Minggu, 24 Juli 2011

PERKEMBANGAN SOSIAL

1. Pengetian perkembangan hubungan sosial
Beberapa teoti tentang perkembangan manusia telah menggungkapkan bahwa manusia tumbuh dan berkembang dari masa bayi ke masa dewasa melalui beberapa langkah dan jenjang. Kehidupan anak dalam menelusuri perkembangannya itu pada dasarnya merupakan kemampuan mereka berinteraksi dengan lingkungan. Pada proses integrasi dan interaksi ini factor intelektual dan emosional menggambil peran penting. Proses tersebut merupakan proses sosialisasi yang mendudukkan anak-anak sebagai insane yang secara aktif melakukan proses sosialiasasi.
Manusia tumbung dan berkembang didalam lingkungan. Linkungan itu dapat dibedakan atas lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan sosial memberikan banyak pengaruh terhadap pambentukan berbagai aspek kehidupan, terutama kehidupan sosio-psikologis.
Kebutuhan bergaul dan hubungan dengan orang lain ini mulai dirasakan sejak anak berusia enam bulan, disaat anak itu telah mampu mengenal manusia lain, terutama ibu dan anggota keluarganya. Anakmulai mengenal dan membedakan arti senyum dan perilaku social yang lain, seperti marah (tidak suka mendengar suara keras) dan kasih sayang. Akhirnya setiap oramg menyadari bahwa manusia iru saling membutuhkan.
Dengan demikian, jelaslah bahwa hubungan sosial merupakan hubungan antarmanusia yang saling membutuhkan. Hubungan sosial dimulai dari tingkat yang sederhana dan terbatas sampai pada tungkat yang luas dan kompleks. Pada jenjang perkembangan remaja, seorang remaja bukan saja memerlukan orang lain untuk kebutuhan pribadinya, tetapi untuk berpartisipasi dan berkontribusi mzemajukan kehidupan bermasyarakatnya.

2. Karakteristik perkembangan sosial remaja
Remaja adalah tingkat perkembangan anak yang telah mencapai jenjang menjelang dewasa. Pada jenjang ini, kebutuhan remaja telah cukup kompleks, cakrawala interaksi social dan pergaulan remaja telah cukup luas. Dalam penyesuaian diri terhadap lingkungannya, remaja telah mulai memperhatikan dan mengenal berbagai norma pergaulan, yang berbeda dengan norma yang berlaku sebelumnya didalam keluarganya.
Dengan demikian, remaja memulai memahami norma pergaulan dengan kelompok remaja, kelompok anak-anak, kelompok dewasa, dan kelompok orang tua. Pergaulan dengan sesama jenis dirasakan yang paling penting tetapi cukup sulit, karena disampig haus memperhatikan norma pergaulan sesame remaja, juga terselip pemikiran adanya kebutuhan masa depan untuk memilih teman hidup.
Kehidupan sosial dalam jenjang usia remaja ditandai oleh menonjolnya fungsi intelektual dan emosional. Mereka dapat mengalami sikap hubungan sosial yang bersifat tertutup ataupun terbuka seiring dengan masalah pribadi yang dialaminya. Keadaan ini oleh Erik Erickson (dalam Lefton, 1982:281) dinyatakan sebagai krisis identitas diri. Prosses pembentukan identitas diri dan konsep diri merupakan sesuatu yang kompleks. Konsep diri ini tidak hanya terbentuk dari bagaimana remaja percaya tentang keberadaan dirinya, tetapi juga dari bagaimana orang lain menilai tentang keberadaan dirinya.
dewasa melalui 8 tahapan. Perkembangan remaja berada dalam tahap keenam dan ketujuh, yitu masa menemukan jati diri dan memilih kawan akrab. Sering anak menemukan jati dirinya berdasarkan situasi kehidupan yang mereka alami. Banyak diantara mereka yang amat percaya pada kelompoknya dalam menemukan jati dirinya. Dalam hal ini, Erickson berpendapat bahwa penemuan jati diri seseorang didorong oleh pengaruh sosiokulktural. Berbeda dengan pandangan Sigmud Freud bahwa kehidupan social remaja (pergaulan sesame remaja terutama dengan lawan jenis) didorong oleh dan berorientasi pada kepentingan seksualnya.
Pergaulan remaja banyak diwujudkan dalam bentuk kelompok, baik kelopmpok kecil maupun kelompok besar. Dalam menentukan kelompok yang diikuti,didasari oleh berbagai pertimbangan, seperti moral, sosial ekonomi, minat dan kesamaan bakat, dan kemampuan. Baik didalam kelompok kecil maupun dikelompok besar, masalah yang umum dihadapi oleh remaja dan paling rumit adalah factor penyesuaian diri. Didalam kelompok besar terjadi persaingan yang berat, masing-masing individu bersaing untuk tampil menonjol, memperlihatkan “aku”nya. Oleh karena itu, sering terjadi perpecahan dalam kelompok tersebut yang disebabkan oleh menonjolnya kepentingan pribadi setiap orang. Tetapi sebaliknya, didalam kelompok itu terbentuk suatu persatuan yang kokoh, yang diikat oleh nora kelompok yang telah disepakati.
Nilai positif dalam kehidupan kelompok adalah tiap-tiap anggota belajar erorganisasi, memilih pemimpin, dan mematuhi peraturan kelompok. Ada kalanya, dalam hal-hal tertentu tindakan kelompok itu kurang mengindahkan nilai dan norma social, yang berlaku umum di masyarrakat karena lebih memperhatikan adalah keutuhan kelompoknya. Selain itu, untuk mempertahankan dam melawan serangan kelompok lain, mereka mengutamakan rasa solidaritas serta semangat persatuan dan keutuhan kelompoknya tanpa memedulikan objektivitas kebenaran.
Penyesuaian diri didalam kelompok kecil, kelompok yang terdiri dari pasangan remaja berbeda jenis sekalipun, tetap menjadi permasalahan yang cukup berat. Di dalam proses penyesuaian diri, kemampuan intelektual dan emosional mempunyai pengaruh yang kuat. Saling pengertian akan kekurangan masing-masing dan upaya menahan sikap menonjolkan diri atau tindakan dominasi terhadap pasangannya, diperlukan tindakan intelektual yang tepat dan kemampuan menyeimbangkan pengendalian emosional. Dalam hal hubungan sosial yang lebih khusus, yang mengarah ke pemilihan pasangan hidup, pertimbangan faktor agama dan suku sering menjadi masalah yang amat rumit. Pertimbangan masalah agama dan suku ini bukan saja menjadi kepentingan masing-masing individu yang bersangkutan, tetapi dapat menyangkut kepentingan keluarga dan kelompok yang lebih besar (sesame agama atau sesame suku).

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan sosial
Perkembangan sosial manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : keluarga, kematangan anak, kematangan anak, status sosial ekonomi keluarga, tingkat pendidikan, dan kemampuan mental terutama emosi dan intelegensi.

a) Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan sosialnya. Kondisi dan tatacara kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang kondusif bagi sosialisasi anak.
Proses pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian anak lebih banyak ditentukan oleh keluarga. Pola pergaulan dan bagaimana norma dalam menempatkan diri terhadap lingkungan yang lebih luas ditetapkan dan diarahkan oleh keluarga.

b) Kematangan anak
Proses sosialisasi tentu sja memerlukan kematangan fisik dan psikis. Untuk memberi dan menerima pandangan atau pendapat oranvg lain diperlukan kematangan intelektual dan emosional. Selain itu, kematangan mental dan kemampuan berbahasa ikut pula menentukan keberhasilan seseorang dalam berhubungan sosial.

c) Status sosial ekonomi keluarga
Kehidupan sosial dipengaruhi pula oleh kondisi atau ststus sosial ekonomi keluarga. Masyarakat akan memendang sesorsng anak dalam konteksnya yamg utuh dengan keluarga amak itu. Dari pihak anak itu sendiri, prilkunya akan memperlihatkan kondisi normatif yang telah ditanamkan oleh keluaarganya. Hal itu mengakibatkan anak akan menempatkan dirinya dalam pergaulan social yang tidak tepat. Kondisi demikian akan berakibat lebih jauh, yaitu anak menjadi terisolasi dari kelompoknya. Akibat lain, anak-anak dari keluarga kaya akan membentuk kelompok elit dengan nilai dan norma sendiri.

d) Pendidikan
Pendidikan merupakan media sosialisasi yang terarah bagi anak. Hakikat pendidikan sebagai proses pengoprasian ilmu yang normatif, pendidikan akan member warna terhadap kehidupan social anak di masa yang akan datang. Pendidikan moral diajarkan secara terprogram dengan tujuan untuk membentuk kepribadian anak agar mereka memiliki tanggungjawab sosial dalam kehidupan bermasyaarakat, berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, siswa bulkan saja dikenalkan dan ditanamkan nilai dan norma keluarga dan masyarakat, tetapi juga nilai dan norma kehidupan bangsa dan negara.

e) Kapasitas mental : emosi dan intelegensi
Kapasitas emosi dan kemampuaan berpikir memengaruhi banyak hal, seperti kemampuan belajar, memecahkan masalah, berbahasa dan menyesuaikan diri terhadap kehidupan dimasyarakat. Perkembangan emosi dan intelegensi berpengaruh terhadap peerkembangan sosial anak. Anak yang berkemampuan intelektual tinggi dan memiliki emosi yang stsbil akan mampu memecahkan berbagai masalah hidupnya di masyarakat. Oleh karena itu, kemampuan intelektual tinggi, pengendalian emosioal secara seimbang sangat menentukan keberasilan dalam perkambangan sosial anak. Sikap saling pengertian dan kemampuan memahami orang lain merupakan modal utama dalam kehidupan sosial dan hal ini akan mudah dicapai oleh remaja yang berkemampuan intelektual tinggi.

