasalahan yang ditemui
4) Memungkinkan terlaksananya program bimbingan secara lancar kearah pencapaian tujuan sebagaimana yang telah ditetapkan
4. Penilaian Program Layanan Bimbingan
Penilaian program bimbingan merupakan suatu usaha untuk menilai sejauh mana pelaksanan progran itu mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan kata lain bahwa keberhasilan program dalam pencapaian tujuan merupakan suatu kondisi yang hendak dilihat melalui kegiatan penilaian.
Penilaian kegiatan disekolah adalah untuk menentukan derajat kualitas kemajuan kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanan program bimbingandi sekolah dengan mengace pada kriteria tertentu sesuai dengan program bimbingan yang dilaksanakan.
Kriteria yang dipakai untuk menilai keberhasilan pelaksanaan program layanan program layanan bimbingan dan konseling di sekolah adalah mengacu pada terpenuihi atau tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan peserta didik dan pihak-pihak yang terlibat, baik langsung maupun tidak langsung berperan membantu peserta didik dalam memperoleh perubahan perilaku dan pribadi kearah yang lebih baik.
Ada dua macam kegiatan penilaian program kegiatan bimbingan, yaitu :
Penilaian proses, adalah untuk mengetahui sejauh mana keefektivan layanan bimbingan dilihat dari prosesnya.
Penilaian hasil adalah memperoleh informasi keevektifan layanan bimbingandilihat dari hasilnya.
Aspek yang dinilai baik proses maupun hasil :
1) Kesesuaian antara program dengan pelaksanan
2) Keterlaksanan program
3) Hambatan-hambatan yang dijumpai
4) Dampak layanan bimbingan terhadap kegiatan belajar mengajar
5) Respons siswa, personel sekolah, orang tua, dan masyarakat terhadap layanan bimbingan
William J . Kolarik (1995) mengemumakan mutu layanan bimbingan dan konsterling adalah memenuhi apa yang diharapkan oleh klien atau konseli.Goetsch dan Davis (1994) mutu layanan bimbingan dan konstrling itu merujuk pada proses layanan dan konstreling yang mampu memenuhi harapan siswa, masyarakat, dan pemerintah.
1. Mutu Proses Layanan Bimbingan dan Konseling
Proses layanan bimbingan dan konseling yang bermutu adalah layanan bimbingan dan konseling yang mampu mengintegrasikan, mendistribusikan, mengelolah, dan mendayagunakan program, personel, fasilitas, serta pembiayaan bimbingan dan konseling secara optimal agar dapat mengembangkan seluruh potensi siswa.
Fakto – faktor yang mempengaruhi mutu proses layanan bimbingan konseling:
a. Mutu program layanan bimbingan dan konseling
Layanan bimbingan dan konseling sebagai bagian integral dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, tidak mungkin akan mencapai sasaranya apabila tidak memiliki program yang tertentu, dalam arti tersusun secara jelas, sistematis, dan terarah.
Program bimbingan yang baik, yaitu program yang apabila dilaksanakan efisien dan efektif. Program tersebut memiliki ciri sebagai berikut :
1) Program itu disusun dan dikembangkan berdasarkan kebudayaan nyata dari para siswa sekolah yang bersangkutan.
2) Kegiatan bimbingan diatur menurut skala prioretas yang juga ditentukan berdasarkan kebutuhan siswa dan kemampuan petugas.
3) Program itu dikembangkan berangsur -angsur dengan.
4) Program itu memiliki tujuan yang ideal.
5) Program itu mencerminkan komunikasi yang berkesinambungan
6) Menyediakan fasilitas yang diperlukan.
7) Penyusunan disesuaikan dengan program pendidikan di lingkungan sekolah.
8) Memperlihatkan peran yang penting dalam menghubungkan dan memadukan sekolah dan masyarakat.
b. Mutu konselor
Tahun 1944, Graves telah memberikan petunjuk, bahwa seorang konselor yang bermutu hendaknya memiliki integritas dan vitalitas, gesit dan trampil, memiliki kemampuan menilai dan memperkirakan masalah secara tajam, terlatih, dan berpengalaman luas.
Munro, Manthei, dan Small (1979) menyatakan ciri kepribadian konselor yang bermutu, yaitu memiliki sifat luwes, hangat, dapat menerima orang lain, terbuka, dapat merasakan penderitaan orang lain, mengenal diri sendiri, tidak berpura- pura, menghargai orang lain, tidak mau menang sendiri, dan objektif.
Persyaratan formal yang harus dimiliki oleh konselor :
1) Pendidikan
Secara profesianal, seorang konselor disebuah sekolah, hendaknya telah mencapai tingkat pendidikan sarjana bimbingan. Dalam masa pendidikan pada institusi yang bersangkutan, seorang konselor harus menempuh mata kuliah tentang prinsip dan praktek bimbingan. Adapun bidang yang harus dikuasai antara lain proses konseling, pemahaman individu, informasi dalam bidang pendidikan, pekerjaan, jabatan, administrasi program bimbingan, prosedur penelitian dan penilaian bimbingan. Selain bidang tersebut, perlu juga dikuasai dengan yang lainnya meliputi bidang psikologi, ekonomi, sosial, budaya, dan agama.
2) Pengalaman
Seorang konseler profesional hendaknya telah memiliki pengalaman mengajar atau melaksanakan praktek konseling selama dua tahun, ditambah satu tahun pengalaman bekerja diluar bidang persekolahan, tiga bulan sampai enam bulan praktek konseling yang diawasi oleh tim pembimbing, dan pengalaman yang ada kaitannya dengan kegiatan sosial (Milton Blum dan Benjamin Balinski, 1961).
3) Kecocokan pribadi
Sifat -sifat pribadi yang harus dimiliki oeh seorang konselor yang bermutu dengan persyaratan formal :
i. Bakat skolatik sehingga mereka akan mendapat studi diperguruan tinggi dengan hasil yang memuaskan.
ii. Minat yang men dalam untuk kerja sama dengan orang lain.
iii. Minat yang mendalam terhadap kegiatan -kegiatan yang dilakukannya.
iv. Faktor -faktor kepribadian yang diperlihatkan oleh kematangan emosi, kesabaran, keramahan, keseimbangan batin, tidak lekas menarik diri dari situasi yang rawan, serta cepat tanggap terhadap kritik.
c. Fasilitas dan pembiayaan yang memadai
Aspek pembiayaan merupakan perhatian yang lebih serius karena dalam kenyataannya aspek tersebut merupakan salah satu faktor penghambat proses pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling. Tanpa adanya pembiayaan yang memadai maka proses pelaksanaan program layanan bimbingan dan konseling cenderung mengalami hambatan dan sulit diharapkan tercapainya keberhasilan program layanan bimbingan.
Adapun fasilitas yang diharapkan tersedia disekolah ialah ruang tempat bimbingan dan konseling yang bermutu.
2. Mutu Produk Layanan Bimbingan dan Konseling
• Harapan siswa
Gerald A.Gladstein (dalam Shertzer dan Stone, 1988) bahwa layanan bimbingan konseling yang bermutu membantu siswa, tidakm sebatas mengatasi masalah- masalah pendidikan dan pekerjaan mampu membantu mengatasi masalah -masalah pada siswa.
• Harapan orang tua
Janet Worthington (1972) bahwa layanan bimbingan dan konseling yang bermutu mampu membantu orang tua membimbing belajar.
• Harapan guru bidang studi
Robert F. Gibson (1965) bahwa layanan bimbingan konseling yang bermutu mampu membantu guru mengurangi perilaku siswa yang menjadi penyebab keributan atau gangguan di kelas, sera membantu proses belajar lebih mudah dan efektif.
• Harapan kepala sekolah
Darrel H. Hart dan Donald J. Prince (1970) bahea layanan bimbingab konseling yang bermutu membatu menyelesaikan masalah organisasi sekolah, mengurangi konflik, melancarkan keberhasilan belajar siswa, membantu menyelesaikan masalah pendidikan.
• Harapan pemerintah
Shertzer dan Stone (1988) bahwa layanan bimbingan konseling yang bermutu mampu membantu pemerintah dalam mengidentifikasi orang-orang yang berbakat, dan membantu mengarahkan individu pada pekerjaan yang penting.
Adapun dukungan pemerintah indonesia dalam menanggapi bimbingan dan konseling yang bermutu mampu membantu siswa mengenal bakat, minat, dan kemampuan, serta memilih dan menyesuaikan diri dengan kesempatan pendidikan untuk merencanankan karier.
Dengan memperhatikan harapan-harapan dari berbagai pihak terhadap layanan bimbingan dan konseling, dapat disimpulkan bahwa layanan bimbingan dan konseling yang bermutu adalah layanan bimbingan dan konseling yang mampu memenuhi harapan siswa, guru, kepala sekolah, orang tua , dan pemerintah, yaitu mampu mengembangkan seluruh potensi siswa meliputi aspek pribadi, sosial, pendidikan, dan karier.
Dari harapan-harapan berbagai pihak terhadap layanan bimbingan dan konsterling, dapat disimpulkan bahwa layanan bimbingan dan konseling yang bermutu adalah layanan bimbingan dan konseling yang mampu memenuhi harapan siswa, guru, kepala sekolah, orang tua, dan pemerintah, yaitu mampu mengembangkan seluruh potensi siswa meliputi aspek pribadi, sosial, pendidikan, dan karier.
Adapun tugas-tugas perkembangan siswa SMU yang sedang berada pada fase remaja dikemumakan oleh HJ. Havighurst (1957) :
1) Mencapai hebungan baru dan lebih matang dengan teman sebaya.
2) Mencapai peran sosial sebagai laki-laki atau perempuan.
3) Mencapai kebebasan emosianal dari orang tua orang dewasa.
4) Memilih dan mempersiapkan untuk suatu pekerjaan.
5) Mengembangkan ketrampilan intelektual dan konsep yang diperlukan sebagai anggota masyarakat yang kompetem.
B. Sistem Manajeman Layanan Bimbingan dan Konseling
berikut ini diuraikan asapek-aspek manajemen program layanan bimbingan dan konseling :
1. Perencanaan serta Pengorganisasian Program Layanan Bimbingan dan Konseling
Manfaat dilakukannya perencanaan program secara matang;
a) Adanya kejelasan arah pelaksanan program bimbingan
b) Adanya kemudahan mengontrol dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan bimbingan yang dilakukan
c) Terlaksanannya program kegiatan bimbingan secara lancar, efisien, dan efektif
Dalam hubungannya dengan perencanan program layanan bimbingan dan konseling di SMU, ada beberapa aspek kegiatan penting yang perlu dilakukan, yaitu:
a) Analisis kebutuhan dan permasalahan siswa
b) Penentuan tujuan program layanan bimbingan yang hendak dicapai
c) Analisis situasi dan kondisi di sekolah
d) Penentuan jenis-jenis kegiatan yang dilakukan
Dibawah ini dijelaskan tugas personel sekolah yang berkaitan dengan kegiatan layanan bimbingan dan konseling di sekolah :
a. Kepala sekolah
• Mengoordinasikan seluruh kegiatan pendidikan yangmeliputi kegiatan pengajaran, penelitian, dan bimbingan di sekolah
• Menyediakan serta melengkapi sarana dan prasana
• Memberikan kemudahan bagi terlaksananya program bimbingan dan konseling
• Membuat surat tugas guru pembimbing dalam proses bimbingan dan konseling
b. Wakil kepala sekolah
• Mengoordinasikan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling kepada semua personel sekolah
• Melaksanan kebijakan pimpinan sekolah terutama dalam melaksanakanlaynan bimbingan dan konsteling
c. Koordinator guru pembimbing (konselor)
• Mengoordinasikan para guru pembimbing
• Membuat usulan kepada kepala sekolah dan mengusahakan terpenuhinya tenaga, sarana, serta prasarana.