4. Pengaruh Perkembangan Sosial terhadap Tingkah Laku
Dalam perkembangan sosial para remaja dapat memikirkan perihal dirinya dan orang lain. Pemikiran tersebut terwujud dalam refleksi diri, yang sering mengarah ke penilaian diri kritik dari hasil pergaulannya dengan orang lain, bahkan sering telihat usaha seseorsng untuk menyembunyikan dan merahasiakannya. Dengan refleksi diri, hubungan dengan situasi lingkungan sering tidak sepenuhnya diterima, karena lingkungan tidak sejalan dengan konsep dirinya yang tercermin sebagai suatu kemungkinan bentuk tingkah laku sehari-hari.
Pemikiran remaja sering dipengaruhi oleh ide-ide dari teori-teori yang menyebabkan sikap kritisnya situasi dari orang lain,termasuk orang tuanya. Setiap pendapat orang lain dibandingkan dengan teori yang diikkuti atau diharapkannya. Sikap kritis ini juga ditunjukkan dalam hal-hal yang sudah umum baginya pada masa sebelumnya, sehingga ia merasa bahwa tatacara, adat istiadat yang berlaku dilingkungan keluarga bertantangan dengan sikap dengan sikap kritis yang tampak pada pelakunya.
Pengaruh egosentris masih sering terlihat pada pemikiran remaja, karena hal berikut :
a. Cita-cita dan idealism yang baik, terlalu menitikberatkan pemikiran sendiri, tanpa memikirkan akibat lebih jauh dan tanpa memperhitungkan kesulitan praktis yang mungkin menyebabkan kegagalannya dalam menyelesaikan persoalan.
b. Kemampuan berfikir dengan pendapat sendiri belum bisertai pendapat orang lain dalam penilaiannya. Masih sulit membedakan pokok perhatian orang lain dari pada tujuan perhatian sendiri. Pandangan dan penilaian dirisendiri dianggap sama dengan pandangan orang lain mengenai dirinya.
Pencerminan sifat egois sering dapat menyebabkan “kekakuan” para remaja dalam cara berpikir maupun bertingkah laku. Persoalan yang timbul pada masa remaja adalah banyak bertalian dengan perkembangan fisik yang dirasakan mengganggu dirinya dalam bergaul, karena menduga bahwa orang lain sepikiran dan ikut tidak puas dengan penampilan dirinya. Hal ini menimbulkan perasaan seperti selalu diamati orang lain, malu dan membatasi gerak geriknya. Akibatnya, tingkah lakunya menjadi canggung.
Proses penyesuaian diri yang dilandasi sifat egonya dapat menimbulkan reaksi lain, yaitu melebih-lebihkan diri dalam penilaian diri. Mereka merasa dirinya “ampuh” atau “hebat” sehingga berani manantang da mendeburkan diri dalam aktivitas yamg acapkali dipikirkan atau direncanakan. Aktifitas yang dilakukan pada umumnya tergolong aktivitas yang membahayakan.
Melalui banyak pengalaman damn penghayatan kenyataan serta dalam menghadapi pendapat orang lain, sifat egonya semakin berkurang. Pada akhir masa remaja, pengaruh egosentrisitas sudah semakin kecil, sehingga ia dapat berhubungan ddengan orang lain tanpa harus meremehkan pendapat dan pandangan orang lain.

5. Mengembangkan Keterampilan Sosial pada Remaja
Menurut hasil study Davis dan Forsythe (1984), dalam kehidupan remaja terdapat delapan aspek yang menuntut keterampilan social(social skills), yaitu keluarga, lingkungan, kepribadian, rekreasi, pergaulan dengan lawan jenis, pendidikan/sekolah, persahabatan dan solidaritas kelompok, dan lapangan kerja.

a. Keluarga
Keluarga merupakan tempat pertama dan utama bagi anak dalam mendapatkan pendidikan, kepuasan psikis yang diperoleh anak dalam keluarga akan sangat menentukan bagaimana ia akan bereaksi terhadap lingkungan. Anak-anak yang dibesarkan dalam keluaraga yang tiddak harmonis sehingga tidak mendapatkan kepuasan psikis yang cukup akan sulit mengembangkan keterampilan sosialnya. Hal ini dapat terlihar dari :
1) Kurang adanya saling pengertian
2) Kurang mampu menyesuaikan diri dengan tuntutan orang tua dan saudara
3) Kurang berkomunikasi secara sehat
4) Kurang mampu mandiri
5) Kurang mampu mamberi dan menerima sesama saudara
6) Kurang mampu berkerjasama
7) Kurang mampu mengadakan hubungan yang baik

b. Lingkungan
Sejak dini, anak-anak harus sudah diperkenalkan dengan lingkungan. Lingkungan dalam batasan ini meliputi lingkungan fisik (rumah, pekarangan) dan lingkungan sosial (tetangga), lingkungan keluarga (keluarga primer dan sekunder), lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat luas. Dengan pengenalan lingkungan sejak dini, anak sudah mengetahui bahwa dia memiliki lingkungan sosial yang luas.

c. Kepribadian
Secara umum, penampilan sering diindentikkan dengan menifestasi dari kepribadian seseorang, padahal sebenarnya tidak demikian karena yang tampil tidak selalu menggambarkan kepribadian yang sebenarnya. Hal ini amatlah penting bagi remaja untuk menilai seseorang berdasarkan penampilan semata, sehimgga mengucilkan orang yang memiliki penampilan tidak menarik. Disinilah pentingnya orang tua memberikan penanaman nilai-nilai yang menghargai harkat dan martabat orang lain tanpa mendasarkan pada hal-hal fisik, seperti materi dan penampilan.

d. Rekreasi
Rekreasi merupakan kebutuhan sekunder yang sebaliknya dapat terpengaruhi. Dengan rrekreasi, seseorang akan mendapat kesegaran fisik maupun psikis, sehingga terlepas dari rasa capek, bosan, monoton, serta mendapatkan semangat baru.

e. Pergaulan dengan lawwan jenis
Untuk menjalankan peran menurut jenis kelamin, anak dan remaja semestinya tidak dibatasi pergaulannya dengan teman-teman yang memiliki jenis kelamin yang sama. Pergaulan dengan lawan jenis akanmemudahkan anak dalam mengidentifikasi sex role behavior yang menjadi sngat penting dalam persiapan berkeluarga maupun berkeluarga.

f. Pendidikan
Pada dasarnya, sekolah mengajarkan berbagai keterampilan pada anak. Salah satu kterampilan tersebut adalah keterampilan social yang dikaitkkan dengan cara-cara belajar yang efesien dan berbagai teknik belajar sesuai dengan jenis pelajarannya. Dalam hai ini peran orang tua adalah menjaga agar keterampilan-keterampilan tersebut tetap dimiliki oleh anak dan dikembangkan terus menerus sesuai tahap perkembangannya.

g. Persahabatan dan solidaritas kelompok
Pada masa remaja, peran kelompok dan teman-teman amatlah besar. Sering remaja bahkan lebih mementingkan urusan kelompok dibandingkan urusan dengan keluarganya. Hal tersebut merupakan hal yang normal sejauh kegiatan yang dilakukan remaja dan kelompoknya bertujuan positif dan tidak merugikan orang lain. Dalam hal in orang tua perlu memberikan dukungan sekaligus pengawasan agar rremaja dapat memiliki pergaulan yang luas dan bermanfaat bagi perkembangan psikososialnya.

h. Lapangan kerja
Cepat atau lambat, setiap orang pasti akan menghadapi dunia kerja. Keterampilan social untuk memilih lapangan kerja sebenarnya sudah disispkan sejak anak masuk sekolah dasar. Melalui berbagai pelajaran disekolah, mereka sudah mengenel berbagai lapangan pekerjaan yang ada dalam masyarakat. Setelah masuk SLTA, mereka dapat bimbingan karier untuk mengarahkan karier masa depan. Dengan memahami lapangan kerj dan keterampilan-keterampilan social yang dibutuhkan, remaja yang terpaksa tidak dapat melanjutkan sekolah ke Perguruan Tinggi akan siap untuk bekerja.

i. Meningkatkan kemampuan penyesuaian diri
Untuk menumbuhkan kemampuan penyesuaian diri, sejak anak awal diajarkan untuk lenih memahami dirinya sendiri agar ia mampu mengengdalikan dirinya sehingga dapat vereaksi secara wajar dan normative. Untuk itu, tugas orang tua atau pendidik adalah membekali diri anak dengan membiasakan untuk menerima dirinya, menerima orang lain, tahu dan mau mengakui kesalahannya, dan sebagainya. Dengan cara ini, remaja tidak akan terkejut menerima kritik dari orang lain, mudah membaur dalam kelompok damn memiliki solidaritas yang tinggi sehingga mudah diterima oleh orang lain atau kelompok.

Jumat, 22 Juli 2011

IMPLEMENTASI IMAN DAN TAQWA DALAM KEHIDUPAN MODERN

IMAN
1. Pengertian Iman
Menurut bahasa iman berarti membenarkan. Sedangkan menurut syara’ berarti membenarkan dengan hati, dalam arti menerima dan tunduk kepada hal-hal yang diketahui berasal dari Nabi Muhammad. Selain itu iman juga berarti percaya dengan sepenuh hati tanpa ada sedikitpun keraguan didalamnya sehingga tercermin dalam pandangan hidup, sikap, dan tingkah laku. Dengan demikian iman kepada Allah berarti percaya bahwa Allah satu-satunya dzat yang menciptakan, memelihara, menguasai, dan mengatur alam semesta. Iman kepada keesaan Allah juga berarti yakin bahwa hanya kepada Allah-lah manusia harus bertuhan, beribadah memohon pertolongan, tunduk, patuh, dan merendahkan diri. Selain itu iman kepada keesaan Allah juga berarti mempercatai bahwa Allah-lah yang memiliki segala sifat kesempurnaan dan terlepas dari sifat tercela atau dari segala kekurangan.
Iman tidak cukup disimpan dalam hati. Iman harus dilahirkan dalam bentuk perbuatan yang nyata dan dalam bentuk amal sholeh atau perilaku yang baik. Selain itu, pengartian tersebut jugs membawa makna bahwa iman tidak sekedar beriman kepada apa yang disebutkan didalam “rukun iman” saja, yaitu iman kepada Allah, iman kepada malaikat-malaikat-Nya, iman kepada hari akhir, dan iman kepada qadla dan qodar. Tetapi lebih dari itu, cakupan iman meliputi pengimanan terhadap segala hal yang dibawa oleh Nabi Muhammad selain rukun iman tersebut. Misalnya, iman terhadap kewajiban sholat, zakat, puasa, dan juga tentang halal haramnya sesuatu.

2. Mengemukakan argument bantahan tentang tidak benarnya orang beriman.
Orang yang tidak beriman kepada Allah SWT.adalah termasuk orang kafir. Menurut Ibnu Jarir, ketertutupan hati orang kafir itu disebabkan karena kesombongan dan penentangannya terhadap kebenaran yang disampaikan kepadanya. Sedangkan Ibnu Abbas menjelaskan bahwa penyakit hati orang kafir adalah perasaan bimbang dan ragu, kegoncangan batin seperti inilah yang menjadikan mereka merasa gelisah.
Adapun bantahan atas ketidakimanan mereka antara lain sebagai berikut :
a) Adanya alam barang tentu ada penciptanya (dzat pencipta)
b) Manusia terdiri dari jiwa dan raga, jiwa butuh tujuan/idola atau sesuatu yang untuk membimbingnya adalah Allah SWT.
c) Dzat pencipta. Yaitu Allah SWT. Absolute, meliputi segala sesuatu yang ada.

3. Hikmah iman kepada Allah
Hikmah iman kepada Allah antara lain sebagai berikut :
a) Iman sebagai dasar/pedoman, dengan iman kepada Allah hidupnya menjadi tenang karena memiliki pedoman hidup yang terjamin kebenaranya, disamping karena senantiasa ingat kepada Allah SWT.
b) Iman sebagai bimbingan jiwa. Orang yang beriman akan selalu mendapat bimbigan dari Allah SWT.
c) Iman sebagai motivasi. Orang yang beriman kepada Allah akan terdorong hati nuraninya untuk bersikap dermawan dan penuh dengan rasa kesetiaan yang tinggi.


TAQWA
1. Pengertian Taqwa

Menurut Imam Ghozali : Taqwa didalam Al_qur’an disebut dalam tiga pengertian

Pertama : Takut dan malu
Kedua : Taat dan beribadah
Ketiga : Membersihkan hati dari dosa, dan yang terakhir adalah taqwa yang sejati.


Demikianlah pengertian taqwa menurut Imam Ghozali. Secara umum, taqwa adalh suatu perkataan yang mengungkapkan penghindaran diri dari kemurkaan Allah SWT dan siksaan-Nya. Yakni dengan melaksanakan apa yang diperintah-Nya dan menahan diri dari melakukan segala larangan-Nya. Hakikat taqwa ialah Tuhan melihat kehadiranmu dimana DIA telah melarangmu. Tuhan tidak kehilanganmu dimana DIA telah memerintahkanmu.

2. Amalan Taqwa
Amalan taqwa bukan sebatas apa yang terkandung didalam rukun islam, seperti syahadat, sholat, puasa, zakat dan haji saja. Bukan sebatas membac al-quran atau berzikir. Amalan taqwa juga tidak hanya dimasjid saja. Amalan taqwa adalah apa saja amalan dan perbuatan yang dilandaskan syariat, baik itu fardu, wajib, sunah, mubah atau apa saja amalan dan perbuatan yang dijauhi dan ditinggalkan baik itu haram dan makruh.
Ini termasuklah segala perkara yang berlaku dalam kehidupan, baik kehidupan kesehariandalam bidang ekonomi, pembangunan, pendidikan, kenegaraan, kebudayaan, menejemen, kesehatan, dan sebagainya. Asalkan yang dilakukan atau ditinggalkan itu terkait dank arena Allah, maka itulah taqwa. Sedangkan amalan yang yang tidak terkait dan tidak dilakukan karena Allah, itu adalah amalan yang tidak ada nyawa, jiwa, atau rohnya dan ia tidak ada nilainya disisi-Nya.
Begitu pentingnya ketaqwaan bagi seorang muslim, sehingga derajat seorang manusia ditentukan oleh kadar ketaqwaannya kepa Allah. Mulia atau tidaknya seorang manusia bukan ditentukan oleh banyaknya harta yang dimiliki atau jabatan yang diduduki. Tidak mustahil, jika ada seseorang jabatannya tinggi, hartanya berlimpah, dipuji oleh manusia, tetapi karena tidak bertaqwa kepada Allah, maka ia pun tidak memiliki derajat disisi Allah SWT. Sebaliknya, seorang pemulung yang dicaci dan dihina di hadapan Allah SWT derajatnya melebihi seorang pejabat yang dipuji tetapi ternyata korupsi. Berbicara juga dapat menjadi taqwa kalau apa yang dibicarakan itu adalah ilmu, nasehat, atau perkara-perkara yang baik, manfaat dan dilakukan karena Allah. Diam juga dapat menjadi taqwa, kalau diam itu untuk mengelakan dari kata-kata perkara yang maksiat ddan sia-sia atau tidak menyakiti hati orang dan dilakukan karena takut kepada Allah.

3. Ciri-Ciri Orang yang Bertaqwa Kepada Allah
Ciri-ciri orang yang bertaqwa kepada Allah antara lain sebagai berikut :
a) Gemar menginfakkan harta bendanya dijalan Allah, baik dalam waktu sempit maupun lapang.
b) Mampu menahan diri dari sifat marah
c) Selalu memanfaatkan orang lain yang telah membuat salah kepadanya (tidak pendendam)
d) Saat terjerumus pada perbuatan keji dan dosa atau mendzalimi diri sendiri, ia segera ingat kepada Allah, lalu bertaubat dan beristigfar, memohon ampun kepada-Nya atas dosa yang telah dilakukan
e) Tidak meneruskan perbuatan keji itu lagi dengan kesadaran dan sepengetahuan dirinya.

4. Nikmat orang yang bertaqwa
Hasil yang akan diperoleh dan nikmat yang akan diraih oleh orang yang bertaqwa, antara lain srebagai berikut:
a) Ia akan memperoleh al-furqon, yaitu kemampuan untuk membedakan antara yang hak dan yang batil, halal dan haram, antara yang sunah dengan bid’ah. Seperti firman Allah :
“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqon dan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan mengampuni (dosa-dasa)mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. (QS. Al-Anfal :29).
b) Ia akan memperoleh jalan keluar dari segala macam problema yang dihadapinya.
c) Amalan-amalan baiknya diterima oleh Allah hingga menjadi berat timbangannya dihari kiamat kelak, mudah penghisapannya dan ia menerima kitab catatan amalannya dengan tangan kanan.
d) Allah akan memasukkan ke surga, kekal didalamnya serta hidup dalam keridhoan-Nya.

MODERN
1. Pengertian Masyarakat Modern
Masyarakat modern adalah komunitas orang yang hidup bersama dalam suatu tempat dengan ikatan dan aturan-aturan tertentu yang bersifat modern dan serta penggunaan teknologi.

2. Ciri-Ciri pokok Masyarakat Modern
Ciri-ciri masyarakat modern menurut Deliar Noor:
a) Bersifat rasional, yakni lebih mengutamakan pendapat yang berdasarkan akal.
b) Berfikir untuk masa depan yang lebih jauh, tidak hanya memikirkan masalah yang bersifat sesaat.
c) Menghargai waktu, yakni memanfaatkan waktu sebaik-baiknya sehingga tidak ada waktu yang mubazir tanpa makna.
d) Bersifat terbuka, yakni mau menerima kritikan, saran, masuka untuk perbaika yang datang dari manapun.
e) Berfikir objektif, yakni melihat segala sesuatu dari sudut fungsi dan kegunaan bagi masyarakat.