• Mempertanggungjawabkan pelaksanaan kegiatan bimbingan kepada kepala sekolah
d. Guru pembimbing (konselor)
• Memasyaratkan kegiatan bimbingan
• Merencanakan program bimbingan
• Menilai proses dan hasil kegiatan layanan bimbingan
• Menganalisis hasil penilaian
• Melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasil analisis
e. Staf administrasi
• Membantu guru pembimbing dan koordinator dalam mengadministrasi seluruh kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah
• Membantu mempersiapkan seluruh kegiatan bimbingan dan konseling
• Membantu menyiapkan sarana yang diperlukan dalam layanan bimbingan dan konseling
f. Guru mata pelajaran
• Membantu memasyarakatkan layanan bimbingan kepada siswa
• Melakukan kerjasama dengan guru pembimbing dalam mengidentifikasi siswa yang memerlukan bimbingan
• Ikut serta dalam program layanan bimbingan
g. Wali kelas
• Membantu guru pembinbing melaksanakan layanan yang menjadi tanggungjawad
• Membantu memberi kesempatan dan kemudahan bagi siswa
• Memberi informasi tentang siswa dikelasnya untuk memperoleh layanan bimbingan dari guru pembimbing
• Menginformasikan kepada guru mata pelajaran tentang siswa yang perlu mendapat perhatian khusus
2. Pengarahan Kegiatan Bimbingan dan konseling
Hatch dan stefflre (1961) mengemumakan pengarahan sebagai suatu fase administratif yang mencakup koordinasi, kontrol, dan stimulasi terhadap yang lain. Dan satu pihak, hal itu adakalanya dipikiran sebagai suatu proses dan merupakan suatu fase pemberian komando. Pada sisi lain, pendapat ini merupakan wewenang dalam bertindak atau stimulasi dalam bertindak tanpa komando.
Pentingnya pengarahan dalam program bimbingan :
1) Untuk menciptakan suatu koordinasi dan komunikasi dengan seluruh staf bimbingan yang ada
2) Untuk mendorong staf bimbingan dalam melaksanakan tugas-tugasnya
3) Memungkinkan kelancaran serta efektivitas pelaksanaan program yang telah direncanakan
3. Supervisi Kegiatan Bimbingan
Menurut Arthur Jones (1970) supervisi itu mencakup dua bentuk yaitu, (a) sebagai kontrol kualitas yang direncanakan untuk memelihara, menyelengarakan, dan menentang perubahan ; (b) mengadakan perubahan , penataran, dan mengadakan perubahan perilaku.
Crow dan Crow (1962) berpendapat, bahwa dalam kegiatan supervisi bimbingan, hendaknya supervisor menerima saran-saran dari para konselor dalam hubungannya dengan permasalahan-permasalahan perubahan dan pengembangan kurikulum, penyesuaian kurikulum bagi siswa memasukan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat bagi para siswake dalam program sekolah.
Adapun manfaat supervisi dalam program bimbingan :
1) Mengontrol kegiatan-kegiatan dari para personel bimbingan, yaitu bagaiman pelaksanan tugas dan tanggung jawab mereka masing-masing
2) Mengontrol adanya kemungkinan hambatan-hambatan yang ditemui oleh para personel bimbingan dalam melaksanakan tugasnya masing-masing
3) Memungkinkan dicarikannya jalan keluar terhadap hambatan-hambatan dan permasalahan-permasalahan yang ditemui
4) Memungkinkan terlaksananya program bimbingan secara lancar kearah pencapaian tujuan sebagaimana yang telah ditetapkan
4. Penilaian Program Layanan Bimbingan
Penilaian program bimbingan merupakan suatu usaha untuk menilai sejauh mana pelaksanan progran itu mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan kata lain bahwa keberhasilan program dalam pencapaian tujuan merupakan suatu kondisi yang hendak dilihat melalui kegiatan penilaian.
Penilaian kegiatan disekolah adalah untuk menentukan derajat kualitas kemajuan kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanan program bimbingandi sekolah dengan mengace pada kriteria tertentu sesuai dengan program bimbingan yang dilaksanakan.
Kriteria yang dipakai untuk menilai keberhasilan pelaksanaan program layanan program layanan bimbingan dan konseling di sekolah adalah mengacu pada terpenuihi atau tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan peserta didik dan pihak-pihak yang terlibat, baik langsung maupun tidak langsung berperan membantu peserta didik dalam memperoleh perubahan perilaku dan pribadi kearah yang lebih baik.
Ada dua macam kegiatan penilaian program kegiatan bimbingan, yaitu :
Penilaian proses, adalah untuk mengetahui sejauh mana keefektivan layanan bimbingan dilihat dari prosesnya.
Penilaian hasil adalah memperoleh informasi keevektifan layanan bimbingandilihat dari hasilnya.
Aspek yang dinilai baik proses maupun hasil :
1) Kesesuaian antara program dengan pelaksanan
2) Keterlaksanan program
3) Hambatan-hambatan yang dijumpai
4) Dampak layanan bimbingan terhadap kegiatan belajar mengajar
5) Respons siswa, personel sekolah, orang tua, dan masyarakat terhadap layanan bimbingan
Konsep Bimbingan dan Konseling
A. Konsep Bimbingan
1. Pengertian Bimbingan
Pada dasarnya, bimbingan merupakan upaya pembimbing untuk membantu mengoptimalkan individu.
Menurut Muro dan Kottman, Model bimbingan yang berkembang saat ini adalah bimbingan perkembangan. Visi bimbingan perkembangan bersifat edukatif, pengembangan, dan outreach.
Edukatif karena titik berat layanan bimbingan perkembangan ditekankan pada pencegahan dan pengembangan, bukan korektif atau teraputik, walaupun layanan tersebut juga tidak diabaikan.
Pengembangan karena titik sentral sasaran bimbingan perkembangan adalah pengembangan optimal seluruh aspek kepribadian individu dengan strategi/upaya pokoknya memberikan kemudahan perkembangan melalui perekayasaan lingkungan perkembangan.
Outreach karena target populasi layanan bimbingan perkembangan tidak terbatas pada individu bermasalah, tetapi semua individu berkenaan dengan semua aspek kepribadiannya dalam semua konteks kehidupan(masalah, target intervensi, setting,metode dan lama waktu).
2. Tujuan Bimbingan
Tujuan pemberian layanan bimbingan adalah agar individu dapat :
a) Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karier serta kehidupannya pada masa yang akan datang
b) Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimiliki seoptimal mungkin
c) Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, masyarakat dan kerja
d) Mengatasi hambatan serta kesulitan yang dihadapi dalam studi.
Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, mereka harus mendapat kesempatan untuk :
a. Mengenal dan memahami potensi, kekuatan serta tugas-tugasnya
b. Mengenal potensi-potensi yang ada di lingkungannya
c. Mengenal dn menentukan tujuan, rencana hidup serta rencana pencapaian tujuan tersebut
d. Mengatasi kesulitan sendiri
e. Menggunakan kemampuan untuk kepentingan dirinya, lembaga dan masyarakat
f. Menyesuaikan diri dengan keadaan dan tuntutan kerja
g. Mengembangkan segala potensi yang dimiliki secara tepat, teratur dan optimal
3. Fungsi Bimbingan
Ada 4 fungsi bimbingan, yaitu :
1) Fungsi pengembangan merupakan fungsi bimbingan dalam pengembangan seluruh potensi dan kekuatan yang dimiliki
2) Fungsi penyaluran merupakan fungsi bimbingan dalam membantu individu dalam memilih dan memantapkan penguasaan karir atau jabatan sesuai minat,bakat,keahlian dan ciri-ciri kepribadiannya
3) Fungsi adaptasi yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan, khususnya guru/dosen, widyaiswara dan wali kelas untuk mengadaptasikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, mianat,kemampuan dan kebutuhan individu.
4) Fungsi penyesuaian yaitu fungsi bimbingan dalam membantu individu menemukan penyesuaian diri dan perkembangannya secara optimal
4. Prinsip-prinsip Bimbingan
Pelaksanaan bimbingan perlu memperhatikan beberapa prinsip, yaitu :
a) Bimbingan adalah suatu proses membantu individu agar dapat membantu dirinya sendiri dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi
b) Bimbingan bertitik tolak(fokus) pada individu yang dibimbing
c) Bimbingan diarahkan pada indiviidu dan tiap individu memiliki karakteristik sendiri
d) Masalah yang tidak dapat diselesaikan tim pembimbing di lingkungan lembaga pendidikan hendaknya diserahkan kepada ahli atau lembaga yang berwenang
e) Bimbingan dimulai dengan identifikasi kebutuhan yang dirasakan oleh individu yang akan dibimbing
f) Bimbingan harus luwes dan fleksibel sesuai dengan kebutuhan individu dan masyarakat
g) Program bimbingan di lingkungan lembaga pendidikan tertentu harus sesuai dengan program pendidikan pada lembaga yang bersangkutan
h) Pelaksanaan program bimbingan dikelola oleh orang yang memliki keahlian dalam bidang bimbingan, dapat bekerja sama dan menggunakan sumber-sumber relevan yang berada dalam ataupun diluar lembaga penyelengara pendidikan
i) Pelaksanaan program bimbingan dievaluasi untuk mengetahui hasil dan pelaksanaan program
B. Konsep Bimbingan
1. Pengertian Konseling
Menurut Shertzer dan Stone, Konseling adalah upaya membantu individu melalui proses interaksi yang bersifat pribadi antara konselor dan konseli agar konseli mampu memahami diri dan lingkungannya, mampu membuat keputusan dan menentukan tujuan berdasar nilai yang diyakini sehingga konseli merasa bahagia dan efektif perilakunya.
Pietrofesa dan kawan-kawannya menunjukan beberap ciri-ciri konseling profesional sebagai berikut :
Konseling merupakan suatu hubungan profesional yang diadakan oleh seorang konselor yang sudah dilatih untuk pekerjaan itu
Dalam hubungan yang bersifat profesional itu, klien mempelajari keterampilan pengambilan keputusan, penyelesaian masalah serta tingkah laku atau sikap-sikap baru
Hubungan profesional itu dibentuk berdasarkan kesukarelaan antara klien dan konselor.
ASCA(American School Counselor Assosiation) mengemukakan bahwa konseling adalah hubungan tatap muka yang bersifat rahasia, penuh dengan sikap penerimaan dan pemberian kesempatan dari konselor kepada klien.
Adanya perbedaan definisi konseling, ditimbulkan karena perkembangan ilmu konseling itu sendiri, juga disebabkan perbedaan para ahli yang merumuskan tentang konseling dan teory yang dianutnya.
Ada yang mengklasifikasikan konseling berdasar fungsinya yaitu suportif, reedukatif dan rekonstrukti (moh. Jawad dahlan, 1986)
Konseling dibedakan berdasar metodenya yaitu metode direktif dan nondirektif
Sedangkan menurut Osipow, walsh dan Tosi (1980) mengelompokkan konseling berdasar penekanan masalah yang diselesaikan, yaitu : penyeseuaian pribadi, pendidikan dan karier. Dan masih banyak pengelompokkan konseling berdasar para ahli.