3. Tantangan, problem dan resiko kehidupan modern
a) Realitas kemampuan manusia:
• Manusia tidak hanya mengenal nama-nama benda yang ada
• Manusia dapat mengembangkan dana dan menciptakan nama-nama baru pada benda yang diciptakannya
• Kemampuan membuat benda-benda (fisik-non fisik)
• Manusia bisa mengembangkan kebudayaannya akibat sains dan teknologi.

b) Persoalan manusia diera modern

Problem Utama Modernitas :
- Terjadi pencemaran lingkungan
- Rusaknya habitat hewan dan tumbuhan
- Munculnya beragam penyakit.

Dalam Bidang Ekonomi :
- Melahirkan manusia yang konsumtif, materialistic, dan eksploitatif
- Manusia hanya memandang dirinya sebagai mahluk ekonomis dan hanya mementingkan diriya sendiri.
- Manusia melupakan dirinya sebagai mahluk homo religious yang sarat dengan kaidah moral.
- Prinsip ekonomi kapitalis telah melahirkan manusia serakah dan egois.

Dalam Bidang Moral :
- Melalui tekhnologi informasi diekspose secara besar-besaran meski melebihi batasan-batasan agama
- Globalisasi, memanamkan nilai-nilai barat dan melepas nilai-nilai moral agama

Dalam Persoalan Sekularisme :
- Urusan dunia dipisahkan dari agama
- Munculny manusia berkeptibadian ganda
- Peran agama akan semakin kehilangan ruhnya

Dalam Persoalan Keilmuan
Sesuatu dikatakan benar jika, menggunakan tolak ukur kebenaran rasional, emperis, eksperimental, dan terukur secara metodologis.

PERKEMBANGAN BAKAT KHUSUS

1. Pengertian bakat dan kemampuan
Menurut Utami Munandar (1992) Bakat adalah kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu pengembangan dan latihan karena masih bersifat dasar. Bakat merupakan usaha dan latihan agar dapat terwujud. Contoh : seseorang yang memiliki potensi bakat musik tetapi tetapi tidak memperoleh kesempatan mengembangkannya, maka bakat musik tidak dapat berkembang dan terwujud dengan baik.
Bingham mendifinisikan bakat sebagai “An optitude …as a condition or set characteristics regarded as symptomatic of an individua’s ability to acquire with training some (usually specified) knowledge, skill, or set of responses such as the ability to speak a language, to produce music etc. bingham menitikberatkan pada kondisi atau seperangkat sifat yang dianggap sebagai tanda kemampuan individu untuk menerima latihan atau seperangkat respons seperti berbahasa, musik dan sebagainya.
Sedangkan Guilford (Sumandi S., 1991 : 169) mengemukakan bahwa bakat itu mencangkup tiga dimensi psikologis, yaitu :
a. Dimensi perseptual (kemampuan persepsi, yang mencangkup : kepekaan pengindraan; perhatian; orientasi terhadap waktu; luasnya daerah persepsi; kecepataan persepsi, dan sebagainya)
b. Dimensi psikomotor (mencangkup enam factor, yaitu : kekuatan; implus; kecepatan gerak; ketelitian kecepatan statis yang menitikberatkan pada posisi; ketelitian ketepatan dinamis yang menitikberatka pada gerakan; koordinasi; dan keluwesan),
c. Dimensi intelektual meliputi lima faktor, yaitu :
1) Faktor ingatan, yang mencangkup : substansi, relasi dan sistem
2) Faktor ingatan, mengenai perkenalan terhadap : keseluruhan informasi; golongan; hubungan-hubungan; bentuk; dan kesimpulan
3) Faktor evaluatif, yang meliputi : identitas; relasi-relasi; sistem; dan problem yang dihadapi
4) Faktor berfikir konvergensi, yang meliputi : nama-nama; hubungan-hubungan; sistem-sistem; trasformasi; dan implikasi-implikasi yang unik
5) Faktor berfikir divergen meliputi : menghasilkan unit-unit.

Kemampuan adalah daya jiwa untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan. Kemampuan menunjukan bahwa suatu tindakan dapat dilaksanakan sekarang, sedangkan bakat memperlukan latihan agar suatu tindakan dapat dilakukan dimasa yang akan datang.
2. Jenis-Jenis Bakat Khusus
Setiap individu memiliki bakat khusus yang berbeda-beda. Jenis-jenis bakat
khusus biasanya dilakukan berdasarkan bidang apa bakat tersebut berfungsi, seperti bakat olahraga, seni, teknik dan sebagainya. Dengan demikian, bakat khusus ini bergantung pada konteks kebudayaan tempat seorang individu hidup dan dibesarkan. Faktor pengalaman atau lingkungan sangat mempengaruhi perkembangan bakat khusus ini.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bakat
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bakat, yaitu :
a. Anak itu sendiri, misal : anak yang kurang berminat untuk mengembangkan bakat-bakat yang ia miliki.
b. Lingkungan anak, missal : orang tua yang kurang mampu untuk menyediakan kesempatan dan sarana prndidikan yang dibutuhkan anak.

4. Hubungan antara Bakat dan Prestasi
Degan adanya bakat, seseorang dapat mencapai prestasi tertentu, tetapi diperlukan latihan, pengalaman, pengetahuan dan dorongan atau kesempatan untuk menggembangkannya. Misalnya, orangtua menyadari bahwa anak mempunyai bakat menggambar. Maka orang tua mengusahakan agar anaknya mendapatkan pengalaman sebaik-baiknya untuk mengembangkan bakatnya, selain itu anak tersebut juga minat untuk mengikuti pendidikan menggambar. Maka anak itu dapat mencapai prestasi yang unggul, bahkan bisa menjadi pelukis terkenal. Keunggulan dalam salah satu bidang tertentu merupakan hasil interaksi bakat yang dibawa sejak lahir dengan factor lingkungan yang menunjang.

5. Karakteristik Anak Berbakat
Untuk mengenali karakteristik anak-anak berbakat dapat dilihat beberapa segi diantaranya sebagai berikut :
a. Potensi
Beberapa hasil penelitian menunjukan bahwa anak-anak berbakat memiliki potensi yang unggul. Potensi bisa disebabkan oleh faktor keturunan, seperti studi yang dilakukan U. Branfenbrenner (1972) dan Scarr Salaptek (1975) yang menyatakan secara tegas bahwa tidak ada keraguan bahwa factor genetika mempunyai andil besar terhadap kemampuan mental seseorang (Kitano, 1986).
b. Cara menghadapi masalah
Cara menghadapi masalah disini adalah keterlibatan seluruh aspek psikologis dan biologis setiap anak berbakat pada saat mereka berhadapan dengan masalah tersebut. Langkah awal dapat dilihat bahwa setiap anak berbakat mempunyai keinginan yang kuat untuk mengetahu banyak hal (Gearheart, 1980) kemudian mereka akan melakukan ekspedisi dan eksplorasi terhadap pengukuran saja. Setelah berfikir dengan baik, mereka akan memunculkan hasil pemikiran dalam bentuk dan tingkah laku.
c. Prestasi
Prestasi anak berbakat dapat ditinjau dari segi fisik, psikologis, akademik, dan sosial. Prestasi fisik yang dapat dicapai anak-anak adalah memiliki daya tahan tubuh yang prima serta koordinasi gerak fisik yang harmonis (French, 1959). Berdasarkan prestasi akademik, anak berbakat pada dasarnya memiliki system saraf pusat (otak dan spinal cord) yang prima. Oleh karena itu, mereka dapat mencapai tingkat kognitif yang tinggi.
6. Menanggani anak berbakat
Dalam usaha memengaruhi perkembangan anak untuk mengatualisasikan seluruh potensi yang diliki agar berfungsi secara optimal, ada beberapa factor yang perlu diperhatikan agar mencapai hasil yang diharapkan.
a) Faktor yang ada pada anak itu sendiri, yaitu mengenai anak. Mengenalimdalam arti mengetahui ciri khusus yang ada pada anak secara objektif. Dalam rangka memberikan pendidikan khusus pada anak berbakat perlu terlabih dahulu dibedakan beberapa pengertian, yakni :
• Berbakat luar biasa pada fungsi-fungsi yang berhubungan dengan proses informasi (kognitif) sehingga mempengaruhi aspek-aspek lain.
• Berbakat luar biasa hanya pada salah satu atau beberapa aspek, bisa mengenai aspek kognitif atau aspek yang berhubungan dengan keteraampilan-keterampilan khusus.
b) Faktor kurikulum yang meliputi :
• Isi dan cara pelaksanaan yang disesuaikan dengan keadaan amak (child centered) dan dengan sendirinya telah dilakukan identifikasi mengenai keadaan khusus yang ada pada anak secara objektif.
• Pperlu ditekankan bahwa kurikulum pada pendidikan khusus hendaknya tidk terlepas dari kurikulum dasar yang diberikan pada anak lain. Perbedaannya hanya terletak pada penekanan dan penambahan suatu bidang sesui dengan kebutuhannya dan tetap terpadu dengan kurikulum dasar.
• Kurikulum khusus diarahkan agar perangsangan yang diberikan mempunyai pengaruh untuk menambah program dan tidak semata-mata untuk mempercepat (accelerate) berfungsi sesuai bakat luar biasa yang dimiliki.
• Isi kurukulum harus mengarah pada perkembangan kemampuan anak yang beorientasi inovatif dan tidak reproduktif serta berorientasi untuk mencapai sesuatu dan tidak hanya memunculkan apa yang dimiliki tanpa dilatih secara kreatif.