Uraian tersebut mengambarkan betapa sulit merumuskan definisi konseling yang komprehensif dan berlaku untuk setiap orang dari berbagai aliran. Berikut diuraikan beberapa generalisasi yang menggambarkan karakteristik utama kegiatan konseling :
a) Konseling merupakan salah satu bentuk hubungan yang bersifat membantu
b) Hubungan dalam konseling bersifat interpersonal. Hubungan ini terjadi dalam bentuk wawancara secara tatap muka antara konselor dengan klien
c) Keefektifan konseling sebagian besar ditentukan oleh kualitas hubungan antara konselor dan kliennya.
2. Tujuan Konseling
Shertzer dan stone (1980:82-88) menyimpulkan bahwa yang menjadi tujuan konseling pada umumnya dan di sekolah pada khusunya adalah
a. Mengadakan perubahan perilaku pada diri klien sehingga memungkinkan hidupnya lebih produktif dan memuaskan. Khusus di sekolah, Boy dan Pine (depdikbud, 1983:14) menyatakan bahwa tujuan konseling adalah membantu siswa menjadi lebih matang dan lebih mengaktualisasikan dirinya, membantu siswa maju dengan cara yang positif, membantu dalam sosialisasi siswa dengan memanfaatkan sumber-sumber dan potensi dirinya
b. Memelihara dan mencapai kesehatan mental yang positif
c. Penyelesaian masalah
d. Mencapai keefektifan pribadi
Mendorong individu mampu mengambil keputusan yang penting bagi dirinya sendiri.
1. Pengertian Bimbingan
Pada dasarnya, bimbingan merupakan upaya pembimbing untuk membantu mengoptimalkan individu.
Menurut Muro dan Kottman, Model bimbingan yang berkembang saat ini adalah bimbingan perkembangan. Visi bimbingan perkembangan bersifat edukatif, pengembangan, dan outreach.
Edukatif karena titik berat layanan bimbingan perkembangan ditekankan pada pencegahan dan pengembangan, bukan korektif atau teraputik, walaupun layanan tersebut juga tidak diabaikan.
Pengembangan karena titik sentral sasaran bimbingan perkembangan adalah pengembangan optimal seluruh aspek kepribadian individu dengan strategi/upaya pokoknya memberikan kemudahan perkembangan melalui perekayasaan lingkungan perkembangan.
Outreach karena target populasi layanan bimbingan perkembangan tidak terbatas pada individu bermasalah, tetapi semua individu berkenaan dengan semua aspek kepribadiannya dalam semua konteks kehidupan(masalah, target intervensi, setting,metode dan lama waktu).
2. Tujuan Bimbingan
Tujuan pemberian layanan bimbingan adalah agar individu dapat :
a) Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karier serta kehidupannya pada masa yang akan datang
b) Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimiliki seoptimal mungkin
c) Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, masyarakat dan kerja
d) Mengatasi hambatan serta kesulitan yang dihadapi dalam studi.
Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, mereka harus mendapat kesempatan untuk :
a. Mengenal dan memahami potensi, kekuatan serta tugas-tugasnya
b. Mengenal potensi-potensi yang ada di lingkungannya
c. Mengenal dn menentukan tujuan, rencana hidup serta rencana pencapaian tujuan tersebut
d. Mengatasi kesulitan sendiri
e. Menggunakan kemampuan untuk kepentingan dirinya, lembaga dan masyarakat
f. Menyesuaikan diri dengan keadaan dan tuntutan kerja
g. Mengembangkan segala potensi yang dimiliki secara tepat, teratur dan optimal
3. Fungsi Bimbingan
Ada 4 fungsi bimbingan, yaitu :
1) Fungsi pengembangan merupakan fungsi bimbingan dalam pengembangan seluruh potensi dan kekuatan yang dimiliki
2) Fungsi penyaluran merupakan fungsi bimbingan dalam membantu individu dalam memilih dan memantapkan penguasaan karir atau jabatan sesuai minat,bakat,keahlian dan ciri-ciri kepribadiannya
3) Fungsi adaptasi yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan, khususnya guru/dosen, widyaiswara dan wali kelas untuk mengadaptasikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, mianat,kemampuan dan kebutuhan individu.
4) Fungsi penyesuaian yaitu fungsi bimbingan dalam membantu individu menemukan penyesuaian diri dan perkembangannya secara optimal
4. Prinsip-prinsip Bimbingan
Pelaksanaan bimbingan perlu memperhatikan beberapa prinsip, yaitu :
a) Bimbingan adalah suatu proses membantu individu agar dapat membantu dirinya sendiri dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi
b) Bimbingan bertitik tolak(fokus) pada individu yang dibimbing
c) Bimbingan diarahkan pada indiviidu dan tiap individu memiliki karakteristik sendiri
d) Masalah yang tidak dapat diselesaikan tim pembimbing di lingkungan lembaga pendidikan hendaknya diserahkan kepada ahli atau lembaga yang berwenang
e) Bimbingan dimulai dengan identifikasi kebutuhan yang dirasakan oleh individu yang akan dibimbing
f) Bimbingan harus luwes dan fleksibel sesuai dengan kebutuhan individu dan masyarakat
g) Program bimbingan di lingkungan lembaga pendidikan tertentu harus sesuai dengan program pendidikan pada lembaga yang bersangkutan
h) Pelaksanaan program bimbingan dikelola oleh orang yang memliki keahlian dalam bidang bimbingan, dapat bekerja sama dan menggunakan sumber-sumber relevan yang berada dalam ataupun diluar lembaga penyelengara pendidikan
i) Pelaksanaan program bimbingan dievaluasi untuk mengetahui hasil dan pelaksanaan program
B. Konsep Bimbingan
1. Pengertian Konseling
Menurut Shertzer dan Stone, Konseling adalah upaya membantu individu melalui proses interaksi yang bersifat pribadi antara konselor dan konseli agar konseli mampu memahami diri dan lingkungannya, mampu membuat keputusan dan menentukan tujuan berdasar nilai yang diyakini sehingga konseli merasa bahagia dan efektif perilakunya.
Pietrofesa dan kawan-kawannya menunjukan beberap ciri-ciri konseling profesional sebagai berikut :
Konseling merupakan suatu hubungan profesional yang diadakan oleh seorang konselor yang sudah dilatih untuk pekerjaan itu
Dalam hubungan yang bersifat profesional itu, klien mempelajari keterampilan pengambilan keputusan, penyelesaian masalah serta tingkah laku atau sikap-sikap baru
Hubungan profesional itu dibentuk berdasarkan kesukarelaan antara klien dan konselor.
ASCA(American School Counselor Assosiation) mengemukakan bahwa konseling adalah hubungan tatap muka yang bersifat rahasia, penuh dengan sikap penerimaan dan pemberian kesempatan dari konselor kepada klien.
Adanya perbedaan definisi konseling, ditimbulkan karena perkembangan ilmu konseling itu sendiri, juga disebabkan perbedaan para ahli yang merumuskan tentang konseling dan teory yang dianutnya.
Ada yang mengklasifikasikan konseling berdasar fungsinya yaitu suportif, reedukatif dan rekonstrukti (moh. Jawad dahlan, 1986)
Konseling dibedakan berdasar metodenya yaitu metode direktif dan nondirektif
Sedangkan menurut Osipow, walsh dan Tosi (1980) mengelompokkan konseling berdasar penekanan masalah yang diselesaikan, yaitu : penyeseuaian pribadi, pendidikan dan karier. Dan masih banyak pengelompokkan konseling berdasar para ahli.
Uraian tersebut mengambarkan betapa sulit merumuskan definisi konseling yang komprehensif dan berlaku untuk setiap orang dari berbagai aliran. Berikut diuraikan beberapa generalisasi yang menggambarkan karakteristik utama kegiatan konseling :
a) Konseling merupakan salah satu bentuk hubungan yang bersifat membantu
b) Hubungan dalam konseling bersifat interpersonal. Hubungan ini terjadi dalam bentuk wawancara secara tatap muka antara konselor dengan klien
c) Keefektifan konseling sebagian besar ditentukan oleh kualitas hubungan antara konselor dan kliennya.
2. Tujuan Konseling
Shertzer dan stone (1980:82-88) menyimpulkan bahwa yang menjadi tujuan konseling pada umumnya dan di sekolah pada khusunya adalah
a. Mengadakan perubahan perilaku pada diri klien sehingga memungkinkan hidupnya lebih produktif dan memuaskan. Khusus di sekolah, Boy dan Pine (depdikbud, 1983:14) menyatakan bahwa tujuan konseling adalah membantu siswa menjadi lebih matang dan lebih mengaktualisasikan dirinya, membantu siswa maju dengan cara yang positif, membantu dalam sosialisasi siswa dengan memanfaatkan sumber-sumber dan potensi dirinya
b. Memelihara dan mencapai kesehatan mental yang positif
c. Penyelesaian masalah
d. Mencapai keefektifan pribadi
Mendorong individu mampu mengambil keputusan yang penting bagi dirinya sendiri.
Konseling Keluarga
A. Perspektif Perkembangan Keluarga
Pembahasan perspektif perkembangan keluarga meliputi :
1. Kerangka berpikir tentang keluarga
2. Perkembangan keluarga sebagai sesuatu yang berkelanjutan dan perubahan
3. Keluarga dipandang sebagai sistem psikososial.
1. Kerangka Berpikir Tentang Keluarga
Keluarga merupakan sistem sosial yang alamiah, berfungsi membentuk aturan-aturan, komunikasi, dan negosiasi di antara para anggotanya. Ketiga fungsi keluarga ini mempunyai sejumlah implikasi terhadap perkembangan dan keberadaan paraanggotanya. Keluarga melakukan suatu pola interaksi yang diulang-ulang melalui partisipasi seluruh anggotanya. Strategi-strategi konseling keluarga terutama membantu terpeliharanya hubungan-hubungan keluarga, juga dituntut untuk memodifikasi pola-pola transaksi dalam memenuhi kebutuhan anggota keluarga yang mengalami perubahan.
Dalam perspektif hubungan, konselor keluarga tidak menghilangkan signifikansi proses intrapsikis yang sifatnya individual, tetapi menempatkan perilaku individu dalam pandangan yang lebih luas. Perilaku individu itu dipandang sebagai suatu yang terjadi dalam sistem sosial keluarga dan konselor keluarga lebih memfokuskan pemahaman proses keluarga daripada mencari penjelasan-penjelasan yang sifatnya linier.
2. Perkembangan Keluarga
Satu cara untuk memahami individu-individu dan keluarga mereka, yaitu dengan cara meneliti perkembangan mereka lewat siklus kehidupan keluarga. Berkesinambungan dan berubah merupakan ciri dari kehidupan keluarga. Sistem keluarga itu mengalami perkembangan setiap waktu. Perkembangan keluarga pada umumnya terjadi secara teratur dan bertahap. Apabila terjadi kemandegan dalam keluarga, hal itu akan mengganggu sistem keluarga.
Dalam keluarga laki-laki dan perempuan dibesarkan dengan perbedaan harapan peranan, pengalaman, tujuan, dan kesempatan. Kesukuan dan pertimbangan sosio-ekonomi juga memengaruhi gaya hidup keluarga. Terlebih dahulu, hal yang harus diperhatikan adalah membantu menentukan bagaimana keluarga itu membentuk nilai-nilai, menetukan pola-pola perilaku, dan menentukan cara-cara mengekspresikan emosi, serta menentukan bagaimana mereka berkembang melalui siklus kehidupan keluarga. Hidup dalam kemiskinan dapat mengikis struktur keluarga dan menciptakan keluarga yang tidak terorganisasi.