7. Kondisi lingkungan yang memupuk bakat anak
Adapun kondisi-kondisi lingkungan yang bersifat memupuk bakat anak adalah keamanan psikologis dan kebebasan psikologis.



Anak akan merasa aman secara psikologis apabila :
a) Pendidik menerimanya apa adanya, tanpa syarat dengan ssegala kelebihan dan kekurangannya, serta member kepercayaan padanya bahwa pada dasarnya dia baik dan mampu.
b) Pendidik mengusahakan sasana dimana anak tidak merasa “dinilai” oleh orang lain. Member penilaian terhadap seseorang dapat dirasakan sebagai ancaman, sehingga menimbulkan kebutuhan akan pertahanan diri.
c) Pendidikan memberikan pengertian dalam arti dapat memahami pemikiran, perasaan, dan perilaku anak, dapat menempatkan diri dalam situasi anak dan melihat dari sudut pandang anak. Dalam suasana ini anak merasa aman untuk mengungkapkan bakatbya.

Anak akan merasakan kebebasan psikologis apabila orang tua dan guru member kesempatan padanya untuk mengungkapkan pikiran-pikiran dan perasaan-perasaannya. Kecuali itu pendidikan berfungsi mengembangkan bakat anak, jangan semata-mata menyajikan kumpulan pengetahuan yang bersifat skolastik.
Pada akhir masa remaja anak sudah banyak memikirkan tentang apa yang ingin ia lakuakan dan apa yang ingin ia lakukan. Dengan pengenalan bakat yang dimilikinya dan upaya pengembangannya dapat membantu remaja untuk dapat menentukan pilihn yang tepat dan menyiapkan dirinya untuk dapat mencapai tujuan-tujuannya.

Senin, 18 Juli 2011

PERKEMBANGAN EMOSI

1.Pengertian Emosi
Menurut English and English emosi adalah “A complex feeling state a alanduler activies”, maksudnya yaitu suatu keadaan perasaan yang kompleks yang disertai dengan karakteristik kegiatan kelenjar dan motorik.
Sedangkan menurut Sarlito Wirawan Sarwono berpendapat bahwa emosi adalah setiap kegiatan pada diri seseorang yang disertai warna efektif baik pada tingkat lemah maupun pada tingkat yang luas.
Sementara itu Chaplin (1989) dictionary of psychology, mendefinisikan emosi sebagai suatu keadaan yang terangsang dari suatu organisme yang mencangkup perubahan-perubahan yang disadari, tyang mendalam sifatnya darei perilaku.

2. Bentuk-Bentuk Emosi
Daniel Golemen (1995) mengidentifikasi sejumlah kelompok emosi, yaitu sebagai berikut:
a. Amarah ( bruntal, mengamuk, benci, terganggu, tersinggung )
b. Kesedihan ( sedih, muram, melankolis, kesepian, depresi )
c. Rasa takut ( cemas, takut, gugup, khawatir, panic, was-was )
d. Kenikmatan ( bahagia, gembira, riang, puas, terhibur, bangga )
e. Cinta ( persahabatan, kepercayaan, kasmaran, kasihsayang )
f. Terkejut ( takjub, terpana)
g. Jengkel (hina, jijik, muak, mual, tidak suka, mau muntah )
h. Malu ( menyesal, aib, rasa bersalah, kesal hati)

3. Perubahan-pereubahan fisik pada saat Emosi
a. Bernafas panjang kalau kecewa
b. Pupil mata membesar kalau marah
c. Bulu roma berdiri kalau takut
d. Air liur mongering bila takut / tegang
e. Denyut jantung bertambah cepat kalau marah.

4. Ciri-Ciri Emosi
a. Lebih bersifat objektif daripada peristiwa psikologis lainnya, seperti pengamatan dan berfikir
b. Bersifat fluktuatif (tidak tetap)
c. Banyak besangkutpaut dengan peristiwa pengenalan panca indra
d. Pengalaman emosional bersifat pribadi
e. Emosi sebagai motif
f. Adanya perubahan aspek jasmaniah
g. Ekspresikan dalam perilaku.

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi
a. Perubahan jasmani, ditunjukkan dengan adanya perubahan yang sangat cepat dari anggota tubuh
b. Perubahan pola interaksi ddengan orang tua
Pola asuh orang tua terhadap anak dan remaja saangat bervareasi. Ada yang pola asuhnya bersifat otoriter, memanjakan anak, acuh tak acuh, dan ada juga yang penuh kasih sayang. Perbedaaan pola asuh orang tua dapat mempengaruhi perkembangan emosi remaja. Misalnya, kalau dulu anak dipukul karena nakal, maka pada saat remaja cara semacam itu dapat menimbulkan keteganggan yang lebih berat antara remaja dengan orang tuanya.
c. Perubahan interaksi dengan teman sebaya
Interaksi sesame teman sebaya dengan cara berkumpul untuk melakukan aktivitas bersama dengan membentuk semacam geng. Interaksi antar anggota dalam suatu kelompok geng biasanya sangat intens serta memiliki kohesivitas dan solidritas yang sangat tinggi. Pembentukan kelompok geng seperti ini lebih baik terjadi pada masa remaja awal karena biasanya bertujuan baik atsu positif, yaitu untuk memenuhi minat mereka bersama.
d. Perubahan pandangan luar
Adnya perubahan pandangan dunia luar yang dapat menyebabkan konflik-konflik
emosional dalam diri remaja, yaitu sebagai berikut :
1) Sikap dunia luar terhadap remaja yang tidak konsisten.
Mereka dianggap sudah dewasa, tetapi mereka tidak mendapat kebebasan penuh atau peran yang wajar sebagaimana orang dewasa.
2) Masyarakat masih menerapkan nilai-nilai yang berbeda untuk remaja laki-laki dan perempuan.
Jika remaja laki-laki memiliki banyak teman perempuan, mereka mendapat predikat popular dan mendatangkan kebanggaan. Sebaliknya, apabila remaja perempuan mempunyai banyak teman laki-laki sering dianggap tidak baik bahkan mendapat predikat kurang baik.
3) Kekosongan rema yang dimanfaatkan oleh pihak luar yang tidak bertanggungjawab, yaitu dengan cara melibatkan remaja kedalam kegiatan yang menghancurkan remaja dan melanggar nilai-nilai moral. Misalnya, penyalahgunaan obat terlarang, minum minuman keras, serta tindak kriminal dan kekerasan.
e. Perubahan interaksi dengan sekolah
Sekolah merupakan tempat pendidikan yang diidealkan oleh anak-anak sebelum mengijak masa remaja. Para guru merupakan tokoh yang sangat penting dalam kehidupan mereka karena selain tokoh intelektual, guru juga tokoh otoritas bagi para peserta didiknya.

PERKEMBANGAN NILAI, MORAL DAN SIKAP

1. Pengertian Nilai, Moral, dan Sikap
Nilai-nilai adalah patokan-patokan yang berlaku dalam kehidupan masyarakat, misalnya adat kebiasaan dan sopan santun (Sutikna, 1988:5). Sopan santun, adat kebiasaan, dan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila adalah nilai-nilai hidup yang menjadi pegangan seluruh warga Negara Indonesia. Jadi, nilai adalah ukuran baik-buruk, benar-salah, boleh-tidak boleh, suatu perilaku atau pernyataan yang berlaku dalam kehidupan suatu kelompok masyarakat. Oleh karena itu, nilai mendasari sikap dan perilaku seseorang dalam kehidupan masyarakat. Dan menurut Spranger, nilai diartikan sebagsi suatu tatanan yang paduan dijadikan paduan oleh untuk menimbang dan memilih alternatif keputusan dalam situasi social tertentu.
Istilah moral berasal dari kata latin mores yang artinya tatacara dalam kehidupan, adat istiadat, atau kebiasaan (Gunarsa, 1986). Moral adalah ajaran tentang baik buruk suatu perbuatan dan kelakuan, ahlak, kewajiban, dan sebagainya (Purwadarminto, 1950:957). Moral berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk membedakan perbuatan yang benar dan yang salah. Dengan demikian, moral juga mendasari dan mengendalikan seseorang dalam bersikap dan bertingkah laku.
Sikap menurut Fishbean, adalah predisposisi emosional yang dipelajari untuk merespon secara konsisten terhadap suatu objek. Seangkan menurut Gerungan, secara umum diartikan sebagai kesediaan bereaksi individu terhadap sesuatu. Sikap ini berkaitan dengan motif dan mendasari tingkah laku seseorang. Tingkah laku yang dapat terjadi dan akan diperbuat seseorang dapat diramalkan jika telah diketahui sikapnya. Sikap belum merupakan suatu tindakan, tetapi baru berupa kecenderungan. Jadi sikap merupakan kesiapan untuk beraksi terhadap suatu objek sebagai hasil penghayatan terhadap objek tertentu.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Nilai, Moral dan Sikap
Perkembangan internalisasi nilai-nilai terjadi melalui identifikasi dengan orang-orang yang dianggapnya sebagai model. Bagi anak-anak usia 12 dan 16 tahun, gambaran ideal yang diidentifikasikan adalah orang-orang dewasa yang berwibawa atau simpatik, orang-orang terkenal, dan hal-hal yang ideal yang diciptakannya sendiri.
Menurut ahli psikoanalisis, moral dan nilai menyatu dalam konsep superego. Superego dibentuk melalui jalan internalisasi larangan-larangan atau perintah-perintah yang datang dari luar (khususnya dari orang tua). Oleh karena itu, anak yang tidak memiliki hubungan harmonis dengan orangtuanya dimasa kecil, kemungkinan besar tidak akan mampu mengembangkan superego yang cukup kuat, sehingga mereka bisa menjadi orang yang sering melanggar norma sosial.
Hubungan anak dengan orangtua bukanlah satu-satunya sarana pembentukan moral. Para sosiolog beranggapan bahwa masyarakat mempunyai peran penting dalam pembentukan moral. Tingkah laku yang terkendali disebabkan oleh adanya control dari masyarakat itu sendiri yang mempunyai sanksi-sanksi tersendiri buat si pelanggar (Sarlito, 1992:92).


3. Tahap-tahap Perkembangan Moral
Berdasarkan penelitian empiris yang dilakukan Kohlberg pada tahun 1958, sekaligus menjadi disertai doktornya dengan judul The Developmental of Model of Moral Think and Choice in the Years 10 to 16, seperti tertuang dalam buku tahap-tahap Perkembangan Moral (1995), tahap-tahap perkembangan moral dapat dibagi sebagai berikut:

Kamis, 14 Juli 2011

KEPROFESIONALISME SEORANG GURU

KEPROFESIONALISME SEORANG GURU
Profesionalisme menjadi taruhan ketika mengahadapi tuntutan-tuntutan pembelajaran demokratis karena tuntutan tersebut merefleksikan suatu kebutuhan yang semakin kompleks yang berasal dari siswa; tidak sekedar kemampua guru mengauasi pelajaran semata tetapi juga kemampuan lainnya yang bersifat psikis, strategis dan produktif. Tuntutan demikian ini hanya bisa dijawab oleh guru yang profesional
Oleh karena itu, Sudarwan Danim menegasakan bahwa tuntutan kehadiran guru yang profesional tidak pernah surut, karena dalam latar proses kemanusiaan dan pemanusiaan,ia hadir sebagai subjek paling diandalkan, yang sering kali disebut sebagai Oemar bakri.
Istilah professional berasal dari profession, yang mengandung arti sama dengan occupation atau pekerjaan yang memerlukan keahlian yang diperoleh melalui pendidikan atau latihan khusus. Ada beberapa pengertian yang berkaitan dengan professionalisme yaitu okupasi, profesi dan amatif. Terkadang membedakan antar para professional, amatir dan delitan. Maka para professional adalah para ahli di dalam bidangnya yang telah memperoelh pendidikan atau pelatihan yang khusus untuk pekerjaan itu.
Kemudian bagaimanakah hubungan profesional dengan kompetensi? M. Arifin menegaskan bahwa kompetensi itu bercirikan tiga kemampua profesional yang kepribadian guru, penguasa ilmu dan bahan pelajaran, dan ketrampilan mengajar yang disebut the teaching triad. Ini berarti antara profesi dan kompetensi memilki hubungan yang erat: profesi tanpa kompetensi akan kehilangan makna, dan kompetensi tanpa profesi akan kehilangan guna.
Mengenai kompetensi, di Indonesia telah ditetapkan sepuluh kompetensi yang harus dimiliki oleh guru sebagai instructional leader, yaitu: (1) memiliki kepribadian ideal sebagai guru; (2) penguasaan landasan pendidikan; (3)menguasai bahan pengajaran; (4)kemampuan menyusun program pengajaran; (6) kemampuan menilai hasil dan proses belajar mengajar; (7)kemampuan menyelenggarakan program bimbingan; (8) kemampuan menyelenggarakan administrasi sekolah; (9) kemampuan bekerja sama dengan teman sejawat dan masyarakat; dan (10) kemampuan menyelenggarakan penelitian sederhana untuk keperluan pengajaran.
Sebagai pendidik, guru harus professional sebagaimana ditetapkan dalam Undang-undang Sitem Pendiidkan Nasional bab IX pasal 39 ayat 2:
Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabidaian kepada mayarakat, terutama bagi pendidikan pada pergurua tinggi.
Ketentuan ini mencakup tipe macam kegiatan yang harus dilaksanakan oeh guru yaitu pengajaran, penelitan, dan pengabdian masyarakat. Beban ini tidak ada bedanya denganbebabn bagi dosen. Tiga macam kegiatan tersebut secara hierarchy melambangkan tiga upaya berjenjang dan meluas gerakannya. Pengajaran melambangkan pelaksanaan tugas rutin, penelitian melambangkan upaya pengembangan profesi, sedang pengabdian melambangkan pemberian kontribusi sosial kepada masyarakat akibat prestasi yang dicapai tersebut.
Dari ketiga kegiatan tersebut, terutama penelitian menuntut sikap gurui dinamis sebagai seorang professional. ‘seorang profesional adalah seorang yang terus meneur berkembang atau trainable. Untuk mewujudkan keadaan dinamis ini pendidikan guru harus mampu membeklai kemampuan kreativitas, rasionalitas, ketrlatihan memecahkan masalah , dan kematangan emosionalnya. Semua bekal ini dimaksudkan mewujudkan guru yang berkualitas sebagai tenaga profesional yang sukses dalam menjalankan tugasnya.
Keberhasilan guru dapat ditinjau dari dua segi proses dan dari segi hasil. Dari segi proses, guru berhasil bila mampu melibatkan sebagian besar peserta didik secara aktif baik fisik, mental maupun sosial dalam proses pembelajaran, juga dari gairah dan semangat mengajarnya serta adanya rasa percaya diri. Sedangkan dari segi hasil, guru berhasil bila pembelajaran yang diberikannya mampu mengubah perilaku pada sebagian besar peserta didik ke arah yang lebih baik. Sebaliknya,dari sisi siswa, belajar akan berhasil bila memenuhi dua persyaratan: (1) belajar merupakan sebuah kebutuhan siswa, dan (2)ada kesiapan untuk belajar, yakni kesiapan memperoleh pengalaman-pengalaman baru baik pengetahuan maupun ketrampilan.
Hal ini merupakan gerakan dua arah, yaitu gerakan profesional dari guru dan gerakan emosional dari siswa. Apabila yang bergerak hanya satu pihak tentu tidak akan berhasil, yang dalam istilah sehari-hari disebut bertepuk sebelah tangan. Sehebat-hebatnya potensi guru selagi tidak direspons positif oleh siswa, pasti tidak berarti apa-apa. Jadi gerakan dua arah dalam mensukseskan pembelajaran antara guru dan siswa itu sebagai gerakan sinergis.
Bagi guru yang profesioanl, dia harus memiliki kriteria-kriteria tertentu yang positif. Gilbert H. Hunt menyatakan bahwa guru yang baik itu harus memenuhi tujuh kriteria:
- sifat positif dalam membimbing siswa
- pengetahuan yang mamadai dalam mata pelajaran yang dibina
- mampu menyampaikan materi pelajaran secara lengkap
- mampu menguasai metodologi pembelajaran
- mampu memberikan harapan riil terhadap siswa
- mampu merekasi kebutuhan siswa
- mampu menguasi manajemen kelas
Disamping itu ada satu hal yang perlu mendapatkan perhatian khusus bagi guru yang profesional yaitu kondisi nyaman lingkungan belajar yang baik secara fisik maupun psikis. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional pasal 40 ayat 2 bagian 2 di muka menyebut dengan istilah menyenangkan. Demikia juga E. Mulyasa menegaskan, bahwa tugas guru yang paling utama adalah bagaimana mengkondisikan lingkungan belajar yang menyenangkan, agar dapat membangkitkan rasa ingin tahu semua peserta didik sehingga timbul minat dan nafsunya untuk belajar. Adapun Bobbi Deporter dan Mike Hernachi menyarankan agar memasukkan musik dan estetika dalam pengalama belajar siswa. karena musik berhubungan dan mempengaruhi kondisi fisiologis siswa. Yang diiringi musik membuat pikiran selalu siap dan mampu berkonsentrasi. dalam situasi otak kiri sedang bekerja, masuk akan membangkitkan reaksi otak kanan yang intuitif dan kreatif sehingga masukannya dapat dipadukan dengan keseluruhan proses.
Terkait dengan suasana yang nyaman ini, perlu dipikirkan oleh guru yang profesional yaitu menciptakan situasi pembelajaran yang bisa menumbuhkan kesan hiburan. Mungkin semua siswa menyukai hiburan, tetapi mayoritas mereka jenuh dengan belajar. Bagi mereka belajar adalah membosankan, menjenuhkan, dan di dalam kelas seperti di dalam penjara. Dari evaluasi yang didasarkan pada pengamatan ini, maka sangat dibutuhkan adanya proses pembelajaran yang bernuansa menghibur. Nuansa pembelajaran ini menjadi “pekerjaan rumah”bagi para guru khususnya guru yang profesional.
HAMBATAN – HAMBATAN UNTUK MENJADI GURU PROFESIONAL
Banyak hambatan yang dihadapi seorang guru untuk menjadi guru yang baik. Beberapa hambatan tersebut diantaranya adalah:
1. Gaji yang terlalu pas-pasan bahkan mungkin kurang. Gaji yang pas-pasan memaksa seorang guru untuk mencari nafkah tambahan seusai jam kerja. Hal ini mengakibatkan tidak memiliki kesempatan untuk membuat persiapan mengajar dengan membaca ulang materi pelajaran yang akan diajarkan besok hari. Hal ini dapat mengurangi kesiapan dan penampilan di muka kelas.