3. Keluarga Sebagai Sistem Psikososial
Teori sistem umum memberikan dasar teoretis pada teori dan praktik konseling keluarga. Peran-peran keluarga sebagian besar tidak statis, perlu dipahami oleh anggota keluarga untuk membantu memantapkan dan mengatur fungsi keluarga. Keseimbangan dicapai dalam keluarga melalui proses interaksi yang dinamis. Hal ini membantu memulihkan stabilitas yang sewaktu-waktu terancam, yaitu dengan mengaktifkan aturan yang menjelaskan hubungan-hubungan. Pada saat perubahan keluarga terjaadi, siklus umpan balik positif dan negatife membantu memulihkan keseimbangan.
Sistem-sistem keluarga berinteraksi dengan sistem-sistem yang lebih besar lagi di luar rumah, seperti sistem tempat peribadatan, sekolah, dan tempat perawatan kesehatan.
B. Landasan-Landasan Sejarah dan Praktik Kontemporer Konseling Keluarga
Dalam landasan-landasan sejarah dan praktik kontemporer konseling keluarga dibahas mengenai :
1. Sejarah dan perkembangan konseling keluarga;
2. Pendekatan psikodinamik dalam teori dan praktik;
3. Pendekatan eksperensial/humanistik dalam teori dan praktik;
4. Pendekatan Bowen dalam teori dan praktik; dan
5. Pendekatan behavioral dalam teori dan praktik.
1. Sejarah dan Perkembangan Konseling Keluarga
Konseling keluarga ini distimulasi oleh penelitian menganai keluarga yang anggotanya mengalami schizophrenia. Konseling keluarga berkembang mencapai kemajuan pada tahun 1960-an. Pada tahun 1960-an, para pelopor konseling keluarga memutuskan untuk bekerja sama dengan para konselor yang berorientasi individual.
Teknik-teknik dalam konseling keluarga berkembang dengan pesat memasuki tahun 1970-an. Pada tahun 1980-an, konseling perkawinan dan konseling keluarga menjadi satu. Pada saat sekarang, konseling keluarga lebih menekankan penanganan masalah-masalah secara kontekstual dari pada secara terpisah dengan individu-individu. Tantangan yang dihadapi konseling keluarga pada tahun 1980-an adalah mengintegrasikan berbagai pendekatan konseling keluarga dan menggunakan kombinasi-kombinasi dari teknik-teknik yang dibutuhkan untuk populasi-populasi yang berbeda
2. Pendekatan-Pendekatan dalam Konseling Keluarga
Pendekatan-pendekatan dalam konseling keluarga dapat dibagi kedalam enam kelompok, yaitu:
Psikodinamik : Pandangan psikodinamik berdasar pada model psikoanalisis, memberikan perhatian terhadap latar belakang dan pengalaman setiap anggota keluarga sebanyak pada unit keluarga itu sendiri.
Eksistensial/Humanistik : Pada dasarnya, pendekatan Eksperiensial tidak menekankan pada teoritis dan latar belakang sejarah. Pendekatan ini lebih menekankan pada tindakan daripada wawasan dan interpretasi. Pendekatan ini memberikan pengalaman dalam meningkatkan perkembangan, yaitu melalui interaksi antara konselor dan keluarga.
Bowenian : Pendekatan Murray Bowen terkenal dengan teori sistem keluarga. Pendekatan ini dianggap sebagai sesuatu yang menjembatani pandangan-pandangan yang berorientasi psikodinamik dengan pandangan-pandangan yang lebih menekankan pada sistem. Bowen mengkonseptualisasikan keluarga sebagai sistem hubungan emosional.
Structural : Pendekatan structural dalam konseling keluarga terutama dikaitkan dengan Salvador Minuchin dan koleganyan di pusat Bimbingan Anak Philadelphia. Pendekatan ini dilandasi sistem. Teori konseling keluarga memfokuskan pada kegiatan, keseluruhan yang terorganisasi dari unit keluarga, dan cara-cara dimana keluarga mengatur dirinya sendiri melalui pola-pola transaksional diantara mereka.
Komunikasi/Stategis : Teori-teori komunikasi, muncul dari penelitian Lembaga Penelitian Mental (MRI) di Plato Alto pada tahun 1950-an. Teori-teori komunikasi ini mempunyai pengaruh yang besar terhadap konseling keluarga dengan menyusun kembali masalah-masalah manusia sebagai masalah interaksi dan sifat situasional.
Behavioral : Pendekatan behavioral ini mengambil prinsip-prinsip belajar manusia, seperti classical dan operant conditioning, penguatan positif dan negative, pembentukan, extinction, dan belajar social. Pendekatan behavioral lingkungan, situasional, dan faktor-faktor social dari perilaku.
Bentuk-bentuk lain dari Intervensi Terapeutik : Terdapat empat jenis teknik konseling keluarga sebagai tambahan terhadap pendekatan-pendekatan yang sudah biasa dilakukan dalam treatment, yaitu prosedur-prosedur nonverbal, prosedur-prosedur yang dibatasi waktunya, prosedur-prosedur yang berosientasi krisis, dan intervensi-intervensi yang melibatkan kelompok yang lebih luas.
Hal yang membedakan pendekatan-pendekatan tersebut adalah :
a) Orientasi teoretis, dalam intervensinya apakah menekankan pada masa lalu atau masa sekarang,
b) Proses konseling, apakah menekankan peran ketidak sabaran atau kesadaran,
c) Apakah menekankan wawasan atau tindakan,
d) Fungsi konseior diutamakan atau tidak,
e) Analisisnya apakah menggunakan individual dyat, atau triad, dan
f) Tujuan-tujuan treatment.
C. Penelitian, Latihan, dan Praktik Profesional
Penelitian dalam konseling keluarga didahului oleh perkembangan teknik-teknik intervensi terapeutik. Akhir-akhir ini berkembang penelitian tentang proses dan hasil dari intervensi konseling keluarga. Selanjutnya, penelitian tertarik pada keuntungan dan kerugian relatif dari alternatif pendekatan-pendekatan untuk individu-individu dan keluarga-keluarga yang kesulitannya berbeda.
Sebagian besar program-program latihan itu langsung berupaya untuk membantu traine mengembangkan persepsi, konsep, dan ketrampilan-ketrampilan dalam kerja dengan keluarga. Alat bantu latihan ini meliputi:
1) Kursus kerja didaktik;
2) Menggunakan master videotape terapis dan traine;
3) Melakukan supervisi melalui bimbingan aktif dengan supervisor yang melihat pertemuan tersebut di belakang cermin yang satu arah dan melakukan umpan balik korektif melalui telephone, earphone, memanggil traine/terapis dari pertemuan konseling untuk konsultasi;
4) Ko-konseling di mana traine mempunyai kesempatan bekrja di samping mentor dengan keluarga
Praktik professional dalam konseling perkawinan/keluarga diatur oleh status hukum dan pengaturan diri dengan kode etik, review sebaya, melanjutkan pendidikan, dan konsultasi.
Pembahasan perspektif perkembangan keluarga meliputi :
1. Kerangka berpikir tentang keluarga
2. Perkembangan keluarga sebagai sesuatu yang berkelanjutan dan perubahan
3. Keluarga dipandang sebagai sistem psikososial.
1. Kerangka Berpikir Tentang Keluarga
Keluarga merupakan sistem sosial yang alamiah, berfungsi membentuk aturan-aturan, komunikasi, dan negosiasi di antara para anggotanya. Ketiga fungsi keluarga ini mempunyai sejumlah implikasi terhadap perkembangan dan keberadaan paraanggotanya. Keluarga melakukan suatu pola interaksi yang diulang-ulang melalui partisipasi seluruh anggotanya. Strategi-strategi konseling keluarga terutama membantu terpeliharanya hubungan-hubungan keluarga, juga dituntut untuk memodifikasi pola-pola transaksi dalam memenuhi kebutuhan anggota keluarga yang mengalami perubahan.
Dalam perspektif hubungan, konselor keluarga tidak menghilangkan signifikansi proses intrapsikis yang sifatnya individual, tetapi menempatkan perilaku individu dalam pandangan yang lebih luas. Perilaku individu itu dipandang sebagai suatu yang terjadi dalam sistem sosial keluarga dan konselor keluarga lebih memfokuskan pemahaman proses keluarga daripada mencari penjelasan-penjelasan yang sifatnya linier.
2. Perkembangan Keluarga
Satu cara untuk memahami individu-individu dan keluarga mereka, yaitu dengan cara meneliti perkembangan mereka lewat siklus kehidupan keluarga. Berkesinambungan dan berubah merupakan ciri dari kehidupan keluarga. Sistem keluarga itu mengalami perkembangan setiap waktu. Perkembangan keluarga pada umumnya terjadi secara teratur dan bertahap. Apabila terjadi kemandegan dalam keluarga, hal itu akan mengganggu sistem keluarga.
Dalam keluarga laki-laki dan perempuan dibesarkan dengan perbedaan harapan peranan, pengalaman, tujuan, dan kesempatan. Kesukuan dan pertimbangan sosio-ekonomi juga memengaruhi gaya hidup keluarga. Terlebih dahulu, hal yang harus diperhatikan adalah membantu menentukan bagaimana keluarga itu membentuk nilai-nilai, menetukan pola-pola perilaku, dan menentukan cara-cara mengekspresikan emosi, serta menentukan bagaimana mereka berkembang melalui siklus kehidupan keluarga. Hidup dalam kemiskinan dapat mengikis struktur keluarga dan menciptakan keluarga yang tidak terorganisasi.
3. Keluarga Sebagai Sistem Psikososial
Teori sistem umum memberikan dasar teoretis pada teori dan praktik konseling keluarga. Peran-peran keluarga sebagian besar tidak statis, perlu dipahami oleh anggota keluarga untuk membantu memantapkan dan mengatur fungsi keluarga. Keseimbangan dicapai dalam keluarga melalui proses interaksi yang dinamis. Hal ini membantu memulihkan stabilitas yang sewaktu-waktu terancam, yaitu dengan mengaktifkan aturan yang menjelaskan hubungan-hubungan. Pada saat perubahan keluarga terjaadi, siklus umpan balik positif dan negatife membantu memulihkan keseimbangan.
Sistem-sistem keluarga berinteraksi dengan sistem-sistem yang lebih besar lagi di luar rumah, seperti sistem tempat peribadatan, sekolah, dan tempat perawatan kesehatan.
B. Landasan-Landasan Sejarah dan Praktik Kontemporer Konseling Keluarga
Dalam landasan-landasan sejarah dan praktik kontemporer konseling keluarga dibahas mengenai :
1. Sejarah dan perkembangan konseling keluarga;
2. Pendekatan psikodinamik dalam teori dan praktik;
3. Pendekatan eksperensial/humanistik dalam teori dan praktik;
4. Pendekatan Bowen dalam teori dan praktik; dan
5. Pendekatan behavioral dalam teori dan praktik.
1. Sejarah dan Perkembangan Konseling Keluarga
Konseling keluarga ini distimulasi oleh penelitian menganai keluarga yang anggotanya mengalami schizophrenia. Konseling keluarga berkembang mencapai kemajuan pada tahun 1960-an. Pada tahun 1960-an, para pelopor konseling keluarga memutuskan untuk bekerja sama dengan para konselor yang berorientasi individual.
Teknik-teknik dalam konseling keluarga berkembang dengan pesat memasuki tahun 1970-an. Pada tahun 1980-an, konseling perkawinan dan konseling keluarga menjadi satu. Pada saat sekarang, konseling keluarga lebih menekankan penanganan masalah-masalah secara kontekstual dari pada secara terpisah dengan individu-individu. Tantangan yang dihadapi konseling keluarga pada tahun 1980-an adalah mengintegrasikan berbagai pendekatan konseling keluarga dan menggunakan kombinasi-kombinasi dari teknik-teknik yang dibutuhkan untuk populasi-populasi yang berbeda
2. Pendekatan-Pendekatan dalam Konseling Keluarga
Pendekatan-pendekatan dalam konseling keluarga dapat dibagi kedalam enam kelompok, yaitu:
Psikodinamik : Pandangan psikodinamik berdasar pada model psikoanalisis, memberikan perhatian terhadap latar belakang dan pengalaman setiap anggota keluarga sebanyak pada unit keluarga itu sendiri.
Eksistensial/Humanistik : Pada dasarnya, pendekatan Eksperiensial tidak menekankan pada teoritis dan latar belakang sejarah. Pendekatan ini lebih menekankan pada tindakan daripada wawasan dan interpretasi. Pendekatan ini memberikan pengalaman dalam meningkatkan perkembangan, yaitu melalui interaksi antara konselor dan keluarga.
Bowenian : Pendekatan Murray Bowen terkenal dengan teori sistem keluarga. Pendekatan ini dianggap sebagai sesuatu yang menjembatani pandangan-pandangan yang berorientasi psikodinamik dengan pandangan-pandangan yang lebih menekankan pada sistem. Bowen mengkonseptualisasikan keluarga sebagai sistem hubungan emosional.
Structural : Pendekatan structural dalam konseling keluarga terutama dikaitkan dengan Salvador Minuchin dan koleganyan di pusat Bimbingan Anak Philadelphia. Pendekatan ini dilandasi sistem. Teori konseling keluarga memfokuskan pada kegiatan, keseluruhan yang terorganisasi dari unit keluarga, dan cara-cara dimana keluarga mengatur dirinya sendiri melalui pola-pola transaksional diantara mereka.
Komunikasi/Stategis : Teori-teori komunikasi, muncul dari penelitian Lembaga Penelitian Mental (MRI) di Plato Alto pada tahun 1950-an. Teori-teori komunikasi ini mempunyai pengaruh yang besar terhadap konseling keluarga dengan menyusun kembali masalah-masalah manusia sebagai masalah interaksi dan sifat situasional.
Behavioral : Pendekatan behavioral ini mengambil prinsip-prinsip belajar manusia, seperti classical dan operant conditioning, penguatan positif dan negative, pembentukan, extinction, dan belajar social. Pendekatan behavioral lingkungan, situasional, dan faktor-faktor social dari perilaku.
Bentuk-bentuk lain dari Intervensi Terapeutik : Terdapat empat jenis teknik konseling keluarga sebagai tambahan terhadap pendekatan-pendekatan yang sudah biasa dilakukan dalam treatment, yaitu prosedur-prosedur nonverbal, prosedur-prosedur yang dibatasi waktunya, prosedur-prosedur yang berosientasi krisis, dan intervensi-intervensi yang melibatkan kelompok yang lebih luas.
Hal yang membedakan pendekatan-pendekatan tersebut adalah :
a) Orientasi teoretis, dalam intervensinya apakah menekankan pada masa lalu atau masa sekarang,
b) Proses konseling, apakah menekankan peran ketidak sabaran atau kesadaran,
c) Apakah menekankan wawasan atau tindakan,
d) Fungsi konseior diutamakan atau tidak,
e) Analisisnya apakah menggunakan individual dyat, atau triad, dan
f) Tujuan-tujuan treatment.
C. Penelitian, Latihan, dan Praktik Profesional
Penelitian dalam konseling keluarga didahului oleh perkembangan teknik-teknik intervensi terapeutik. Akhir-akhir ini berkembang penelitian tentang proses dan hasil dari intervensi konseling keluarga. Selanjutnya, penelitian tertarik pada keuntungan dan kerugian relatif dari alternatif pendekatan-pendekatan untuk individu-individu dan keluarga-keluarga yang kesulitannya berbeda.
Sebagian besar program-program latihan itu langsung berupaya untuk membantu traine mengembangkan persepsi, konsep, dan ketrampilan-ketrampilan dalam kerja dengan keluarga. Alat bantu latihan ini meliputi:
1) Kursus kerja didaktik;
2) Menggunakan master videotape terapis dan traine;
3) Melakukan supervisi melalui bimbingan aktif dengan supervisor yang melihat pertemuan tersebut di belakang cermin yang satu arah dan melakukan umpan balik korektif melalui telephone, earphone, memanggil traine/terapis dari pertemuan konseling untuk konsultasi;
4) Ko-konseling di mana traine mempunyai kesempatan bekrja di samping mentor dengan keluarga
Praktik professional dalam konseling perkawinan/keluarga diatur oleh status hukum dan pengaturan diri dengan kode etik, review sebaya, melanjutkan pendidikan, dan konsultasi.
BIMBINGAN KOMPREHENSIF: MODEL BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH LANJUT
A. Pengertian dan Landasan Filosofis
Model bimbingan komprehensif di sekolah lanjutan adalah suatu konsep dasar bimbingan yang berasumsi sebagai berikut:
1. Program bimbingan merupakan suatu keutuhan yang mencangkup berbagai dimensi yang terkait dan dilaksanakan secara terpadu.
2. Layanan bimbingan ditujukan untuk seluruh siswa, menggunakan berbagai strategi.
3. Bimbingan bertujuan untuk mengembangkan seluruh potensi siswa secara optimal, mencegah terhadap timbulnya masalah dan menyelesaikan masalah siswa.
Model bimbingan ini berpandangan, bahwa manusia itu merupakan satu kesatuan. Pengaruh terhadap bagian dari seorang manusia akan mempengaruhi keseluruhannya. Setiap individu mempunyai kebebasan untuk memilih yang diikiti oleh tanggung jawab atas akibat yang timbul dari pilihan itu. Tanggung jawab seseorang tidak hanya bertumpu dan terpusat pada dirinya sendiri, tetapi juga kepada orang lain secara seimbang.
B. Visi dan Misi Bimbingan
Bimbingan dan konseling adalah upaya pengembangan seluruh aspek kepribadian siswa, pencegahan terhadap timbulnya masalah yang akan menghambat perkembangannya dan menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya, baik sekarang ataupun masa yang akan datang.
Layanan bimbingan dan konseling tidak terbatas pada individu yang bermasalah, tetapi seluruh siswa. Adapun program bimbingan harus berdiferensiasi, baik dari segi pendekatan, teknik, kegiatan, sumber, maupun pihak-pihak yang terlibat.
Sejalan dengan visi bimbingan tersebut, maka misi bimbingan harus dapat membantu memudahkan siswa mengembangkan seluruh aspek kepribadian secara optimal sehingga terwujud siswa yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan yang tinggi, sehat jasmani dan rohani, mempunyai kepribadian yang mantap, mandiri, serta mempunyai tanggung jawab terhadap diri, masyarakat dan bangsa.
C. Tujuan Bimbingan
Berdasar visi dan misi bimbingan tersebut, maka tujuan umum bimbingan adalah:
1. Memahami, menerima, mengarahkan dan mengembangkan minat, bakat, serta kemampuan siswa secara optimal.
2. Menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan,keluarga, sekolah dan masyarakat.
3. Merencanakan kehidupan masa depan siswa sesuai dengan tuntunan dunia pada saat ini atau masa yang akan datang.
Secara khusus, layanan bimbingan dan konseling bertujuan membantu para siswa mencapai tugas-tugas perkembangannya, yaitu:
1. Mengembangkan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan YME.
2. Mengembangkan hubungan sosial yang mantap dengan teman sebaya, baik pria maupun wanita.
3. Mengembangkan peran sosial sebagai pria untuk siswa pria atau peran perempuan untuk siswa perempuan sesuai dengan norma masyarakat.
4. Menerima keadaan diri dan menerapkannya secara efektif yaitu menerima keadaan fisik, bakat, memelihara fisiknya, mengembangkan bakat, serta menghargai keadaan dirinya.
5. Memiliki sikap dan perilaku emosional yang mantap.
6. Mempersiapkan ke arah kemandirian ekonomi.
7. Memilih dean mempersiapkan suatu pekerjaan.
8. Memiliki sikap positif terhadap perkawinan dan hidup berkeluarga.
9. Memiliki keterampilan intelektual dan memahami konsep-konsep yang diperlukan untuk menjadi warga negara yang baik.
10. Memiliki sikap dan pewrilaku sosial yang bertanggung jawab.
11. Memahami nilai-nilai dan etika hidup bermasyarakat.
12.
D. Bidang Isi Bimbingan
Bidang isi bimbingan dirumuskan kedalam tiga kompenen utama, yaitu
1. Layanan dasar bimbingan
Adalah layanan bimbingan yang bertujuan meembantu siswa mengembangkan perilaku efektif dan meningkatkan keterampilan-keterampilan hidupnya.
2. Layanan responsif
Adalah layanan bimbingan yang bertujuan membantu memenuhi kebutuhan yang dirasakan sangat penting oleh siswa pada saat ini. Layanan ini lebih bersifat preventif atau mungkin kuratif. Isi layanan responsif adalah sebagai berikut:
Bidang pendidikan
Topiknya adalah pemilihan program studi di SLTA yang sesuai dengqan bakat,minat dan kemampuan, dan pemilihan program studi lanjutan di perguruan tinggi.
Bidang belajar
Topiknya adalah cara belajar efektif dan cara mengatasi kesulitan belajar.
Bidang sosial
Topiknya adalah cara memilih teman yang baik, cara memelihara persahabatan yang baik dan cara mengatasi konfik dengan teman.
Bidang pribadi
Topiknya adalah pembentukan identitas karier, pengenalan karakteristik dan lingkungan pekerjaan dan pembentukan pola karier.
Bidang disiplin
Topiknya adalah pengenalan tata tertib sekolah dan pengembangan sikap serta perilaku disiplin.
Bidang narkotika
Topiknya adalah pengenalan bahaya penggunaan narkotika dan pencegahan terhadap bahaya narkotika.
Bidang perilaku sosial
Topiknya adalah pengenalan bahaya perilaku seks bebas, cara berpacaran yang baik, serta pencegahan perilaku seks bebas.
3. Layanan perencanaan individual
Adalah upaya bimbingan yang bertujuan membantu seluruh siswa membuat dan mengimplementasikan rencana-rencara pendidikan, karier dan kehidupan sosial pribadinya. Tujuan utama dari layanan ini adalah membantu siswa belajar dan memahami perkembangannya sendiri, kemudian merencanakan dan mengimplementasikan rencana-rencana hidupnya atas dasar hasil pemantauan dan pemahamannya itu. Isi layanan perencanaan individual ini adalah sebagai berikut:
Bidang pendidikan
Topiknya adalah perencanaan belajar dan perencanaan studi lanjutan.
Bidang karier
Topiknya adalah perencanaan pekerjaan, perencanan jabatan, perencanaan kunjungan ke perusahaan-perusahan dan perencanaan waktu luang untuk kegiatan yang produktif.
Bidang sosial pribadi
Topiknya adalah perencanaan pengembangan konsep diri yang positif, serta perencanaan pengembangan keterampilan-keterampilan sosial yang tepat.
E. Dukungan Sistem
Adalah kegiatan-kegiatan manajemen yang bertujuan untuk memantapkan, memelihara dan meningkatkan program bimbingan (Eric,1990). Komponen dukungan sistem membantu staf/personal bimbingan dalam melaksanakan layanan dasar bimbingan, reponsif dan perencanaan individual (Gsybers dan Henderson, 1988).