2. Tugas-tugas administrasi yang memberatkan. Sejak diberlakukannya kurikulum 2006, banyak tugas-tugas administrasi yang harus dikerjakan seorang guru yang tujuannya untuk meningkatkan profesionalitas seorang guru. Ternyata tugas-tugas ini menjadi beban yang cukup berat dan hampir tidak ada manfaatnya untuk menambah penampilan dan kesiapan seorang guru di muka kaelas. Sebagian besar tugas administrasi dibuat dengan setengah terpaksa hanya untuk menyenangkan hati atasan. Sebagai contoh, seorang guru diwajibkan membuat KTSP, Silabus dan Tetek mbegek yang lain, yang memaksa guru menuliskan uraian yang sama pada tugas pertama dan ditulis ulang pada tugas kedua dan tugas ketiga. Semuanya ini tidak pernah dipakai untuk meringankan beban mengajar di kelas karena tugas-tugas tersebut tidak pernaha dibaca lagi pada waktu akan/dan sedang mengajar. Seorang guru lebih suka membuka dan membaca buku pegangan mengajar daripada membawa Program Satuan Mengajar, Analisis Materi Pelajaran ataupun Rencana Pengajaran. Tugas-tugas ini memang sangat berguna bagi seorang calon guru. Tapi bagi guru yang sudah mengajar lebih dari tiga tahun , tugas ini hanya merupakan pekerjaan yang sia-sia (dikerjakan, lalu disimpan dalam lemari dan baru akan diperlihatkan jika “sedang sial” dapat kebagian pengawas), yang akhirnya masuk keranjang sampah dan ….Tahun berikutnya dia harus menulis ulang pekerjaan yang sia-sia itu.
Upaya Meningkatkan Profesionalisme Guru
Guru profesional seharusnya memiliki empat kompetensi, yaitu kompetensi pedagogis, kognitif, personaliti, dan sosial. Oleh karena itu, selain terampil mengajar, seorang guru juga memiliki pengetahuan yang luas, bijak, dan dapat bersosialisasi dengan baik.Mereka harus (1) memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme, (2) memiliki kualifikasi pendidikan dan latar belakang pendidikan yang sesuai dengan bidang tugasnya, (3) memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugasnya. Di samping itu, mereka juga harus (4) mematuhi kode etik profesi, (5) memiliki hak dan kewajiban dalam melaksanakan tugas, (6) memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerjanya, (7) memiliki kesempatan untuk mengembangkan profesinya secara berkelanjutan, (8) memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas profesionalnya, dan (9) memiliki organisasi profesi yang berbadan hukum (sumber UU tentang Guru dan Dosen). Di lapangan banyak di antara guru mengajarkan mata pelajaran yang tidak sesuai dengan kualifikasi pendidikan dan latar belakang pendidikan yang dimilikinya. (2) Tidak memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai bidang tugas. Guru profesional seharusnya memiliki empat kompetensi, yaitu kompetensi pedagogis, kognitif, personaliti, dan sosial. Oleh karena itu, seorang guru selain terampil mengajar, juga memiliki pengetahuan yang luas, bijak, dan dapat bersosialisasi dengan baik. Hal itu terindikasi dengan minimnya kesempatan beasiswa yang diberikan kepada guru dan tidak adanya program pencerdasan guru, misalnya dengan adanya tunjangan buku referensi, pelatihan berkala, dsb. Profesionalisme dalam pendidikan perlu dimaknai he does his job well. Artinya, guru haruslah orang yang memiliki insting pendidik, paling tidak mengerti dan memahami peserta didik. Guru harus menguasai secara mendalam minimal satu bidang keilmuan. Guru harus memiliki sikap integritas profesional. Dengan integritas barulah, sang guru menjadi teladan atau role model. Menyadari banyaknya guru yang belum memenuhi kriteria profesional, guru dan penanggung jawab pendidikan harus mengambil langkah. Salah satu tujuan pendidikan klasik (Yunani-Romawi) adalah menjadikan manusia makin menjadi "penganggur terhormat", dalam arti semakin memiliki banyak waktu luang untuk mempertajam intelektualitas (mind) dan kepribadian (personal). (4) Peningkatan kesejahteraan. Agar seorang guru bermartabat dan mampu "membangun" manusia muda dengan penuh percaya diri, guru harus memiliki kesejahteraan yang cukup.
Menjadi Guru favorit
Guru adalah pahlawan dengan kepribadian menyerupai nabi,semangat untuk terus berjuang dan berpetualang yang senantiasa bergelora didalam dirinya.
Apa yang terjelaskan tentang guru tersebut memang bisa dikatakan sebagai sesuatu yang factual,tetapi juga bisa menjadi sebuah cambuk dan harapan bagi seorang guru. Pasalnya, tidak sedikit guru yang belum paham peran,fungsi, dan perilaku mereka sebagai agen pengubah, seorang dengan karakter profetik itu.
Beberapa hal berikut ini kiranya bisa dijadikan bahan refleksi sekaligus “tempat” bercermin untuk kemudian meengubah diri menjadi guru yang baik, menjadi guru favorit, guru yang disenangi siswa yang pada muaranya membuat kegiatan belajar-mengajar lancer, menarik, dan menyenangkan. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk menjadi guru yang favorit:
A. Sabar
Menurut Talla Alie Turfe dalam bukunya mukjizat sabar. Sebagai seorang muslim, maka islam adalah orientasi hidup. Puncaknya adalah kesabaran, dan kesabaran adalah ketundukkan. Ketundukkan adalah keyakinan, dan keyainan adalah pembenaran. Dan mutiara perilaku adalah sabar.
Hal ini pula yang harus dimiliki seorang guru. Sebabnya tidak lain karena para anak didik memiliki karakter kepribadian masing-masing. Menyikapi keadaan ini, tentu kesabaran menjadi sebuah sifat yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam menghadapi kenakalan peserta didiknya.
B. Bisa Menjadi sahabat
Seorang guru yang baik adalah dia bisa menjadi sahabat bagi murid-muridnya. Kondisi perkembangan kehidupan yang kian pesat dan bebas seperti sekarang membutuhkan pendekatan dn penyikapan yang tepat dan benar. Beralas pada asumsi tersebut, tidak mengherankan jika banyak anak didik yang harus diperhatiakan. Tidak hanya itu, tentu saja, dinamika yang demikian tidaka jarang membuat seorang siswa rawan disapa masalah, yang jiaka tidak disikapi dengan benar akan membuat siswa tersebut terjerembab pada bingkai yang menghancurkan diri dan masa depannya.
C. Rendah Hati
Seorang guru yang berhasil memerankan kerendahan hati dalam kehiupannya akan membuatnya selalu lancar dalam menyikapi perkembangan dan perilaku anak-anak. Kerendahan hati yang dipraktikkan guru memberikan pemahaman dan keteladanan bagi anak-anak didik untuk juga mengamalkan perilaku yang sama.
D. Visioner dan Misioner
Untuk bisa membimbing dan memaksimalkan potensi anak-anak, juga memiliki rasa ingin tahu, visi dan misi seorang guru dalam mengajar memberikan kredit yang sangat besar. Visi seorang guru yang bagus memberikan penghargaan yang besar terhadap anak-anak didik. Misi seorang guru bahwa mendidik adalah usaha untuk memanusiakan manusia dan memaksimalkan potensi yang dimiliki anak didiknya.
E. Bisa Menjadi Pendengar dan Penengah
Kemampuan menjadi pendengar sangat diperlukan, bahkan harus dimiliki seorang guru. Kekurangan dan keberhasilan proses pembelajaran tidak sedikit disebabkan oleh sikap guru yang tidak bisa menjadi pendengar yang baik bagi anak didiknya.
Seorang guru juga harus bisa menjadi penengah bagi masalah yang sedang dihadapi oleh siswanya. Tidak heran jika para siswa kemudian bersimpati dan menjadikannya guru favorit.

F. Konsisten dan Komitmen dalam Bersikap
Seorang guru akan berhasil memberikan pemahaman dan pengetahuan kepada anak-anak didiknya jika dia konsisten dan komitmen pada tindakan dan perilakunya. Seorang guru yang konsisten melentamkan agar anak-anak didiknya senantiasa menjalankan proses, dan dia sendiri juga demikian, maka sinergi akan berjalan dengan sangat indah dan berdaya gugah dan berdaya ubah. Konsisten adalah alas yang sangat kokoh untuk membangun sebuah peradaban yang lebih baik. Guru juga harus mempunyai komitmen supaya apa yang sudah diberikan kepada anak didiknya bisa dicerna atau dipahami dengan mudah.
G. Menyenangi Kegiatan Mengajar
Jika seorang guru bisa menikmati aktivitasnya mengajar, ia akan selalu dalam suasana yang sangat menyenangkan, sehingga proses ketika ia memberikan informasi, motivasi, maupun memberikan tawaran nilai dan kemandirian kepada anak-anak didiknya, berlangsung dengan begitu menggembirakan. Menanggap bahwa kegiatan mengajar merupakan suatu aktivitas yang sangat menyenangkan memberikan motivasi untuk senantiasa dalam kondisi fit. Tatkala seorang guru telah menempatkan mengajar sebagai kehidupannya, ia akan mencurahkan tenaga dan rasa hatinya dalam dunia kepengajaran tersebut.
H. Memaknai Mengajar sebagai Pelayan
Memaknai mengajar sebagai sebuah pelayanan memberikan semangat untuk senantiasa memberikan yang terbaik bagi siswa. Para siswa demikian akan diberikan pelajaran dan bimbingan karena memang seorang guru sedang berusaha memberikan pelayanan kepada mereka dengan sebaik-baiknya.
Pelayanan seorang guru terhadap pendidikan dan juga tehadap anaak didik membingkai semua siklus pembelajaran yang menarik. Paradigm memberikan pelayanan menjadi spirit yang tidak akan pernah kering. Suatu pekerjaan jika dimaknai sebagai pelayanan akan menjadikan pekerjaan tersebut begitu menyenangkan.