F. Orang Yang Terlibat Dalam Program Bimbingan
Konselor, guru, administrator/kepala sekolah,orang tua siswa, siswa, anggota masyarakat, pengusaha dan karyawan semuanya berperan sebagai nara sumber dalam program bimbingan. Konselor bertugas memberikan berbagai layanan dan mengkoordinasikan program bimbingan, bekerja sama, serta mendukung para guru administrator sekolah agar program bimbingan tersebut berhasil.
Adapun orang tua siswa, anggota masyarakat, pengusaha dan karyawan masuk dalam komite/dewan penasihat masyarakat sekolah yang bertugas memberikan rekomendasi serta layanan dukungan terhadap konselor dan orang-orang yang terlibat dalam program bimbingan.
Keterlibatan staf pengajar/guru adalah penting. Oleh sebab itu, guru harus diberi kesempatan untuk berpartisipasi aktif dalam perencanaan dan implementasi program. Konselor dan guru harus bekerja sama dalam merencanakan pelaksanaan program bimbingan.
G. Implementasi Program Bimbingan
Tujuh langkah dalam mengimplementasikan model program bimbingan komprehensif, yaitu:
1. mendiskusikan program dengan para konselor, kepala sekolah dan staf sekolah lainnya, sehingga mereka merasa memiliki dan terlibat dalam program.
2. mengembangkan suatu lokakarya bagi para guru untuk memahami, mendukung dan mempersiapkan kemampuan-kemampuan yang diperlukan untuk melaksanakan program.
3. memplubikasikan perubahan-perubahan yang di usulkan dalam program tersebut kepada siswa, orang tua dan masyarakat.
4. melakukan analisis dan pengkajian secara teliti terhadap program bimbingan yang sekarang dilaksanakan disekolah. Analisis dan pengkajian ini meliputi sumber manusia, keuangan, pengalokasian waktu, tugas staf bimbingan dan konseling serta mengiventarisasikan material yang digunakan.
5. melakukan analisis dan pengkajian terhadap berbagai kebutuhan. Hal ini dilakukan melalui survei terhadap siswa, orang tua dan guru.
6. mengembangkan program bimbingan dengan cara mengidentifikasi kemampuan-kemampuan khusus secara teratur.
7. membuat prosedur evaluasi yang tepat yang akan menilai kemampuan siswa, penampilan personal bimbingan dan prestasi/keberhasilan dari tujuan program.
Model bimbingan komprehensif di sekolah lanjutan adalah suatu konsep dasar bimbingan yang berasumsi sebagai berikut:
1. Program bimbingan merupakan suatu keutuhan yang mencangkup berbagai dimensi yang terkait dan dilaksanakan secara terpadu.
2. Layanan bimbingan ditujukan untuk seluruh siswa, menggunakan berbagai strategi.
3. Bimbingan bertujuan untuk mengembangkan seluruh potensi siswa secara optimal, mencegah terhadap timbulnya masalah dan menyelesaikan masalah siswa.
Model bimbingan ini berpandangan, bahwa manusia itu merupakan satu kesatuan. Pengaruh terhadap bagian dari seorang manusia akan mempengaruhi keseluruhannya. Setiap individu mempunyai kebebasan untuk memilih yang diikiti oleh tanggung jawab atas akibat yang timbul dari pilihan itu. Tanggung jawab seseorang tidak hanya bertumpu dan terpusat pada dirinya sendiri, tetapi juga kepada orang lain secara seimbang.
B. Visi dan Misi Bimbingan
Bimbingan dan konseling adalah upaya pengembangan seluruh aspek kepribadian siswa, pencegahan terhadap timbulnya masalah yang akan menghambat perkembangannya dan menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya, baik sekarang ataupun masa yang akan datang.
Layanan bimbingan dan konseling tidak terbatas pada individu yang bermasalah, tetapi seluruh siswa. Adapun program bimbingan harus berdiferensiasi, baik dari segi pendekatan, teknik, kegiatan, sumber, maupun pihak-pihak yang terlibat.
Sejalan dengan visi bimbingan tersebut, maka misi bimbingan harus dapat membantu memudahkan siswa mengembangkan seluruh aspek kepribadian secara optimal sehingga terwujud siswa yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan yang tinggi, sehat jasmani dan rohani, mempunyai kepribadian yang mantap, mandiri, serta mempunyai tanggung jawab terhadap diri, masyarakat dan bangsa.
C. Tujuan Bimbingan
Berdasar visi dan misi bimbingan tersebut, maka tujuan umum bimbingan adalah:
1. Memahami, menerima, mengarahkan dan mengembangkan minat, bakat, serta kemampuan siswa secara optimal.
2. Menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan,keluarga, sekolah dan masyarakat.
3. Merencanakan kehidupan masa depan siswa sesuai dengan tuntunan dunia pada saat ini atau masa yang akan datang.
Secara khusus, layanan bimbingan dan konseling bertujuan membantu para siswa mencapai tugas-tugas perkembangannya, yaitu:
1. Mengembangkan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan YME.
2. Mengembangkan hubungan sosial yang mantap dengan teman sebaya, baik pria maupun wanita.
3. Mengembangkan peran sosial sebagai pria untuk siswa pria atau peran perempuan untuk siswa perempuan sesuai dengan norma masyarakat.
4. Menerima keadaan diri dan menerapkannya secara efektif yaitu menerima keadaan fisik, bakat, memelihara fisiknya, mengembangkan bakat, serta menghargai keadaan dirinya.
5. Memiliki sikap dan perilaku emosional yang mantap.
6. Mempersiapkan ke arah kemandirian ekonomi.
7. Memilih dean mempersiapkan suatu pekerjaan.
8. Memiliki sikap positif terhadap perkawinan dan hidup berkeluarga.
9. Memiliki keterampilan intelektual dan memahami konsep-konsep yang diperlukan untuk menjadi warga negara yang baik.
10. Memiliki sikap dan pewrilaku sosial yang bertanggung jawab.
11. Memahami nilai-nilai dan etika hidup bermasyarakat.
12.
D. Bidang Isi Bimbingan
Bidang isi bimbingan dirumuskan kedalam tiga kompenen utama, yaitu
1. Layanan dasar bimbingan
Adalah layanan bimbingan yang bertujuan meembantu siswa mengembangkan perilaku efektif dan meningkatkan keterampilan-keterampilan hidupnya.
2. Layanan responsif
Adalah layanan bimbingan yang bertujuan membantu memenuhi kebutuhan yang dirasakan sangat penting oleh siswa pada saat ini. Layanan ini lebih bersifat preventif atau mungkin kuratif. Isi layanan responsif adalah sebagai berikut:
Bidang pendidikan
Topiknya adalah pemilihan program studi di SLTA yang sesuai dengqan bakat,minat dan kemampuan, dan pemilihan program studi lanjutan di perguruan tinggi.
Bidang belajar
Topiknya adalah cara belajar efektif dan cara mengatasi kesulitan belajar.
Bidang sosial
Topiknya adalah cara memilih teman yang baik, cara memelihara persahabatan yang baik dan cara mengatasi konfik dengan teman.
Bidang pribadi
Topiknya adalah pembentukan identitas karier, pengenalan karakteristik dan lingkungan pekerjaan dan pembentukan pola karier.
Bidang disiplin
Topiknya adalah pengenalan tata tertib sekolah dan pengembangan sikap serta perilaku disiplin.
Bidang narkotika
Topiknya adalah pengenalan bahaya penggunaan narkotika dan pencegahan terhadap bahaya narkotika.
Bidang perilaku sosial
Topiknya adalah pengenalan bahaya perilaku seks bebas, cara berpacaran yang baik, serta pencegahan perilaku seks bebas.
3. Layanan perencanaan individual
Adalah upaya bimbingan yang bertujuan membantu seluruh siswa membuat dan mengimplementasikan rencana-rencara pendidikan, karier dan kehidupan sosial pribadinya. Tujuan utama dari layanan ini adalah membantu siswa belajar dan memahami perkembangannya sendiri, kemudian merencanakan dan mengimplementasikan rencana-rencana hidupnya atas dasar hasil pemantauan dan pemahamannya itu. Isi layanan perencanaan individual ini adalah sebagai berikut:
Bidang pendidikan
Topiknya adalah perencanaan belajar dan perencanaan studi lanjutan.
Bidang karier
Topiknya adalah perencanaan pekerjaan, perencanan jabatan, perencanaan kunjungan ke perusahaan-perusahan dan perencanaan waktu luang untuk kegiatan yang produktif.
Bidang sosial pribadi
Topiknya adalah perencanaan pengembangan konsep diri yang positif, serta perencanaan pengembangan keterampilan-keterampilan sosial yang tepat.
E. Dukungan Sistem
Adalah kegiatan-kegiatan manajemen yang bertujuan untuk memantapkan, memelihara dan meningkatkan program bimbingan (Eric,1990). Komponen dukungan sistem membantu staf/personal bimbingan dalam melaksanakan layanan dasar bimbingan, reponsif dan perencanaan individual (Gsybers dan Henderson, 1988).
F. Orang Yang Terlibat Dalam Program Bimbingan
Konselor, guru, administrator/kepala sekolah,orang tua siswa, siswa, anggota masyarakat, pengusaha dan karyawan semuanya berperan sebagai nara sumber dalam program bimbingan. Konselor bertugas memberikan berbagai layanan dan mengkoordinasikan program bimbingan, bekerja sama, serta mendukung para guru administrator sekolah agar program bimbingan tersebut berhasil.
Adapun orang tua siswa, anggota masyarakat, pengusaha dan karyawan masuk dalam komite/dewan penasihat masyarakat sekolah yang bertugas memberikan rekomendasi serta layanan dukungan terhadap konselor dan orang-orang yang terlibat dalam program bimbingan.
Keterlibatan staf pengajar/guru adalah penting. Oleh sebab itu, guru harus diberi kesempatan untuk berpartisipasi aktif dalam perencanaan dan implementasi program. Konselor dan guru harus bekerja sama dalam merencanakan pelaksanaan program bimbingan.
G. Implementasi Program Bimbingan
Tujuh langkah dalam mengimplementasikan model program bimbingan komprehensif, yaitu:
1. mendiskusikan program dengan para konselor, kepala sekolah dan staf sekolah lainnya, sehingga mereka merasa memiliki dan terlibat dalam program.
2. mengembangkan suatu lokakarya bagi para guru untuk memahami, mendukung dan mempersiapkan kemampuan-kemampuan yang diperlukan untuk melaksanakan program.
3. memplubikasikan perubahan-perubahan yang di usulkan dalam program tersebut kepada siswa, orang tua dan masyarakat.
4. melakukan analisis dan pengkajian secara teliti terhadap program bimbingan yang sekarang dilaksanakan disekolah. Analisis dan pengkajian ini meliputi sumber manusia, keuangan, pengalokasian waktu, tugas staf bimbingan dan konseling serta mengiventarisasikan material yang digunakan.
5. melakukan analisis dan pengkajian terhadap berbagai kebutuhan. Hal ini dilakukan melalui survei terhadap siswa, orang tua dan guru.
6. mengembangkan program bimbingan dengan cara mengidentifikasi kemampuan-kemampuan khusus secara teratur.
7. membuat prosedur evaluasi yang tepat yang akan menilai kemampuan siswa, penampilan personal bimbingan dan prestasi/keberhasilan dari tujuan program.
Bimbingan di Perguruan Tinggi
A. Alasan Diperlukannya Bimbingan di Perguruan Tinggi
Problema mahasiswa
Belajar di perguruan tinggi memiliki beberapa karakteristik yang berbeda dengan belajar di sekolah lanjutan. Karakteristik utama dari studi pada tingkat ini adalah kemandirian,baik dalam pelaksanaan kegiatan belajar dan pemilihan program studi,maupun dalam pengelolaan dirinya sebagai mahasiswa.
Untuk mengembangkan diri dan menghindari,seratamengatasi hambatan dan problema tersebut diperlukan bimbingan dari para dosen yang dilakukan secara sistematik dan berpegang pada prinsip “Tut Wuri Handayani.”
Secara keseluruhan problema yang dihadapi oleh mahasiswa dapat dikelompokkan atas dua kategori,yaitu problema studi dan problema sosial pribadi.
a. Problema studi
Merupakan hambatan atau kesulitan yang dihadapi oleh mahasiswa dalam merencanakan,melaksanakan,dan memaksimalkan perkembangan belajarnya.
Beberapa problema studi yang mungkin dihadapi oleh mahasiswa sebagai berikut:
1) Kesulitan dalam memilih program studi/konsentrasi/pilihan mata kuliah yang sesuai dengan kemampuan dan waktu yang tersedia.
2) Kesulitan dalam mengatur waktu belajar disesuaikan dengan banyaknyatuntutan dan aktivitas perkuliahan,serta kegiatan kemahasiswaan lainnya.
3) Kesulitan dalam mendapatkan sumber belajar dan buku-buku sumber
4) Kesulitan dalam menyusun makalah,laporan,dan tugas akhir.
5) Kesulitan dalam mempelajari buku-buku yang berbehasa asing,khususnya bahasa inggris
6) Kurangnya minat trehadap profesi.
b. Problema sosial pribadi
Merupakan kesulitan yang dihadapi mahasiswa dalam mengelola kehidupannya sendiri serta menyesuaikan diri dengan kehidupan sosial,baik di kampus maupun di lingkungan tempat tinggalnya.
Beberapa problema sosial pribadi yang mungkin dihadapi mahasiswa sebagai berikut:
1) Kesulitan ekonomi/biaya kuliah
2) Kesulitan menyesuaikan diri dengan teman sesama mahasiswa, baik di kampus maupun di lingkungan tempat tinggal.
3) Kesulitan menyesuaikan diri dengan masyarakat sekitar tempat tinggal mahasiswa,khususnya mahasiwa pendatang
4) Kesulitan karena masalah-masalah keluarga
5) Kesulitan karena masalah-masalah pribadi
B. Pengertian,Fungsi,dan Tujuan Bimbingan Mahasiswa
1. Pengertian
Bimbingan mahasiswa merupakan usaha membantu mahasiswa mengembangkan dirinya dan mengatasi problema-problema akademik,serta problema sosial pribadiu yang berpengaruh teerhadap perkembangan akademik mereka.
2. Fungsi
Bimbingan mahasiwa mempunyai beberapa fungsi,yaitu sebagai berikut:
• Pengenalan dan pemahaman yang lebih mendalam tentang kondisi,potensi dan karakteristik mahasiswa.
• Membantu menyesuaikan diri dengan kehidupan di perguruan tinggi.
• Membantu mengatasi problema-problema akademik dan peroblema sosial pribadi yang berpengaruh terhadap perkembangan akademik mahasiswa.
3. Tujuan
Dengan diberikannya layanan bimbinga,mahasiswa diharapkan mampu dalam hal-hal berikut ini:
• Mampu sendiri memilih program studi/konsentrasi/pilihan mata kuliah yang sesuai dengan bakat,minat,dan cita-cita mereka.
• Mampu menyelesaikan perkuliahan dan segala tuntutan perkuliahan tepat pada waktunya.
• Memperoleh prestasi belajar yang sesuai dengan kemampuan mereka.
• Mampu membina hubungan sosial dengan sesama mahasiswa dan dosen dengan baik.
• Memiliki sikap dan kesiapan profesional
• Memiliki pandangan yang realistis tentang diri dan lingkungannya.
C. Pembimbing
Syarat-syarat pembimbing
Bimbingan mahasiswa yang efisien dan efektif dapat dilaksanakan apabila didukung oleh tenaga yang memiliki kualitas kepribadian yang memadai,pengetahuan dan keahlian profesional tentang bimbingan,serta psikologi pendidikan yang memadai pula dan berdedikasi tinggi terhadap tugas dan profesinya,sebagai berikut:
• Bertaqwa kepada AllahSWT
• Menunjukkan keteladanan dalam hal yang baik
• Dapat dipercaya,jujur,dan konsisten
• Memiliki rasa kasih sayang dan kepedulian kepada mahasiswa
• Rela dan tanpa pamrih dalam memberikan layanan bimbingan kepada mahasiswa
• Senantiasa melengkapi diri dengan pengetahuan dan informasi yang berkaitan dengan keperluan bimbingan.
D. Ruang Lingkup Bimbingan Mahasiswa
Sesuai dengan permasalahan yang sering dialami mahasiswa dan sistem perkuliahan yang berdasarkan sistem SKS,kegitan bimbingan mahasiswa di lingkungan perguruan tinggi mencakup berbagai jenis bimbingan sebagai berikut.
1. Bimbingan Akademik
Bimbingan akademik dapat difokuskan ke dalam upaya membantu mahasiswa dalam hal-hal berikut ini:
Penentuan program studi tiap semester
Mahasiswa perlu dibantu dalam memahami hal-hal sebagai berikut:
1) Hakikat,tujuan,dan misi program/konsentrasi/pilihan mata kuliah yang dipilihnya dalam kaitannya dengan keseluruhan program studi yang dimasukinya
2) Struktur,isi,dan mekanisme pelaksanaan kurikulumprogram studi yang dipilihnya beserta persyaratan yang harus dipenuhi untuk dapat mengikutiprogram studi yang hendak ditempuhnya
3) Hakikat,isi,dan fungsi setiap mata kuliah yang membangun kurikulum program studi yang dipilihnya beserta kaitannya dengan mata kuliah lain dalam pembentukkan kemampuan profesionalnya
4) Prosedur formal dan tidak formal yang seyogyanya ditempuh untuk kelancaran penentuan dan perencanaan program studi yang dipilihnya
5) Personalia secara fungsional dapat membantu melancarkan proses penentuan dan perancangan program studi
Penyelesaian tugas dalam setiap mata kuliah
Dalam menempuh mata kuliah,mahasiswa sering menghadapi masalah dan kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugas. Mahasiswa hendaknya mendapat bimbingan untuk mengembangkan kesiapan dan kemampuan sebagai berikut:
1) Mengikuti perkuliahan dalam bentuk tatap muka secara penuh sesuai dengan ketentuan yang berlaku
2) Membuat laporan bahasan topic,bab atau buku yang relevan dengan mata kuliah
3) Menyusun makalah tentang permasalahan yang relevan dengan mata kuliah
4) Menyusun laporan survey,observasi,atau praktikum dari mata kuliah terkait
5) Melaksanakan tugas-tugas kerja,praktik lapangan,laboratorium,bengkel unit produksi,unit usaha, dan lain-lain
Dorongan penyelesaian tugas akhir
Sering kali mahasiswa kurang memiliki motif dan kemampuan membagi waktu terhadap penyelesaian tugas akhirnya. Untuk itu,para mahasiswa perlu mendapatkan bimbingan dalam hal berikut:
1) Membangkitkan dan meningkatkan motivasi dalam penyusunan tugas akhir
2) Merencanakan dan mengatur waktu untuk penyelesaian tugas akhir
Penyelesaian praktik lapangan (PL)
Melalui kegiatan PL diharapkan mahasiswa benar-benar melaksanakan dan menghayati tugas-tugas serta praktik profesinya. Untuk itu,mahasiswa perlu mendapat bimbingan sebagai berikut:
1) Menumbuhkan motif dan kesiapan diri untuk terjun dan tampil sebagai tenaga professional dalam bidangnya
2) Menumbuhkan kesiapan dan kemampuan mandiri dalam penyelesaian tugas-tugas profesionalnya
2. Bimbingan Pengembangan Sikap dan Tanggung Jawab professional
Pada sebagian mahasiswa sering tampak gejala yang kurang mendukung pemgembangan sikap dan tanggung jawab professional. Untuk itu,para mahasiswa perlu mendapat bimbingan sebagai berikut:
1) Menumbuhkan kesiapan diri untuk menjadi tenaga professional
2) Mengembangkan wawasan bidang profesinya melalui berbagai kegiatan akademis
3. Bimbingan Penyesuaian Sosial dan Pribadi
Sesuai dengan permasalahan yang sering timbul,mahasiswa perlu mendapat bimbingan sebagai berikut:
1) Penyesuaian diri terhadap suasana kehidupan perguruan tinggi (khususnya untuk mahasiswa baru)
2) Pembinaan dan pemeliharaan motif,serta gairah untuk belajar secara kreatif dan produktif
3) Menghindarkan dan menyelesaikan konflik,baik dengan teman,dosen,maupun anggota keluarga
4) Penyesuaian diri terhadap lingkungan tempat tinggal
5) Penyelesaian konflik antara keinginan studi dan pemenuhan tugas pekerjaan dan keluarga
E. Prosedur Bimbingan Mahasiswa
1. Tahap-tahap bimbingan
Prosedur bimbingan meliputi langkah pemerolehan data dan informasi,langkah pemberian bantuan,serta pemantauan hasil bantuan yang diberikan.
Pemerolehan data dan informasi setiap mahasiswa dapat dilakukan melalui kegiatan berikut:
a. Penelaahan transkrip akademis mahasiswa
b. Penelaahan hasil seleksi masuk mahasiswa
c. Pengumpulan data dari mahasiswa melalui wawancara,pengamatan oleh para dosen pembimbing akademis,ataupun inventori yang dilaksanakan oleh unit atau pusat bimbingan dan konseling.
2. Teknik-teknik bimbingan
Sejalan dengan mekanisme dan tahap bimbingan tersebut,teknik-teknik berikut dapat dipilih untuk digunakan secara tepat.
a. Teknik diskusi kelompok yang bersifat orientasi,mencakup diskusi tentang program studi,kurikulum,personalia akademis,dan proses belajar mengajar yang diterapkan dalam pelaksanaan program studi.
b. Teknik diskusi kelompok yang bersifat bantuan,mencakup diskusi tentang permasalahan belajar,social,dan pribadi
c. Teknik kegiatan kelompok lain,baik yang bersifat orientasi maupun bantuan
d. Konsultasi perorangan untuk menangani masalah-masalah akademis
e. Konseling perorangan untuk menangani masalah-masalah social pribadi
f. Pembahasan kasus,yaitu pembahasan mahasiswa dan permasalahannya bersama-sama dengan personalia akademis lain untuk menemukan jalan keluar dalam membantu mahasiswa
g. Rujukan bagi mahasiswa yang menghadapi kesulitan social pribadi yang tidak dapat ditangani oleh personalia akademis yang ada di fakultas
F. Pemantauan dan Pelaporan Bimbingan Mahasiswa
Dalam upaya memantau kegiatan bimbingan mahasiswa,dosen pembimbing akademis beserta pihak terkait melakukan pencatatan dan pelaporan hal-hal berikut.
Setiap akhir semester,DPA mencatat SKS dan IPK perolehan mahasiswa asuhannya dalam Format 1. Informasi untuk keperluan pencatatan perolehan SKS dan IPK ini bias diperoleh dari bagian akademis atau langsung dari mahasiswa yang dibimbingnya.