I. Bahasa Cinta dan Kasih Sayang
Cinta dan kasih saying memberikan peran dan pengaruh yang sangat besar bagi keberlangsungan pendidikan, bahkan kehidupan ini. Cinta memiliki kekuatan yang sangat besar untuk memberikan perubahan, sekecil apapun dan sebesar apapun. Cinta selalu menjadi perbincangan selama kehidupan masih berlangsung, ini karena daya yang dimilikinya memang demikian dahsyat, tak terkira dan tak terwatas. Cinta menjadi sumber mata air kebijaksanaan yang senantiasa membuncah bertriliun kubik air kebajikan ketenangan.
Cinta senantiasa akan menjadi inspirasi dalam keberlangsungan pendidikan. Sebabnya, tidak lain karena ia membingkai semua hal kebaikan yang ada diatas persada dunia ini.
J. Menghargai Proses
Dalam proses pembelajaran, maka proses akan terus menjadi perihal utama pada tiap helai kajiannya. Proses akan mengaruh padahasil, demikian tesis utamanya. Hasil belajar yang baik. Bermula dari jalinan proses yang indah mengagumkan.
Pada dinamika anak TK, RA, atau PAUD juga demikian. Apalagi pada ranah pendidikan ini, anak sedang berada pada wilayah ketika dia memiliki potensi dan kemampuan luar biasa untuk menjadi pribadi unggul pada masa itu, juga pada masa depannya. Pada ranah wilayah ini, seorang anak sedang berada pada lingkaran utama dalam kehidupannya, sebab pada saat ini dia mencoba melakukan penyerapan atas semua hal.

Cerita anak: Kisah Malin Kundang


Pada suatu waktu, hiduplah sebuah keluarga nelayan di pesisir pantai wilayah Sumatra. Keluarga tersebut terdiri dari ayah, ibu dan seorang anak laki-laki yang diberi nama Malin Kundang. Karena kondisi keuangan keluarga yang memprihatinkan, sang ayah memutuskan untuk mencari nafkah di negeri seberang dengan mengarungi lautan yang luas. Maka tinggallah si Malin dan ibunya di gubug mereka. Seminggu, dua minggu, sebulan, dua bulan bahkan sudah 1 tahun lebih lamanya, ayah Malin tidak juga kembali ke kampung halamannya. Sehingga ibunya harus menggantikan posisi ayah Malin untuk mencari nafkah.
Malin termasuk anak yang cerdas tetapi sedikit nakal. Ia sering mengejar ayam dan memukulnya dengan sapu. Suatu hari ketika Malin sedang mengejar ayam, ia tersandung batu dan lengan kanannya luka terkena batu. Luka tersebut menjadi berbekas dilengannya dan tidak bisa hilang.
Setelah beranjak dewasa, Malin Kundang merasa kasihan dengan ibunya yang banting tulang mencari nafkah untuk membesarkan dirinya. Ia berpikir untuk mencari nafkah di negeri seberang dengan harapan nantinya ketika kembali ke kampung halaman, ia sudah menjadi seorang yang kaya raya. Malin tertarik dengan ajakan seorang nakhoda kapal dagang yang dulunya miskin sekarang sudah menjadi seorang yang kaya raya. Malin kundang mengutarakan maksudnya kepada ibunya.
Ibunya semula kurang setuju dengan maksud Malin Kundang, tetapi karena Malin terus mendesak, Ibu Malin Kundang akhirnya menyetujuinya walau dengan berat hati. Setelah mempersiapkan bekal dan perlengkapan secukupnya, Malin segera menuju ke dermaga dengan diantar oleh ibunya. "Anakku, jika engkau sudah berhasil dan menjadi orang yang berkecukupan, jangan kau lupa dengan ibumu dan kampung halamannu ini, nak", ujar Ibu Malin Kundang sambil berlinang air mata. Kapal yang dinaiki Malin semakin lama semakin jauh dengan diiringi lambaian tangan Ibu Malin Kundang. Selama berada di kapal, Malin Kundang banyak belajar tentang ilmu pelayaran pada anak buah kapal yang sudah berpengalaman. Di tengah perjalanan, tibatiba kapal yang dinaiki Malin Kundang di serang oleh bajak laut. Semua barang dagangan para pedagang yang berada di kapal dirampas oleh bajak laut. Bahkan sebagian besar awak kapal dan orang yang berada di kapal tersebut dibunuh oleh para bajak laut.
Malin Kundang sangat beruntung dirinya tidak dibunuh oleh para bajak laut, karena ketika peristiwa itu terjadi, Malin segera bersembunyi di sebuah ruang kecil yang tertutup oleh kayu. Malin Kundang terkatung-katung ditengah laut, hingga akhirnya kapal yang ditumpanginya terdampar di sebuah pantai. Dengan sisa tenaga yang ada, Malin Kundang berjalan menuju ke desa yang terdekat dari pantai. Sesampainya di desa tersebut, Malin Kundang ditolong oleh masyarakat di desa tersebut setelah sebelumnya menceritakan kejadian yang menimpanya. Desa tempat Malin terdampar adalah desa yang sangat subur. Dengan keuletan dan kegigihannya dalam bekerja, Malin lama kelamaan berhasil menjadi seorang yang kaya raya. Ia memiliki banyak kapal dagang dengan anak buah yang jumlahnya lebih dari 100 orang.
Setelah menjadi kaya raya, Malin Kundang mempersunting seorang gadis untuk menjadi istrinya. Berita Malin Kundang yang telah menjadi kaya raya dan telah menikah sampai juga kepada ibu Malin Kundang. Ibu Malin Kundang merasa bersyukur dan sangat gembira anaknya telah berhasil. Sejak saat itu, ibu Malin Kundang setiap hari pergi ke dermaga, menantikan anaknya yang mungkin pulang ke kampung halamannya. Setelah beberapa lama menikah, Malin dan istrinya melakukan pelayaran dengan kapal yang besar dan indah disertai anak buah kapal serta pengawalnya yang banyak.
Ibu Malin Kundang yang setiap hari menunggui anaknya, melihat kapal yang sangat indah itu, masuk ke pelabuhan. Ia melihat ada dua orang yang sedang berdiri di atas geladak kapal. Ia yakin kalau yang sedang berdiri itu adalah anaknya Malin Kundang beserta istrinya. Malin Kundang pun turun dari kapal. Ia disambut oleh ibunya. Setelah cukup dekat, ibunya melihat belas luka dilengan kanan orang tersebut, semakin yakinlah ibunya bahwa yang ia dekati adalah Malin Kundang. "Malin Kundang, anakku, mengapa kau pergi begitu lama tanpa mengirimkan kabar?", katanya sambil memeluk Malin Kundang. Tapi apa yang terjadi kemudian? Malin Kundang segera melepaskan pelukan ibunya dan mendorongnya hingga terjatuh. "Wanita tak tahu diri, sembarangan saja mengaku sebagai ibuku", kata Malin Kundang pada ibunya. Malin Kundang pura-pura tidak mengenali ibunya, karena malu dengan ibunya yang sudah tua dan mengenakan baju compang-camping. "Wanita itu ibumu?", Tanya istri Malin Kundang. "Tidak, ia hanya seorang pengemis yang pura-pura mengaku sebagai ibuku agar mendapatkan harta ku", sahut Malin kepada istrinya.
Mendengar pernyataan dan diperlakukan semena-mena oleh anaknya, ibu Malin Kundang sangat marah. Ia tidak menduga anaknya menjadi anak durhaka. Karena kemarahannya yang memuncak, ibu Malin menengadahkan tangannya sambil berkata "Oh Tuhan, kalau benar ia anakku, aku sumpahi dia menjadi sebuah batu". Tidak berapa lama kemudian angin bergemuruh kencang dan badai dahsyat datang menghancurkan kapal Malin Kundang. Setelah itu tubuh Malin Kundang perlahan menjadi kaku dan lama-kelamaan akhirnya berbentuk menjadi sebuah batu karang.
HIKMAH: Sebagai seorang anak, jangan pernah melupakan semua jasa orangtua terutama kepada seorang Ibu yang telah mengandung dan membesarkan anaknya, apalagi jika sampai menjadi seorang anak yang durhaka. Durhaka kepada orangtua merupakan satu dosa besar yang nantinya akan ditanggung sendiri oleh anak.