Problema mahasiswa
Belajar di perguruan tinggi memiliki beberapa karakteristik yang berbeda dengan belajar di sekolah lanjutan. Karakteristik utama dari studi pada tingkat ini adalah kemandirian,baik dalam pelaksanaan kegiatan belajar dan pemilihan program studi,maupun dalam pengelolaan dirinya sebagai mahasiswa.
Untuk mengembangkan diri dan menghindari,seratamengatasi hambatan dan problema tersebut diperlukan bimbingan dari para dosen yang dilakukan secara sistematik dan berpegang pada prinsip “Tut Wuri Handayani.”
Secara keseluruhan problema yang dihadapi oleh mahasiswa dapat dikelompokkan atas dua kategori,yaitu problema studi dan problema sosial pribadi.
a. Problema studi
Merupakan hambatan atau kesulitan yang dihadapi oleh mahasiswa dalam merencanakan,melaksanakan,dan memaksimalkan perkembangan belajarnya.
Beberapa problema studi yang mungkin dihadapi oleh mahasiswa sebagai berikut:
1) Kesulitan dalam memilih program studi/konsentrasi/pilihan mata kuliah yang sesuai dengan kemampuan dan waktu yang tersedia.
2) Kesulitan dalam mengatur waktu belajar disesuaikan dengan banyaknyatuntutan dan aktivitas perkuliahan,serta kegiatan kemahasiswaan lainnya.
3) Kesulitan dalam mendapatkan sumber belajar dan buku-buku sumber
4) Kesulitan dalam menyusun makalah,laporan,dan tugas akhir.
5) Kesulitan dalam mempelajari buku-buku yang berbehasa asing,khususnya bahasa inggris
6) Kurangnya minat trehadap profesi.
b. Problema sosial pribadi
Merupakan kesulitan yang dihadapi mahasiswa dalam mengelola kehidupannya sendiri serta menyesuaikan diri dengan kehidupan sosial,baik di kampus maupun di lingkungan tempat tinggalnya.
Beberapa problema sosial pribadi yang mungkin dihadapi mahasiswa sebagai berikut:
1) Kesulitan ekonomi/biaya kuliah
2) Kesulitan menyesuaikan diri dengan teman sesama mahasiswa, baik di kampus maupun di lingkungan tempat tinggal.
3) Kesulitan menyesuaikan diri dengan masyarakat sekitar tempat tinggal mahasiswa,khususnya mahasiwa pendatang
4) Kesulitan karena masalah-masalah keluarga
5) Kesulitan karena masalah-masalah pribadi
B. Pengertian,Fungsi,dan Tujuan Bimbingan Mahasiswa
1. Pengertian
Bimbingan mahasiswa merupakan usaha membantu mahasiswa mengembangkan dirinya dan mengatasi problema-problema akademik,serta problema sosial pribadiu yang berpengaruh teerhadap perkembangan akademik mereka.
2. Fungsi
Bimbingan mahasiwa mempunyai beberapa fungsi,yaitu sebagai berikut:
• Pengenalan dan pemahaman yang lebih mendalam tentang kondisi,potensi dan karakteristik mahasiswa.
• Membantu menyesuaikan diri dengan kehidupan di perguruan tinggi.
• Membantu mengatasi problema-problema akademik dan peroblema sosial pribadi yang berpengaruh terhadap perkembangan akademik mahasiswa.
3. Tujuan
Dengan diberikannya layanan bimbinga,mahasiswa diharapkan mampu dalam hal-hal berikut ini:
• Mampu sendiri memilih program studi/konsentrasi/pilihan mata kuliah yang sesuai dengan bakat,minat,dan cita-cita mereka.
• Mampu menyelesaikan perkuliahan dan segala tuntutan perkuliahan tepat pada waktunya.
• Memperoleh prestasi belajar yang sesuai dengan kemampuan mereka.
• Mampu membina hubungan sosial dengan sesama mahasiswa dan dosen dengan baik.
• Memiliki sikap dan kesiapan profesional
• Memiliki pandangan yang realistis tentang diri dan lingkungannya.
C. Pembimbing
Syarat-syarat pembimbing
Bimbingan mahasiswa yang efisien dan efektif dapat dilaksanakan apabila didukung oleh tenaga yang memiliki kualitas kepribadian yang memadai,pengetahuan dan keahlian profesional tentang bimbingan,serta psikologi pendidikan yang memadai pula dan berdedikasi tinggi terhadap tugas dan profesinya,sebagai berikut:
• Bertaqwa kepada AllahSWT
• Menunjukkan keteladanan dalam hal yang baik
• Dapat dipercaya,jujur,dan konsisten
• Memiliki rasa kasih sayang dan kepedulian kepada mahasiswa
• Rela dan tanpa pamrih dalam memberikan layanan bimbingan kepada mahasiswa
• Senantiasa melengkapi diri dengan pengetahuan dan informasi yang berkaitan dengan keperluan bimbingan.
D. Ruang Lingkup Bimbingan Mahasiswa
Sesuai dengan permasalahan yang sering dialami mahasiswa dan sistem perkuliahan yang berdasarkan sistem SKS,kegitan bimbingan mahasiswa di lingkungan perguruan tinggi mencakup berbagai jenis bimbingan sebagai berikut.
1. Bimbingan Akademik
Bimbingan akademik dapat difokuskan ke dalam upaya membantu mahasiswa dalam hal-hal berikut ini:
Penentuan program studi tiap semester
Mahasiswa perlu dibantu dalam memahami hal-hal sebagai berikut:
1) Hakikat,tujuan,dan misi program/konsentrasi/pilihan mata kuliah yang dipilihnya dalam kaitannya dengan keseluruhan program studi yang dimasukinya
2) Struktur,isi,dan mekanisme pelaksanaan kurikulumprogram studi yang dipilihnya beserta persyaratan yang harus dipenuhi untuk dapat mengikutiprogram studi yang hendak ditempuhnya
3) Hakikat,isi,dan fungsi setiap mata kuliah yang membangun kurikulum program studi yang dipilihnya beserta kaitannya dengan mata kuliah lain dalam pembentukkan kemampuan profesionalnya
4) Prosedur formal dan tidak formal yang seyogyanya ditempuh untuk kelancaran penentuan dan perencanaan program studi yang dipilihnya
5) Personalia secara fungsional dapat membantu melancarkan proses penentuan dan perancangan program studi
Penyelesaian tugas dalam setiap mata kuliah
Dalam menempuh mata kuliah,mahasiswa sering menghadapi masalah dan kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugas. Mahasiswa hendaknya mendapat bimbingan untuk mengembangkan kesiapan dan kemampuan sebagai berikut:
1) Mengikuti perkuliahan dalam bentuk tatap muka secara penuh sesuai dengan ketentuan yang berlaku
2) Membuat laporan bahasan topic,bab atau buku yang relevan dengan mata kuliah
3) Menyusun makalah tentang permasalahan yang relevan dengan mata kuliah
4) Menyusun laporan survey,observasi,atau praktikum dari mata kuliah terkait
5) Melaksanakan tugas-tugas kerja,praktik lapangan,laboratorium,bengkel unit produksi,unit usaha, dan lain-lain
Dorongan penyelesaian tugas akhir
Sering kali mahasiswa kurang memiliki motif dan kemampuan membagi waktu terhadap penyelesaian tugas akhirnya. Untuk itu,para mahasiswa perlu mendapatkan bimbingan dalam hal berikut:
1) Membangkitkan dan meningkatkan motivasi dalam penyusunan tugas akhir
2) Merencanakan dan mengatur waktu untuk penyelesaian tugas akhir
Penyelesaian praktik lapangan (PL)
Melalui kegiatan PL diharapkan mahasiswa benar-benar melaksanakan dan menghayati tugas-tugas serta praktik profesinya. Untuk itu,mahasiswa perlu mendapat bimbingan sebagai berikut:
1) Menumbuhkan motif dan kesiapan diri untuk terjun dan tampil sebagai tenaga professional dalam bidangnya
2) Menumbuhkan kesiapan dan kemampuan mandiri dalam penyelesaian tugas-tugas profesionalnya
2. Bimbingan Pengembangan Sikap dan Tanggung Jawab professional
Pada sebagian mahasiswa sering tampak gejala yang kurang mendukung pemgembangan sikap dan tanggung jawab professional. Untuk itu,para mahasiswa perlu mendapat bimbingan sebagai berikut:
1) Menumbuhkan kesiapan diri untuk menjadi tenaga professional
2) Mengembangkan wawasan bidang profesinya melalui berbagai kegiatan akademis
3. Bimbingan Penyesuaian Sosial dan Pribadi
Sesuai dengan permasalahan yang sering timbul,mahasiswa perlu mendapat bimbingan sebagai berikut:
1) Penyesuaian diri terhadap suasana kehidupan perguruan tinggi (khususnya untuk mahasiswa baru)
2) Pembinaan dan pemeliharaan motif,serta gairah untuk belajar secara kreatif dan produktif
3) Menghindarkan dan menyelesaikan konflik,baik dengan teman,dosen,maupun anggota keluarga
4) Penyesuaian diri terhadap lingkungan tempat tinggal
5) Penyelesaian konflik antara keinginan studi dan pemenuhan tugas pekerjaan dan keluarga
E. Prosedur Bimbingan Mahasiswa
1. Tahap-tahap bimbingan
Prosedur bimbingan meliputi langkah pemerolehan data dan informasi,langkah pemberian bantuan,serta pemantauan hasil bantuan yang diberikan.
Pemerolehan data dan informasi setiap mahasiswa dapat dilakukan melalui kegiatan berikut:
a. Penelaahan transkrip akademis mahasiswa
b. Penelaahan hasil seleksi masuk mahasiswa
c. Pengumpulan data dari mahasiswa melalui wawancara,pengamatan oleh para dosen pembimbing akademis,ataupun inventori yang dilaksanakan oleh unit atau pusat bimbingan dan konseling.
2. Teknik-teknik bimbingan
Sejalan dengan mekanisme dan tahap bimbingan tersebut,teknik-teknik berikut dapat dipilih untuk digunakan secara tepat.
a. Teknik diskusi kelompok yang bersifat orientasi,mencakup diskusi tentang program studi,kurikulum,personalia akademis,dan proses belajar mengajar yang diterapkan dalam pelaksanaan program studi.
b. Teknik diskusi kelompok yang bersifat bantuan,mencakup diskusi tentang permasalahan belajar,social,dan pribadi
c. Teknik kegiatan kelompok lain,baik yang bersifat orientasi maupun bantuan
d. Konsultasi perorangan untuk menangani masalah-masalah akademis
e. Konseling perorangan untuk menangani masalah-masalah social pribadi
f. Pembahasan kasus,yaitu pembahasan mahasiswa dan permasalahannya bersama-sama dengan personalia akademis lain untuk menemukan jalan keluar dalam membantu mahasiswa
g. Rujukan bagi mahasiswa yang menghadapi kesulitan social pribadi yang tidak dapat ditangani oleh personalia akademis yang ada di fakultas
F. Pemantauan dan Pelaporan Bimbingan Mahasiswa
Dalam upaya memantau kegiatan bimbingan mahasiswa,dosen pembimbing akademis beserta pihak terkait melakukan pencatatan dan pelaporan hal-hal berikut.
Setiap akhir semester,DPA mencatat SKS dan IPK perolehan mahasiswa asuhannya dalam Format 1. Informasi untuk keperluan pencatatan perolehan SKS dan IPK ini bias diperoleh dari bagian akademis atau langsung dari mahasiswa yang dibimbingnya.
Langganan:
Postingan (Atom)